⚜️CCT ✓

229 20 2
                                    


Siang ini tampaknya semua murid sudah berada di asrama masing-masing. Sekolah dengan sistem yang lumayan aneh itu kini tampak sunyi.

Ada beberapa murid yang masih berada di Sekolah dikarenakan kelas tambahan atau ekstrakurikuler bagi  mereka yang mengikuti kegiatan itu.

Lain dengan beberapa aktivitas tersebut, asrama dilantai tiga nomor tujuh itu terdapat kumpulan gadis yang beranggotakan lima orang yang tengah mengobrol ria.

"Ayolah! Aku sudah mencoba rumus ini tapi hasilnya tetap sama, dimana yang salah Kak?" ujar salah satu dari mereka.

"Alorra, cobalah untuk bersikap tenang! Suaramu sungguh mengganggu fokus ku!" sahut gadis yang sedang duduk lesehan di karpet bulu sambil menulis di bukunya.

Alorra menatap malas pada gadis itu. "Aku juga sedang kesulitan, yang hilang-kan fokus mu bukan aku?! Kau tidak tau sesulit apa ini!" ketus Alorra.

"Ck! Kau lupa jika aku lebih tua darimu? Aku lebih dulu merasakannya! Kelasku juga sedang sibuk, aku harus menyiapkan materi agar aku menang di sidang esok!" balas gadis itu lagi, namanya Arumi.

"Kelasmu membahas kasus apa lagi, Ar?" tanya seorang gadis yang tengah duduk di sofa dengan nyaman. Bando berwarna putih melekat di kepalanya menambah kesan cantik di wajahnya, sebut saja Eysha.

" Sekarang kelasku membahas kasus yang tidak masuk akal! Kami harus mencari bukti kenapa Lion meninggal di lapangan basket tempat dia berlatih seperti biasanya dengan di berikan beberapa petunjuk. Aku tidak bisa berpikir jernih kenapa bisa sekolah ini mengarang cerita sebegitu rupa bagusnya. Bahkan karangan itu tampak nyata dan sungguh terjadi, Lion hanya tokoh dari karangan tersebut tapi seolah jiwanya benar-benar hidup!" Jelas Arumi.

"Jika begitu berarti kasta tertinggi soal IQ itu benar-benar anak Hukum D+?" tanya Alorra.

"Tidaklah! Masih ada anak kesenian yang membahas dan memecahkan misteri dari beberapa kebudayaan, menurut ku itu lebih mustahil terjadi karena itu hanya di sumberkan oleh cerita rakyat! Aku sungguh bingung kenapa anak seni bisa sepintar itu?" ucap Arumi.

"Banar, tapi kalian lupa? Anak seni hanya ada tujuh orang, dan salah satunya adalah Ayuni." sahut Eysha.

"Ah ya! Benar juga! Ayuni bagaimana rasanya berada di kelas Seni S+? Ini sungguh menakjubkan! Kelas seni berada di peringkat S+ dari kelas kejuruan yang lain, mengalahkan anak kelas Sejarah yang berada di peringkat A+!" gadis yang tadinya hanya diam mendengarkan pembicaraan teman-temannya itu kini ikut menyahut, dia Prilly gadis yang rambutnya dikepang dua dan perawakan yang manis dan lembut.

Ayuni yang mendengarnya menaikkan alisnya sebelah. "Biasa saja, tak ada yang menarik." ujarnya.

Mereka menghela nafas pelan, kecewa dengan jawaban yang diberikan oleh Ayuni yang terkesan tidak ada ketertarikan. Ayuni memilih abai dan kembali memainkan handphonenya sambil memasang kembali Earphone-nya.

"Kita salah bertanya padanya." semuanya mengangguk mendengar ucapan Alorra.

Prilly kembali melihat tugas dibuku Alorra, tapi sesaat kemudian kepalanya mendongak dengan ekspresi bingung. "Dimana Kak Lucca? Apa rapatnya belum selesai?"

Eysha mengangkat bahunya tanda tak tahu. "Sepertinya begitu."

Prilly mengangguk lalu Mulai memperhatikan Alorra yang sedang fokus mengerjakan tugasnya. Ada Arumi juga yang tengah mencari bukti-bukti mengenai kasus Yang akan dibahas disidang esok hari.

Ruangan itu kembali sunyi dengan mereka yang fokus dengan aktivitas masing-masing. Eysha yang fokus menonton televisi dan Prilly yang membantu Alorra mengerjakan tugasnya, Arumi yang kembali membaca kasus yang akan mereka tuntaskan esok dan Ayuni yang fokus dengan handphonenya.

ATROPOS:CCT(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang