Ep. 5

140 23 6
                                    

Serasa pegal dan capek ya seharian ini, beruntung setelah sampai kosan aku bisa mandi air hangat bersama sabun aroma yang memang aku miliki sejak awal pindah. Suka banget wangi bunga atau wangi buah-buahan, sangat menyegarkan dan juga relax gitu di badan. Sehabis itu rebahan di atas kasur sambil scroll TikTok yakan, liatnya di layarku dan muncul FYP tuh cowok-cowok tegap telanjang dada gitu, kenapa ya? Sekarang nggak cewek ataupun cowok sering pamer body biar FYP, ya nggak masalah sih selama mereka bahagia. Tapi di FYP aku semuanya cowok-cowok bugar pamer sixpack kebanyakan, duh jadi cuci mata deh malam-malam begini.

Lagi asik-asik rebahan, tiba-tiba ada telpon dari Si Calvin. Tapi aku sengaja nggak menjawabnya, eh nggak lama dari itu malah terdengar suara mengetuk pintu yang membuatku kaget. Segera aku berdiri dan beranjak, membuka pintu kosan dan muncul sosok Calvin yang berdiri sambil memperlihatkan layar ponselnya kalau dia udah menelpon tapi tidak aku jawab.

"Kenapa?" Tanya Calvin sambil memasang wajah kesal. Alisnya mengkerut dan dia berjalan selangkah untuk masuk ke dalam kamar kosku.

Akupun mundur sambil tersenyum kecut, "Kenapa apanya? Ya aku nggak mau aja angkat telpon dari kamu. Aku pengen istirahat tau, capek seharian kuliah." Jawabku sambil duduk di pinggir kasur.

Dengan cepat pria itu mengikutinya, dia duduk di pinggir kasur tepar si sebelahku. "Capek seharian kuliah, atau lagi seneng karena udah bisa ketemu lagi sama cinta lama kamu?" Liat aja tuh muka Calvin, aku yakin dia bertanya begini pasti soal Farhan. Padahal aku udah males membahas hal ini.

Aku menengok ke arah Calvin dengan mengernyitkan dahi. "Ngomong apa sih Kak. Udah deh jangan overthinking gitu." Jawabku lagi yang membuat Calvin malah jadi tiduran di atas kasurku.

Pria itu menghela nafasnya, terekspos badan gagahnya karena malam ini dia terlihat seksi dan menawan. Jujur mungkin aku nggak sanggup, tapi beruntung aku tidak seliar itu. "Nyaman ya, apalagi kalau aku tidur disini berdua sama kamu." Calvin sepertinya memancing, dia mulai bicara nakal padaku. "Maaf, ya ampun jadi ngelantur. Intinya sih aku kesini karena pengen mastiin sesuatu." Begitulah Calvin, aku yakin dia bukan tipe pria yang sembarang, akhirnya dia kembali duduk dan memandang ke arahku.

"Sesuatu apa?" Tanyaku sambil menjemur handuk di pintu lemari kamar, bekas aku tadi mandi.

"Aku bakal ngejar kamu, aku bakal perjuangin kamu. Tapi tolong jangan sampai ada orang lain masuk untuk ngisi hati kamu dulu, meskipun itu orang yang pernah kamu suka." Dia berdiri, mendekatkan wajahnya sambil menundukkan kepala karena dia lebih tinggi dariku. "Aku tau kamu bimbang, tapi tolong lihat aku aja, jangan lihat orang lain ya Lev." Kedua tangannya mulai merangkul tubuhku, dia memelukku dengan erat, aku bisa mencium aroma maskulin parfum dari tubuh Calvin. Badannya yang cukup berotot membuatku merasa sedikit sesak namun suka.

Belum sempat aku membalas pelukan itu, dia langsung melepas dan malah mencium keningku. "Eh..." Aku terkejut pastinya ketika pria itu berbuat demikian tanpa sadar.

"Jujur aku nggak mau sampai Farhan ataupun orang lain merubah posisi aku. Cuman aku yang boleh jadi kekasih kamu." Ucapan Calvin sekarang terdengar memaksa dan optimis banget ya.

"Bukannya itu kedengaran terlalu memaksa ya Kak?" Suaraku pelan tapi pasti terdengar jelas.

Pria itu menyeringai seolah ingin mencoba yang terbaik. "Bodo amat, aku ngomong begini karena udah terlanjur sayang dan cinta sama kamu, tapi kamu nya malah tarik ulur."

Aku malah terkekeh. "Yang tarik ulur siapa sih Kak. Aku cuman butuh waktu, kita sama-sama pernah di posisi yang hancur banget kan, nah aku cuman nggak mau kita ngerasain hal yang sama untuk kesekian kalinya."

Calvin terdiam dan kembali memelukku dengan sangat erat, wajahku ada di dadanya yang bidang, pria itu mengelus kepalaku dengan lembut. "Oke, kalau itu emang mau kamu. Aku bakal ngasih kamu waktu untuk berpikir, tapi aku harap nggak akan lama, karena saingan aku sekarang adalah sahabat aku sendiri untuk mendapatkan kamu Lev, paham kan?" Sungguh ironis kalau sampai aku membuat Kak Calvin kecewa. Semakin dia berbuat begini maka semakin berat juga keputusan yang bakal aku buat kedepannya. Aku pun terdiam sekarang dan merasakan pelukan dari tubuh Kak Calvin.

Armastus - BoyxboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang