4. Given and Taken

207 19 42
                                    

"Arin, aku tahu kamu pasti takut. Kamu mau lari ke kantor polisi?" tanya Joule, Arin terlihat sangat kaku saat mengantarkan makanan ke kamarnya. Dia hanya gadis daerah yang tak punya keberanian apa pun, dia berpikir seribu kali untuk melakukannya dan ternyata Joule membaca pikirannya dengan lugas. Kriminal punya pikiran yang lebih cerdik dibandingkan gadis sepertinya.

"Aku bukan badebah yang tidak tahu terima kasih, aku bukan pembunuh."

"Kamu pembunuh! Kamu bunuh banyak orang, kamu hancurin banyak hidup."

"Itu kecelakaan. Kalau kamu keras kepala aku akan buat satu catatan kriminal baru, dan keluarga kamu korbannya," bisik Joule di telinga Arin. Sangat mengerikan.

Arin sampai gemetar, dia tidak cukup tenaga untuk membunuh Joule sendirian. Atau mungkin jika Joule berhasil diringkus anak buah Joule akan menangani ini, hasilnya sama saja—-keluarganya akan mati.

***

Jujur saja mengurus orang lumpuh dengan mulut yang seribu kali lebih aktif itu melelahkan. Yumna selalu bekerja menggunakan earphone atau tws memutar lagu rock yang sangat kencang agar tidak mendengarkan mulut busuk Sakya. Pun dia hanya berpengalaman merawat Juan yang notabennya adalah laki-laki paling soft spoken di dunia ini, ah sial Yumna semakin jatuh cinta.

Sakya memperhatikan Juan yang tidak pernah mengeluh, dia telaten memijit kakinya yang tidak berguna. Kaki kanan dan kiri diurut oleh dua orang yang berbeda agar tidak terjadi keram atau hal tidak diinginkan lainnya. Mereka tidak mendengarkan Sakya, Sakya ingin sendiri.

"Sakya, aku tahu kamu nggak pengen benar-benar sendiri." Juan datang memberikan sebuah pelukan.

"Minggir!" Sakya adalah pria dewasa, dia sama saja dengan pria pada umumnya. Dia benci bertingkah seperti gay.

"Ayo keluar, berjemur." Sakya baru saja dimandikan, entah berapa orang yang sudah melihat tubuhnya telanjang. Dia tidak terima, malu, tersiksa, merasa direndahkan. Namun, tidak ada yang bisa dia lakukan.

"Aku nggak mau, aku malu!"

"Malu pake kursi roda? Ibu kamu bilang kamu gak pernah mau naik itu."

Juan membangunkan tubuh Sakya yang terasa tak bertulang, dia sangat rapuh dan lemah sampai tak bisa mempertahankan posisinya sendiri. Juan menaruhnya dipunggung, meletakkan kedua tangan lunglai itu melalui pundaknya.

Yumna mengerti dengan kode sederhana yang diberikan Juan, tangan yang terkulai lemas itu diikat menggunakan pita dari dalam tas Yumna.

"Okay! Lets go!" Meski telinga Juan berisik karena sedari tadi Sakya mengumpat, Sakya berhasil menaiki tubuh Juan dengan sedikit lebih banyak usaha tentu saja karena tubuh Sakya lebih besar dibanding Juan.

"Juan nggak apa-apa?" Jujur saja biasanya posisi seperti ini pernah dilakukan, Joule yang menggendong dan Juan yang digendong.

"Nggak apa-apa," ucap Juan lalu melangkah keluar bersama orang berisik yang mulai menerima dan menikmati perjalanan di punggung Juan.

Yumna mengekor karena dia yang membawa perlengkapan Sakya, obat atau oksigen portabel karena biasanya Sakya memiliki keluhan pernapasan efek tulang rusuk yang pernah patah dan melukai paru-parunya.

"Gua capek!" Sakya protes, Juan baru saja keluar membuka pintu rumah.

"Ya gua juga! Makanya naik kursi roda mau," ucap Juan dengan napasnya yang memburu.

Sakya menatap pria yang mengangkatnya ini, bahkan keluarganya hanya membayar Yumna tapi kenapa Juan mau bekerja keras seperti ini? Apa benar mereka hanya sahabat? Bahkan jika mereka suami isteri mereka berlebihan untuk bersikap seperti ini.

Die TriangleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang