04. Cornelia's Room.

11 0 0
                                    

Tak berselang lama, pintu kamar Nelia terbuka dan Nelia masuk ke dalam. Sedangkan Aya sedang terduduk di atas kasur sambil menyelimuti dirinya. Tampaknya dia agak kedinginan.

"Kamu kedinginan?", tanya Nelia.

"Dikit sih.."

"Tumben bener, hehe. Padahal kamu dulu kan kayak pinguin, paling tahan dingin dan paling ga suka kepanasan.", Nelia sambil memperagakan gerakan jalan pinguin di depan Aya.

Seketika ada bantal yang terbang dan mendarat pas di wajah Nelia.

"Aduhhhh...", teriak Nelia. "Eh nih anak udah berani lempar-lempar ya.."

"Ya kamu sih nyebelin, masa nyamain aku sama pinguin!", Aya tampak manyun setelah itu.

"Wkwkwk..", Nelia tertawa dengan lantang. "Udah... ayo segera tidur."

Aya lalu memandang ke arah jendela, dan malah beranjak turun dari kasur dan menuju ke sana.

"Bagaimana dengan besok, Nel? Rasanya aku ga mau menghadapi hari esok. Aku pingin waktu berhenti saja saat ini.", Aya berdiri sambil berusaha memeluk dirinya sendiri, seperti sedang menguatkan dirinya sendiri.

"Setelah apa yang terjadi dengan hari ini, aku takut ga bisa menjalani hari esok Nel. Ini hari tergila yang pernah aku jalani, dan aku takut kalau masih ada hari-hari yang lebih gila lagi dari hari ini."

Nelia melihat Aya saat ini sebagai sosok yang sangat rapuh. Dia seperti salah memilih kehidupan, dan kehidupan itu jugalah yang menghajarnya sampai seperti ini. Nelia sama sekali tidak melihat Aya yang dulu sangat ceria, yang selalu punya waktu untuk tertawa dan tersenyum. Sangat berbeda ketika melihat Aya ngobrol dengan Bunda, dan karena itu pulalah Nelia sadar betapa beratnya beban yang tidak ditampilkan Aya ketika ngobrol dengan Bunda. Nelia lalu beranjak mendekatinya dan berusaha mengusap kepalanya dari belakang.

"Aku boleh ijin peluk kamu?", tanya Nelia.

"......", Aya tidak menjawab, tapi menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuannya.

Nelia melingkarkan tangannya ke pinggang Aya dan mendaratkan wajahnya di dekat telinga. "Jadi kamu pasti berat banget, maafkan aku tidak ada di sebelahmu ketika kamu menjalani ini semua."

"Jika kamu tanya aku, apakah yang terjadi hari ini ada dalam bayangan dan keinginanku maka aku dengan yakin akan menjawab tidak. Bukan karena aku tidak bahagia karena bertemu kamu lagi, tapi aku sangat tersakiti ketika melihatmu babak belur seperti ini.", Nelia berusaha menenangkan Aya.

"Aku melepaskanmu waktu itu, karena aku yakin kamu akan bahagia bersamanya — ", Nelia tidak melanjutkan kata-katanya.

"Aku tidak pernah bahagia dengan pilihan itu, Nelia...", Aya tiba-tiba memotong apa yang Nelia bicarakan, dan dia membalikkan badannya sehingga mereka berdua saling bertatapan.

"Jadi.. bahagiamu apakah masih sama seperti dulu?", tanya Nelia sambil tetap menatap tajam mata Aya.

"Aku sangat merindukanmu Cornelia...", kata-kata itu ditutup dengan kecupan kecil di bibir Nelia. "Apakah kita bisa memulai lagi perjalanan ini?"

"Aya.. soal memulai perjalanan ini mungkin hal yang mudah, tapi bertahan dalam badai di sepanjang perjalanan itu hal yang berbeda. Apakah kamu sudah siap? Aku tahu Damar ternyata sebrengsek itu, tapi tetap saja hubungan kalian sudah cukup kompleks. Kamu bahkan sudah akan menikah dengannya. Apakah kamu yakin untuk tidak melanjutkannya? Kamu siap untuk melawan Papa Mama dan keluarga Damar atau bahkan Damar itu sendiri?", kata-kata Nelia kali ini cukup menusuk bagi Aya.

"Aya.. aku tidak ingin membawamu lagi pada aliran sungai yang penuh goncangan dan ombak deras. Aku ingin membawa ketenangan dan kesegaran dalam hidupmu melalui hubungan ini. Dan kamu pasti tahu, itu tidak bisa didapatkan hanya dalam 1–2 hari saja. Kamu tahu seperti apa lingkungan sekitar kita memandang hubungan kita ini, mereka pasti akan menganggap kita melakukan dosa besar. Apa kamu sudah siap menghadapi semuanya?"

Percakapan 2 insan kini terjeda dengan keheningan.

"Nelia... please, aku tidak ingin terluka lagi. Aku ingin merasakan cinta yang menguatkan, bukan menyakiti diriku. Aku ingin merasakan kehangatan, semangat, gairah dari apa yang disebut sebagai cinta. Aku ingin bertumbuh menjadi lebih dewasa dan lebih kuat, dalam cinta ini. Aku tidak ingin terbelenggu dalam ketakutan yang selalu mengatasnamakan cinta cinta dan cinta. Jadi... ya, aku akan siap menghadapinya. Apakah kamu masih yakin dengan ini Nel?", Aya balik bertanya kepada Nelia.

1 detik..

2 detik..

Nelia mengambil nafas panjangnya..

"Mulai hari ini, mari kita saling mencintai lagi..", Nelia mengecup kening Aya dan mendekapnya dengan erat.

Kali ini Nelia tidak akan melepaskan Aya, apapun resikonya..

Cahaya dan CorneliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang