*di dalam ruang rawat Khaifan.
"udah ada kamu kan, saya pulang duluan" ucap Cakra yang setelahnya melenggang pergi darisana.
"ada ya orang tua kayak gitu?! ah ada sih, contoh nya tu si tua bangke"
"Fan Fan.., udah dibilang jangan tidur juga" gumam Xavier.
"andai gw abang lo, pasti hidup lo bakal lebih bahagia Fan" ucap Xavier sembari mengelus lembut rambut Khaifan.
"eugh"
"Fan?!"
"kak.." lirihnya.
"lo dirumah sakit, lo gapapa kan? ada yang sakit gak? masih pusing apa gimana gitu bilang sama gw"
"sedikit pusing, kak"
"bentar, gw panggil dokter nya"
...
"kondisi kamu sudah lumayan membaik, cuman tolong sekali jangan terlalu kecapean dan banyak pikiran ya? ingat kondisi mu masih lumayan baik bukan sudah baik, jadi kamu dirawat dulu ya disini sampai kondisi nya sudah stabil kembali"
"gausah dok, saya udah gapapa kok rawat jalan aja ya"
"udah nurut aja lo! iya dok makasih penjelasan nya biar Khaifan dirawat aja disini" ucap Xavier.
"yasudah, kalau begitu saya permisi ya, selamat istirahat"
"iya dok terimakasih"
"kenapa lo, kusut banget tu muka" tanya Xavier.
"kak"
"hmm"
"gw senyusahin itu ya? gw lemah, gw-"
"apaansih lo ga nyusahin dan lo ga lemah! siapa yang bilang gitu sama lo?"
Khaifan meraih ponsel disakunya, dan memberikan isi chat yang tadi dengan keluarga nya pada Xavier.
"keluarga anjing ini mah" batin Xavier.
"udah jangan dipikirin, lo ga seperti yang dikatain sama keluarga lo itu kok. udah mending sekarang lo istirahat, gw temenin disini"
"lo juga istirahat! jangan sampe ikutan sakit cuma karna gw"
"iya amann, istirahat duluan deh lo ntar gw nyusul ke alam mimpi" Khaifan mengangguk kecil kemudian memejamkan matanya.
"istirahat ya, gw harap bangun tidur lo bisa lupain perilaku buruk keluarga lo itu sama lo"
.
.
.
.
.
.
.
.
Paginya.
Keluarga Cakradinata sedang melaksanakan sarapan dengan tenang, tidak ada satupun dari mereka yang mengeluarkan suara atau memulai topik pembicaraan.
Sampai suara berat sang ayah mampu mengalihkan seluruh mata ke arahnya.
"perusahaan ayah, bangkrut"
"what? yah?" kaget Khaila tidak percaya.
"ya, sekarang ayah minta tolong dengan Khaifan untuk kamu yang bekerja mulai dari sekarang" ucapan itu membuat Khaifan menatap sang ayah tidak percaya.
"kenapa harus aku yah?" tanyanya.
"Khaifan, ayah ini sudah tua ayah tidak bisa jika harus bekerja yang terlalu berat, emang nya kamu tega melihat ayah sakit?"
"bukan gitu yah, tapi kenapa harus aku? kan ada abang sama kakak, bunda?"
"bunda juga dipecat dari pekerjaan, jadi kamu mau ya bantu?"
"hanya kamu yang bisa, abang dan kakak mu banyak kegiatan di sekolah nya, mereka harus ekskul sedangkan kamu pulang sekolah setelahnya hanya dirumah"
"sebenarnya aku juga ada ekskul yah! cuman ayah yang ga bolehin, dan emang nya ada kewajiban anak menafkahi keluarga? bukan kewajiban anak bekerja yah"
"Fan lo lebay banget sih! dimintain bantu aja lo susah banget, apa sih susahnya bilang iya?" ucap Khaisya.
"pantang di harepin lo!" sahut Khaila.
"tidak ada lagi penolakan, pokoknya pulang nanti kamu sudah harus bawa uang"
"aku selesai." ucap Khaifan menyudahi makannya dan beranjak pergi dari hadapan keluarganya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Khaifan membawa motor nya dengan kecepatan di atas rata rata.
"GA ADA YANG PEDULI SAMA GUAA!" teriaknya.
"selalu gw, gw, dan gw! emangnya abang atau kakak ga ada yang bisa berhenti dari ekskulnya itu!"
"gw BENCI KALIANN"
"arghhhhhhh!!!"
.
.
.
.
.
.
.
.
"kak" panggil Khaifan pada Xavier yang sedang fokus dengan ponselnya.
"hmm"
"lo tau ada kerjaan yang bisa dapet gaji perhari gak?" ucapan Khaifan membuat Xavier langsung menghentikan kegiatannya dan menatap Khaifan penuh tanya.
"kenapa nanya? lo mau kerja? keluarga lo ga ngasih lo duit lagi apa gimana? kalau iya gausah lah, gw mau kok penuhin kebutuhan lo, kan gw udah anggep lo sebagai adek gw sendiri"
Khaifan menggeleng. "gw ga mau repotin lo, lagian lo ga ada kewajiban sama sekali buat penuhin kebutuhan hidup gw"
"ya its oke Fan, gw gapapa kok ga masalah, papa sama mama juga ga masalah"
"masalahnya bukan itu kak"
"trus?"
"perusahaan bokap gw, bangkrut"
"hah! serius lo?" Khaifan mengangguk.
"trus trus?"
"pokoknya gitu deh, lo tau apa enggak ada kerjaan yang bisa gaji perhari?"
"bentar jawab gw dulu! lo ga disuruh kerja sama keluarga lo kan? kalau iya please jangan mau, lo belum cukup umur buat kerja"
"aelah lo mah peramal, semuanya lo tau"
"NAH bener kan gw? trus lo bilang apa, jangan bilang lo mau"
"gw udah nolak, tapi mereka maksa, ya gw harus gimana.." lirihnya.
"bukannya bunda lo"
"ga tau gw katanya bunda gw juga di pecat"
"Fan? rumah segede itu ga ada besi atau balok apa?! gereget banget gw, kenapa ga lo pukul aja keluarga lo itu satu satu dari belakang sih!" seperti biasa, candaan Xavier mampu membuat nya tertawa.
"gila! ngaco lo" jawab Khaifan dengan tawanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
..............................
Bersambung