***
"Eh bocah, manja banget sampe harus disuapin gitu.""Ih, Kak Dito iri yah, pengen disuapin sama mbak Ayu juga," tuding Sarah, sehingga Ayu melirik ke arah Dito yang baru turun dari lantai atasnya.
Dito menggeleng, raut mukanya terlihat panik. "Nggak usah ngarang," kilahnya, sambil duduk di samping Sarah, menganggu gadis itu dengan memainkan rambut panjangnya.
"Kak Dito jangan pegang-pegang rambut. Cekit-cekit tau kulit kepala, Aku," ujar Sarah memprotes kelakuan Dito.
Dito langsung melepas rambut gadis itu, "Di pegang doang nggak bisa banget anjir," umpatnya, sedangkan Sarah cuek saja karena sudah biasa.
Ayu dengan tenang menyuapi Sarah. Tidak lupa membereskan bekas piring makan Sarah, dan bersiap membawa piring bekas pakai itu ke dapur.
Namun, saat berbalik, Dito salah fokus akan sesuatu di bagian belakang tubuh Ayu. "Yu, itu kenapa celana kamu?"
Sarah juga mengikuti arah pandang Dito, matanya membelalak saat melihat sesuatu. Cukup terkejut.
"Kenapa Dit, celana aku?" Berusaha melihat ke bagian belakang celananya, untuk memastikan sesuatu.
Dito yang sepertinya mulai paham, bibirnya seketika kelu untuk menjawab. Lebih tepatnya sungkan, karena pasti Ayu akan malu.
Ayu yang mulai menyadari, menepuk jidatnya pelan. Lalu meletakkan kembali piring bekas tadi, di depan Sarah.
"Aduh, bentar yah. Mbak ke atas dulu. Mau gantian." Ayu bergegas menaiki tangga dengan cepat.
Ternyata ada noda darah di belakang celananya. Dia sedang menstruasi. Karena ini baru hari kedua, jadi memang lagi lancar-lancarnya.
20 menit kemudian...
Ayu menuruni tangga dengan pelan. Terlihat dia menggunakan celana yang berbeda dengan celana yang dipakai sebelumnya.
Ia melihat di ruang TV masih ada Sarah dan Dito. Piring bekas tadi sudah tidak ada di sana. Sepertinya sudah dibawa ke dapur oleh Dito, karena Sarah pasti kesulitan untuk melakukan itu.
"Sarah, kamu ada stok?" tanyanya pelan.
"Stok?" Sarah sempat bingung dengan apa yang dimaksud Ayu, butuh beberapa detik untuknya memahami. "Aku nggak ada mbak, aku baru selesai kemarin. Belum stok lagi. Punya mbak Ayu habis?"
"Iya, mbak bingung ini. Mana udah malam, motor mbak juga belum dibawa ke bengkel. Tiya sama Nara juga lagi nggak ada stok. Mbak lupa, kalau lagi kehabisan itu."
Dito yang berada di dekat mereka, pura-pura tidak mendengar pembahasan itu. Menurutnya akan sedikit aneh, jika dia ikut nimbrung.
"Gimana yah Mbak. Bawa motor aku aja."
"Mbak nggak berani kalau bawa motor lain. Pasti nggak kebiasa."
"Gimana yah? Mbak Tiya sama Nara juga kan, nggak bisa bawa motor."
Sarah tampak berpikir, lalu menepuk paha Dito yang di sampingnya, sontak membuat pemuda itu berbalik dan menaikkan alisnya seolah bertanya.
"Beliin mbak Ayu pembalut kak."
Dito terkejut dengan pemerintaan Sarah. Tidak hanya Dito, Ayu pun demikian.
"Eh nggak usah. Nanti besok aja, ini udah jam 9. Di luar juga baru abis hujan." Ayu menggeleng, tidak ingin merepotkan.
"Jangan gitu mbak. Nanti bocor, gimana? Kak Dito beliin yah."
Dito ingin sekali menolak, tapi tidak tega juga akhirnya terpaksa mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
PlayKiss in Kos
Любовные романыBercerita tentang para penghuni Kos Pratama Para penghuni Kos Pratama: 1. Arnaka Pratama-Pegawai BUMN (Pemilik Kos) 2. Bima Setiawan-Mahasiswa Teknik Sipil Semester Akhir 3. Tiyana Lestari-Pramuniaga 4. Ardito Permana-Hotel Event Manager 5. Sarah...