03- Tujuh Bintang.

72 11 1
                                    


" Rembulan yang indah selalu di hiasi bintang-bintang kecil, satu iblis di hiasi  tujuh bintang."

A.L.

🦋

Malam tampak begitu indah dengan bintang-bintang bertaburan di langit hitam nan gelap yang di sinari oleh sang rembulan.  Sosok gadis berambut panjang sebahu terlihat jelas tengah berdiri menyandarkan sebagian punggungnya pada tembok, wajahnya berkilau karena sinar rembulan yang memancar ke segala sudut.

Matanya terus melihat ke arah benda langit itu, menatap dalam pada keindahan benda yang bersinar bagaikan lampu di kegelapan. Ia sungguh merasakan kedamaian yang nyata dari benda itu, kegelisahan dan kerisauan yang ia rasakan perlahan menghilang hanyut.

"Ayuni?"

Gadis itu menolehkan kepalanya menatap pada si pemanggil yang berada tak jauh darinya.

Ayuni mengangkat satu alisnya," Ada apa?"

Prilly mengembangkan senyumnya menatap pada sang sahabat yang kini juga menatapnya. "Ayo jalan-jalan!" ajaknya.

"Tidak, aku sibuk."

Setelah mengucapkan itu Ayuni langsung pergi meninggalkan Prilly. Kakinya melangkah dengan cepat untuk bisa pergi dari pandangan Prilly.

Terlalu banyak tenaga yang ia keluarkan hari ini, setelah seharian belajar dan mengikuti kelas tambahannya, dirinya pun ikut pula jalan-jalan sore untuk menemani Arumi yang katanya 'hitung-hitung sebagai hadiah' karena gadis itu berhasil memenangkan debatnya.

Ayuni butuh waktu untuk sendiri, mengumpulkan energinya yang terkuras habis hari ini. Biasanya gadis itu akan mengurung dirinya di dalam gudang sekolah sambil melakukan hal-hal yang menurutnya dapat mengembalikan energinya.

Kali ini ia tidak akan melakukan hal yang sama, karena Prilly berani mengganggu waktu menyendiri nya. Gudang pun tak dapat menjadi tempat ia berkeluh kesah karena tempat itu sangat penuh dengan barang-barang yang sudah tak layak pakai sehingga ruangan itu pengap.

Gadis itu lebih memilih menaiki lantai gedung asramanya menuju atap bangunan yang berlantai tujuh itu. Disana selalu menyeramkan bagi murid-murid yang tinggal di asrama namun, bagi Ayuni tempat ini cukup tenang dan damai walau sangat gelap.

Gadis itu mendudukkan tubuhnya pada gagang besi penyangganya, menatap pada enam gadis yang kini tengah berkumpul di balkon kamar salah satunya, lebih tepatnya di balkon tempat gadis yang baru masuk ke sekolah ini.

Ayuni tersenyum tipis melihat keenamnya nampak terlihat bahagia, terutama pada Arumi yang tersenyum lebar dan tertawa dengan puas. Ayuni senang gadis itu tak terlalu tertekan dengan kalakuan jahat sang kakek yang selalu menuntut kesempurnaan.

Ayuni sungguh lelah dengan segala kemauan oleh kakek dan kedua orang tuanya yang memperlakukan dirinya layaknya robot yang tak kenal kata lelah dan sakit. Yang Ayuni inginkan hanya ketenangan dan kenyamanan.





— [ ATROPOS ] —






Setelah menemukan keberadaan sang sahabat yang menyendiri di gudang sekolahnya, Prilly berjalan kembali ke asrama mereka. Prilly tidak akan mengikuti Ayuni jika gadis itu sudah dalam mode menyendiri. Prilly tahu seberapa beratnya beban yang di tanggung oleh gadis itu, walau gadis dingin itu jarang menceritakan kesehariannya pada Prilly.

ATROPOS:CCT(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang