WE CAN'T (21)

214 14 0
                                    

°
°
°

HAPPY READING

Kesadaran perlahan merenggut pikiran Laut, matanya terbuka perlahan diiringi mulutnya yang terbuka lebar menguap disela sisa rasa kantuknya

Guncangan pada bus tampak tak membuat Laut sadar akan keberadaannya, kembali menutup mata, memeluk erat seseorang yang saat ini jadi sandarannya.

Sedetik kemudian mata itu membelalak, TUNGGU? SESEORANG?

Wajah itu perlahan mengarah ke samping, menemukan Althan yang juga tengah tertidur bersandar pada kursinya, Laut segera melepas pelukannya, sedikit mengintip pada keberadaan orang-orang disekitarnya

Tepat disebelah sana ada Kevin dan Leon yang juga tengah tertidur, dibelakang bangku mereka ada Reygan dan Nathan yang juga tidur, apa ada seseorang yang melihat dia memeluk Althan seperti tadi?

Laut mengumpat dalam hati, bagaimana ia bisa seceroboh itu, ingatkan Laut untuk melihat kondisi lebih dulu lain kali.

"Udah puas meluk gue"
Laut tercekat, sosok disebelahnya bersuara pelan membuat Laut mengalihkan atensi pada Althan yang masih memejamkan mata, namun kemudian terkekeh geli

"Masih jauh, sini tidur lagi"
Althan membawa kepala Laut bersandar di dadanya, membuat Laut membeku sementara

Irama jantung Althan yang berdetak beraturan membuat Laut merasa damai, namun mengingat posisi mereka yang terlalu ambigu membuat Laut menjauhkan dirinya, menatap kesal Althan yang sudah membuka mata, menampilkan manik gelap tersebut.

"Gue udah nggak ngantuk" Laut mengalihkan pandangannya pada jendela disebelahnya, melipat kedua tangannya di depan dada

"Yaudah sekarang biarin gue yang tidur" Althan menyender pada bahu Laut, membuat sang empu membulatkan matanya terkejut, apalagi saat sebuah tangan besar menyelinap di belakang tubuhnya, membuat tangan itu memeluk erat pinggang ramping milik Laut

Laut nge-freze, jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya, pemuda itu meneguk saliva susah payah

"Tangan Lo!" Laut memukul tangan Althan setelah mengumpulkan kesadarannya, menatap tajam makhluk yang menunjukkan tampang tanpa rasa bersalah setelah melakukan hal tersebut

"Bentar, rasanya nyaman" suara maskulin itu berucap pelan, membuat Laut makin terdiam tak bisa berkata-kata lagi, rasanya ia hanya ingin tengelam saat ini, tengelam di jalan pun tak apa

Laut sejenak mencoba membiarkan Althan, tak ada salahnya kan dia membiarkan sementara seperti ini, mungkin Althan hanya terbiasa tidur dengan guling atau memeluk sesuatu, ya mungkin seperti itu bukan?.

Laut salah fokus oleh wajah disebelahnya, membuat Laut berakhir menatap wajah yang hampir tak ada cela itu, oh apa lagi-lagi dia mengagumi wajah saudaranya lagi?

Tapi siapa yang sanggup mengabaikan wajah se sempurna itu berada di dekatnya?
Siapa? Laut aja nggak bisa.

Alis tebal yang menukik tajam selaras dengan wajah dengan rahang tegas miliknya, belum lagi hidung mancung dan bibir sempurna milik Althan, rasanya Laut ingin berteriak atas ketidakadilan yang dia rasakan sekarang

Setidaknya kenapa dia tak memiliki kemiripan dengan Althan?

"Awas jatuh cinta"

WE CAN'T (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang