"Aku bosan ngerjain tugas di rumah," tukas Nona membaringkan kepalanya ke atas perut Jenesya yang empuk."Ke Cafe sana," ujar Jenesya tanpa melirik sang sahabat, ia memukul tangan Nona yang mencubiti pahanya.
"Boros bjir. Sekali duduk 50 ribu," balas Nona menghela nafas panjang.
Jenesya tidak menanggapi, ia asyik membaca komik sambil mencemili keripik pisang yang kemarin diantar oleh sang ibu negara saat berkunjung melihat kondisinya.
Nona kembali duduk, ia menatap layar laptop lama dan ia putuskan untuk mematikannya saja. Karena hari ini tidak ada niatan untuk buat tugas.
"Ayo jalan-jalan," rengek Nona sambil menusuk-nusuk perut Jenesya yang empuk.
"Males bjir. Hari ini panas banget," tukas Jenesya, ia menepis tangan Nona yang masih menusuk-nusuk perutnya.
Nona kembali menghela nafas panjang, ia suntuk berada di kontrakan dan pengin main di luar. Tapi hari ini panas sekali, matahari seakan-akan cuma berada dua jengkal di atas kepala.
Jenesya yang anti keringatan paling tidak mau diajak main keluar kalau hari sepanas ini, karena badannya yang chubby ia mudah gerah.
Sementara itu Nona yang memang dasarnya tidak bisa diam, ia mana betah berlama-lama di satu tempat.
"Ya udah, mau ke perpustakaan?" tukas Jenesya yang jengah terus mendengar rengekan Nona.
"Perpustakaan kampus? Ogah, nggak ada novel di sana. Kecil terus sumpek karena rame," balas Nona menolak ide dari Jenesya.
"Ya nggaklah, ngapain juga ke sana? Maksud aku itu perpustakaan daerah, di depan SMP 1. Di sana banyak novel sama komik baru," tukas Jenesya yang langsung berdiri ia hendak bersiap untuk pergi ke perpustakaan mau ngadem.
"Ikut!" balas Nona semangat, ia langsung ngacir mengambil dan masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah selesai dandan, mereka berdua pergi ke perpustakaan daerah yang di maksud Jenesya. Saat masuk Nona langsung ngacir mencari rak-rak berisi novel.
Beberapa saat kemudian mereka asik dengan bacaan masing-masing, Jenesya rebahan di sofa dan Nona duduk lesehan di lantai.
Perpustakaan daerah itu cukup sepi dan hanya Jenesya dan Nona pengunjung yang datang, jadi suka-suka mereka mau membaca dalam posisi apa yang penting nyaman.
"Eh, ini cerpen Wak ternyata. Aku kira novel," ujar Nona sambil menunjukkan buku yang ia pegang.
"Iye ke? Kirain novel horor. Ketipu cover," balas Jenesya sambil menilik sekilas buku itu.
"Ceritanya bagus, penulisannya mengikuti zaman keren sih. Padahal yang buat udah sepuh loh," tukas Nona menunjukkan halaman berisi profil si penulis.
"Woah keren, eh?! Tunggu dulu, novel yang aku baca sama penulisnya sama ini buku!" ujar Jenesya saat menyadari ternyata dua buku itu penulisnya sama.
Mereka berdua terkagum-kagum dengan penemuan tidak terduga tersebut, Nona bahkan sampai mencari identitas si penulis di internet dan ternyata karyanya banyak dan terkenal semua.
"Pantesan alur ceritanya bagus, wong penulisnya sepuh gini. Keren sih bahasanya mengikuti zaman jadi bisa dinikmati semua kalangan," puji Jenesya masih takjub.
"Aku mau pinjam buku ini deh nanti," tukas Nona sambil mengacungkan buku kumpulan cerpen yang tadi ia tunjukkan kepada Jenesya.
Jenesya mengacungkan jari jempolnya tanda setuju, setelah itu mereka berdua kembali terlarut dalam bacaannya masing-masing hingga tak terasa ternyata sudah jam 4 sore.
Sebelum perpustakaan tutup, Nona meminjam buku yang ia ingin baca. Lalu mereka makan malam bakso mercon karena Jenesya males masak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duo Absrud Daily Life
Teen FictionKeseharian dua mahasiswi yang kalau nggak haha-hihi, ya meratapi nasib. Kalau nggak Seblak ya Bakso mercon. Kalau nggak Teh hijau ya Boba. Stress dengerin lagu Mahalini, lagi happy ya sama aja cuma mode biduan.