Seperti biasanya Jenesya pergi kuliah pagi dan Nona tinggal sendirian menjaga rumah, jadwal kuliah mereka memang tidak berbarengan karena memang beda jurusan dan semester.Nona tidak langsung berkuliah setelah lulus SMA, ia memilih untuk menikmati masa bebas itu dengan menjadi atlet voli dan membantu sang ibu mengurus posyandu.
Setahun kemudian dengan pertimbangan yang panjang, akhirnya Nona menyusul sang sahabat yang berkuliah di Universitas Green Screen yang terletak di provinsi seberang.
"Assalamualaikum, oi dah makan siang belum? Aku beli mie tiaw. Makan yok," ujar Jenesya begitu membuka pintu dan mendapati Nona yang lesehan di lantai makanin remah roti dalam toples yang ia letakkan di meja ruang tamu.
"Waalaikumsalam, wih enak ni. Aku tadi beli es teh hijau, nih untuk kau. Yuks bismillah," tukas Nona sumringah, kebetulan ia lapar belum makan siang.
Dua mahluk anomali itu makan dengan lahap dan sesekali mereka bersenda gurau hingga perut mereka sakit dan sesak napas karena terlalu banyak tertawa.
"Kau nggak masuk kuliah?" tanya Jenesya menatap Nona yang malah lanjut rebahan setelah makan, bukannya bersiap untuk pergi ke kampus.
"Nggak, dosennya nggak masuk. Susah payah aku begadang buat tugas, Eh! Taunya nggak masuk dan diganti jadi hari Sabtu besok," jawab Nona dengan ekspresi kesal.
Jenesya tertawa kecil menanggapinya, setelah itu ia ke dapur untuk mencuci peralatan makan yang mereka gunakan.
Selesai berganti pakaian, Jenesya kembali ke dapur karena mau masak untuk makan malam nanti. Menu hari ini adalah bening gambas campur tahu dan sambal ikan teri.
"Jeje, aku pinjam pensil warna dong. Punya ku nggak tau dimana," ujar Nona menghampiri Jenesya yang tengah memotong-motong gambas.
"Ambil aja gih di kamar, dalam tas kuliah aku," tukas Jenesya melirik sekilas Nona yang langsung ngacir ke kamar miliknya.
Saat tengah asik meng-kongsrang-kangsreng, Jenesya dikejutkan dengan Nona yang berteriak dan tak lama kemudian menghampiri lalu memeluknya erat-erat.
"Eh? Kenapa ni? Apaan? Heh?!" tanya Jenesya bingung.
"Itu haaa....itu apaan di belakang pintu kamar kau! Takut!" tukas Nona merengek dalam pelukan sang sahabat.
"Apaan? Ada apa?" tanya Jenesya geregetan.
Karena terlalu penasaran, akhirnya Jenesya berhenti masak dan pergi ke kamar. Sebenarnya ada apa di belakang pintu? Kutang dia yang digantung? Masa takut sama dalaman.
Nona membuntuti sang sahabat, ia berlindung di balik punggung Jenesya serta menutup mata rapat tidak berani untuk melihat apa yang barusan ia lihat.
"Apaan? Nggak ada apa-apa tu. Cuma dalaman aku aja kok, memangnya kamu liat apa?" tanya Jenesya dengan penuh rasa penasaran.
"Masa sih? Tadi aku liat kayak orang gede item di balik pintu kamar mu weh!" jelas Nona dengan ekspresi ketakutan.
Jenesya diam sejenak, ia bingung harus berbuat apa. Masa Nona lihat hantu siang-siang gini? Astaga seram juga.
"Ya udah, dihidupkan aja semua lampu. Tirai dibuka sama pintu-pintu kamar juga," tukas Jenesya sambil menghidupkan lampu kamarnya dan membuka tirai yang menutupi pintu.
Ia juga menghidupkan lampu di kamar Nona karena yang punya takut masuk ke dalam, membuka pintu rumah dan menyalakan penerangan di setiap sudut ruangan.
Jenesya itu peka, memang saat ia masuk ke kamarnya tadi hawa dingin langsung membelai kuduknya. Jadi pasti Nona bukan menakut-nakuti, memang ada sesuatu yang dia lihat di belakang pintu kamar barusan.
"Aku takut tidur sendirian," Nona merengek sambil menarik-narik tangan sang sahabat.
"Ya udah, nanti kita tidurnya di ruang tamu aja," jawab Jenesya.
Setelah itu Jenesya kembali ke rutinitas awalnya yaitu memasak sambil ditemani Nona yang tidak jadi buat tugas karena takut sendirian di rumah tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duo Absrud Daily Life
Teen FictionKeseharian dua mahasiswi yang kalau nggak haha-hihi, ya meratapi nasib. Kalau nggak Seblak ya Bakso mercon. Kalau nggak Teh hijau ya Boba. Stress dengerin lagu Mahalini, lagi happy ya sama aja cuma mode biduan.