"Tugas aku nggak selesai-selesai, malah beranak pinak babi-babi!"Jenesya melempar revisian tugasnya ke luar, tapi beberapa detik kemudian dipungut lagi. Walaupun marah-marah dan hampir membanting laptop, tetap aja dikerjakan tapi sambil misuh-misuh.
Ia buka semua jendela ruang tamu dan pintu, supaya sirkulasi udara berganti. Karena walaupun marah-marah tapi hawa tetap harus dingin.
Mahasiswi semester pertengahan kayaknya juga butuh mancing biar nggak stress terus manjat-manjat dinding, kirain dulu kuliah itu cuma bawa-bawa Tote bag haha-hihi terus pulang.
Ternyata tidak seperti itu ya dek ya, Jenesya sampai turun berat badan karena shock dengan lingkungan perkuliahan. Asam lambung naik sampai mulut pahit itu sarapannya setiap hari.
Kontrakan yang sepi ini menjadi saksi bisu Jenesya yang hampir setiap jam misuh-misuh saat mengerjakan tugas, mulutnya diam hanya saat ia tidur saja.
"P! ASSALAMUALAIKUM NGGAK JAWAB BAB NYA MAMPET!"
Sesosok anomali tiba-tiba saja menerobos masuk, cengiran gigi berpagarnya yang tengil dan aura yang aur-auran mengkontaminasi atmosfer sekitar.
"Waalaikumsalam, ngapain kau sampai bisa di sini?"
Jenesya dengan tampang tidak ramah menyambut si tamu yang tidak diundang, ia meneliti penampilan anomali tersebut yang seperti anak kuliahan tapi tidak meyakinkan.
"Kuliah dong! Btw aku ngontrak bareng kau aja ya Je," tanpa rasa bersalah sosok anomali itu menyambar jus mangga Jenesya dan meminumnya hingga habis.
"Buat sendiri nyet! Shiball malah dihabiskan," Jenesya melempar bantal ke kepala temannya itu.
"Males awokawokawok.." Nona tertawa terbahak-bahak lalu menjulurkan lidahnya.
Jenesya menatap Nona sinis, memang titisan bekantan satu itu menyebalkan. Tiba-tiba datang terus bilang kuliah disini juga, tanpa bilang-bilang malah mau satu kontrakan. Apa-apaan.
"Serius kau kuliah di sini? Di kampus mana memangnya?" Jenesya menatap temannya itu dengan ekspresi meragukan.
Pasalnya Nona itu orangnya out of the box, susah ditebak. Tidak ada hujan, tidak ada mendung tiba-tiba datang ke kontrakan Jenesya bermodalkan GPS padahal beda provinsi.
Katanya kangen :)
"Universitas Green Screen awokawokawok.." Nona tertawa terbahak-bahak begitu juga dengan Jenesya.
Universitas Green Screen adalah salah satu perguruan di provinsi tempat Jenesya tinggal saat ini juga kuliah, kenapa dijuluki demikian? Karena dominan gedungnya berwarna hijau mentereng.
"Kenapa nggak bilang-bilang? Buat kaget aja, mamak mu mana? Kau sendirian ke sini? Ambil jurusan apa?" Jenesya melongokkan kepala mencari apakah ada orang lain yang datang bersama Nona.
"Satu-satu dong nanyanya, Jubaedah. Mama di tempat induk semang lagi gosip kayaknya, jurusan PGTK.." Nona membuka toples di atas meja ruang tamu yang isinya remahan bermacam-macam kue yang jadi satu, ia makan dengan hikmat.
"Kok induk semang nggak ngabarin ya kalau ada orang yang bakalan satu kontrakan sama aku," Jenesya mengerutkan dahi heran, biasanya si pemilik kontrakan selalu ngasih kabar jika ada informasi terkini.
"HP kau mati cuk, aku telepon sampai 59 kali nggak diangkat-angkat. Aku pikir kau nyemplung masuk sumur," Nona menatap temannya itu sinis, ia melemparkan remah roti ke wajah Jenesya.
"Iye ke?" Jenesya langsung mencari keberadaan ponselnya yang entah dimana ia taruh.
Setelah bolak-balik kamar dan membongkar semua tas yang dia punya, akhirnya benda itu ketemu juga. Di atas kulkas.
"Anjass lupa aku cas awokawokawok. Mati total Wak."
Jenesya langsung mengisi daya ponselnya yang mati total. Pantas saja ia tidak mendapatkan kabar apapun, ia lupa kalau benda itu habis batre dua hari yang lalu.
"Goblok.." Nona mencubit paha Jenesya gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duo Absrud Daily Life
Teen FictionKeseharian dua mahasiswi yang kalau nggak haha-hihi, ya meratapi nasib. Kalau nggak Seblak ya Bakso mercon. Kalau nggak Teh hijau ya Boba. Stress dengerin lagu Mahalini, lagi happy ya sama aja cuma mode biduan.