WE CAN'T {2}

302 24 0
                                    




HAPPY READING





"Gue duluan" seorang lelaki yang tersisa berdua dengan Laut di dalam kelas melengang pergi menyisakan Laut yang masih membereskan peralatan belajarnya.

Laut hanya berdehem singkat, atensinya beralih pada seonggok tas ransel abu-abu gelap yang masih tergeletak di atas meja, entah kemana pemiliknya, Laut tak melihat batang hidung Althan semenjak masuk setelah jam istirahat.

Laut melangkah santai melewati koridor, namun sesekali matanya menerawang mencari keberadaan seseorang yang dari tadi berkeliaran di benaknya

Hingga iris hazel itu terpaku pada beberapa laki-laki yang kini berjalan berlawanan bersamanya, matanya tak lepas menatap sosok Althan yang sempat menoleh sekilas padanya, lalu kembali acuh mengabaikan keberadaannya.


"Menurut gue aja atau lo juga ngerasa nggak tuh anak ngeliatin Althan mulu" Leon berbisik pelan pada Kevin disebelahnya sementara Althan berjalan di depannya bersama Nathan yang asik berceloteh pada Althan yang entah mendengarkan atau tidak


"Gue udah sadar dari lama sih, kayaknya ada sesuatu di antara mereka"
Kevin balas berbisik, tak peduli Althan yang dapat mendengar suara mereka yang berjarak dekat dengan Althan.

Sementara Laut menghembuskan nafas panjang saat berpapasan dengan Althan, dia tak tahan ingin menyapa sosok itu, atau bahkan sekedar saling tersenyum, namun apa daya, Althan sudah mengancam untuk bersandiwara jika sudah berada di sekolah, tapi apa bedanya juga dengan mereka yang di rumah juga saling mengabaikan?


Pertemuan pertama mereka sudah berlalu 10 tahun yang lalu. Namun dalam waktu selama itu tak banyak perubahan yang terjadi, Laut tumbuh dengan kasih sayang dari kedua orang tua angkatnya, Laut diterima begitu baik oleh keluarga itu, dia juga merasa begitu dicintai tapi kadang juga merasa bersalah, karena hanya merasa merepotkan kedua orang yang sangat baik itu.

Ya. tidak banyak perubahan, begitupun dengan seseorang remaja yang berjarak lima bulan dengan nya, seseorang yang pernah dikenalkan dengan nama Althan, seseorang yang tidak pernah menerima kehadirannya, selalu memberikan tatapan permusuhan yang begitu rumit untuk kehidupan Laut selama 10 tahun ini.

Laut tak diam, dia tahu itu semua.

Mencoba mendekati?
Tolong jangan tanyakan hal itu pada Laut yang setiap hari tak pernah bosan menyapa Althan, mencari topik yang tak pernah ditanggapi Althan, bahkan selalu mencoba pendekatan layaknya orang kebanyakan juga tak mempan pada Laut.

Menyerah?
Entahlah Laut rasanya tak bisa saja membiarkan Althan mengabaikan nya, dia merasa Althan telah salah paham selama ini padanya, jadi dia harus menjelaskan semuanya walaupun tak ada yang harus dijelaskan, dia hanya ingin Althan menoleh padanya, menganggap kehadirannya, berbicara layaknya teman atau bahkan saudara.

APAKAH SESULIT ITU?

──୨_🎀_ৎ──

Malam itu suasana terlihat bersinar dengan semilir angin menyapu lembut wajah Laut yang tengah asik memandang hamparan taman di bawah sana melalui balkon kamarnya

Hamparan bunga mawar merah dan tulip terlihat indah dari atas sana, taman bunga itu sudah ada sejak dua tahun lalu, sang mama yang sangat menyukai bunga sama seperti Laut membuat pemuda itu sangat bersemangat mendengar taman yang akan di bangun tepat di bagian depan kamarnya.

Terkadang Laut juga sesekali langsung ke taman, apalagi kalau sedang sedih, Laut suka disana, rasanya menenangkan.

"Den..." Suara seorang wanita paruh baya mengalihkan atensi Laut pada sumber suara.

WE CAN'T (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang