•
•
•
five months passed.
.lima bulan berlalu, kini dua pria tampan bersahabat itu sudah menjadi tetangga. bahkan keduanya bekerja sama dalam berbisnis.
"Natta mau kemana?" tanya Nanon yang tengah fokus menyetir.
"mau lihat ade." antusias Nattawan, membuat Nanon maupun Phuwin tersenyum sumringah melihat ke antusiasan putra sulungnya.
ketiga nya kini tengah di perjalanan menuju rumah sakit, untuk mengontrol bulanan kandungan Phuwin yang sudah menginjak minggu ke-20.
"sebentar lagi Natta jadi kakak ya?" tanya Phuwin, menatap putranya yang duduk disebelah suaminya yang tengah menyetir.
"iya ibu, nanti kalo ade udah lahir berarti Natta di panggil kakak iya ayah.?"
"tentu saja nak, nanti bermain bersama dengan ade ya." ucap Nanon, mengusap pelan surai Nattawan menggunakan tangan kiri nya.
"kak, habis antar aku jadi ke kantornya kak Naravit?" tanya Phuwin, pasalnya suaminya itu pagi tadi meminta izin jika ada hal penting yang mau dibahas.
"oh, ayah mau ke kantor uncle Nara?"
"jadi sayang, Natta mau ikut?"
"jangan kak biar Natta sama aku kerumah ibu." tolak Phuwin, dirinya takut jika nantinya mengganggu pembahasan penting itu.
asik dengan obrolan, Nanon tak menyadari jika lampu lalu lintas dijalan yang memiliki empat berlawanan arah berganti menjadi merah, yang seharusnya ia berhenti justru lelaki tampan itu tak menyadarinya, sehingga membuat...
"KAK BERHENTI." teriak Phuwin, telat menyadari suaminya melanggar rambu-rambu lalu lintas, menerjang jalan lampu hijau berkendara dari perlawan yang tak searah.
seolah lepas kendali untuk melanjutkan setirnya, Nanon dengan cepat merengkuh tubuh Natta kedalam dekapan nya pada saat sebuah truk tangki besar menghantam keras mobilnya.
•
"Joong, selain jadwal meeting dengan Nanon apa ada lagi?" tanya Pond yang tengah duduk santai diruangan nya.
Joong sepupu Pond yang menggantikan Parn untuk sementara waktu, wanita itu diliburkan karena usia kandungan nya sudah memasuki usia tua.
"tidak ada, hanya dengan Nanon saja, kenapa Nar?"
"setelah selesai meeting temenin aku ke makan Dunk ya."
Joong menatap atasan sekaligus sepupunya itu dengan ekspresi datar. "tidak mau, pergi sendiri." jawab Joong santai, membuat Pond sedikit memberikan tatapan sinis.
"ku potong gaji mu bulan ini." ancamnya, namun siapa sangka ancaman itu tak membuat Joong takut.
"silahkan saja kalo berani, paling ayah akan memarahi mu."
"dasar anak ay-" tiba-tiba saja Pond menghentikan ucapannya membuat Joong menatapnya.
"kenapa?"
"Nattawan seperti memanggil ku, mereka datang lebih awal?" tanya Pond, pria tampan itu duduk dari posisi duduknya dan berjalan kearah pintu ruang kerjanya.
saat membuka pintu dirinya tak melihat siapapun disana.
"datang lebih awal apanya Nar, tidak ada yang memanggilmu." ujar Joong menepuk pundak Pond, jujur saja dirinya sedikit bingung.
"tapi tadi aku mendengar Natt-"
keduanya langsung menoleh kearah ponsel yang berdering diatas meja. dengan cepat Pond berjalan kearah meja diikuti Joong. Pond mengambil ponselnya dan mengecek siapa yang menelfon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife, My Friend | PONDPHUWIN
Teen Fictionseorang pria yang menikahi istri sahabat nya.