Khaifan menutup laptop nya setelah menyelesaikan tugas sekolah nya.
Ia menyandarkan kepalanya di kursi yang didudukinya, sudah begitu lelah rasanya jika ia harus berjalan ke kasur, karna sudah terhitung 1 jam dirinya terfokus pada laptop di hadapannya.
Untunglah badannya sedang bersahabat padanya.
Khaifan mendengar notif dari ponsel nya yang berada di atas meja, kemudian ia meraih ponselnya itu dan melihat siapa yang mengirim pesan pada dirinya.
Note: abaikan jam!
Khaifan menghembuskan nafas lelah setelah membaca isi dari pesan tersebut, sekarang ia hanya bisa pasrah dan mulai berjalan ke ruang kerja ayahnya.
Entahlah apalagi yang didapatnya untuk hari ini.
Cklek
Plak!
Kepala Khaifan tertoleh kebelakang karna tamparan tiba tiba dari sang ayah.
"salah Khaifan apa, yah" tanya Khaifan lirih sembari memegang pipinya.
"masih bertanya apa salah kamu? lihat! lihat laptop saya sekarang rusak, karna siapa? karna kamu anak sialan!!"
"tapi yah Khaifan bener bener ga tau soal ini, bahkan seharian tadi Khaifan cuma di kamar yah ngerjain tugas"
"halah! Terlalu banyak alasan kamu, palingan pasti kamu buatkan saya teh supaya saya senang dan mau nerima kamu jadi anak saya? Heh, jangan bermimpi"
"bisa tidak? Sekali saja kamu itu menjadi anak yang berguna? Liat abang dan kakak mu, selalu membuat saya bangga"
"sedangkan kamu? Masalah yang ada"
Sedari tadi Khaifan hanya menunduk, takut untuk menatap mata ayahnya, ia sangat berusaha keras menahan air matanya untuk turun.
"keluar kamu" Khaifan berbalik dan berlari ke arah pintu supaya segera keluar darisana.
Dari jauh, Khaila melihat adiknya itu yang berlari keluar dari ruangan kerja ayahnya.
"ngapain dia keluar dari ruang kerja ayah sambil lari lari begitu?"
"bodo amat lah, bukan urusan gw juga"
Cklek
Khaila memasuki ruang kerja sang ayah sambil menunduk takut.
"ada apa Khaila?" tanya sang ayah lembut.
"maaf ayah, Khaila tau pasti ayah marah, soalnya yang numpahin teh ke laptop ayah itu Khaila, awalnya aku cuma mau kasih ayah teh supaya ayah ngerasa hangat karna daritadi hujan turun deras"
"maafin aku yah"
"yasudah gapapa, sudah terjadi juga"
"ayah senang dan hargai karna kamu sudah berani jujur dan meminta maaf"