°
°
°
HAPPY READING"jadi siapa yang jelasin ini?" Suara Lucas menggema di ruangan biasa tempat ia bekerja tersebut, menatap penuh identifikasi pada kedua anaknya yang kini duduk bersebelahan di hadapannya, dengan sebuah meja kerja yang membatasi.
Laut menunduk, mengengam tangannya di bawah, mungkin ia harus bicarakan semuanya
"Althan apa yang kamu lakuin?" Lucas menatap penuh pada pemuda di sebelah Laut, yang tampak tenang sedari tadi."Pa... Ini bukan salah kak Al" Laut menyela, dia tak ingin kesalah pahaman ini berlanjut
"Kalau kamu mau ngebela dia lebih baik kamu keluar dulu Laut"
Laut menggeleng, menatap Althan yang tampak tak terusik, ayolah ia ingin Althan setidaknya bicara kebenarannya sekarang
"Maaf Pa Althan lalai jaga Laut"
Bukan. Bukan itu yang ingin Laut dengar"Jadi siapa yang udah lakuin ini?"
Althan mengepalkan tangannya di bawah meja, tak luput dari perhatian Laut
"Serahin ini sama Althan, ini cuma kelakuan para bajingan got"
Laut mengernyitLucas mengangguk-angguk singkat, menatap bergantian anak-anaknya
"Baiklah jangan sampai Papa turun tangan, dan kamu kenapa harus nge hutang?"
Althan meringis
"Kan Althan nggak punya duit"
Lucas menghela nafas di tempat
"kenapa kamu nggak cek langsung kartunya" Lucas terdengar kesalLaut dan Althan membulatkan matanya, menatap penuh arti ke arah Lucas
"Jadi... Kartunya_""Kamu terlalu berpikir berlebihan tentang Papa, bagaimanapun kamu tetap anak saya" Lucas menepuk pundak Althan
"Pertahankan hubungan kalian, sekarang pergilah istirahat"
Laut mengerjap
"Gimana Papa bisa tau?""Huh... Kalian pikir kami bakalan diam ninggalin kalian berdua di kota ini"
Althan dan Laut mengerutkan kening, menatap Lucas yang penuh kejutan
"Sudahlah pergi sana, Papa juga mau istirahat"
"Papa punya mata-mata?" Laut bertanya, menatap takjub Lucas
"Bukan, dokter yang merawat Laut salah satu teman Papa"
Laut mengangguk ria, sampai mana Papa nya tahu hubungan mereka, menurutnya tak terlalu sedekat itu deh.
Althan mengangkat pundak tak acuh, padahal ini yang ia pikirkan sedari tadi.
Pemuda itu keluar lebih dulu diikuti Laut, ah dia baru ingat kalau sudah mengabaikan Laut beberapa waktu
"Lo-"
Bruk!
Laut menabrak dada bidang Althan saat pemuda itu berbalik tanpa aba-aba, memegang jidatnya yang sedikit sakit
"Ngomong kek kalau mau balek kebelakang" cecar Laut sedikit kesal
Althan menyengir
"Nggak jadi, gue duluan"Laut melongo melihat kepergian Althan,
Menatap tajam punggung lebar tersebut, lain kali ia akan membuat perhitunganLaut mulai melangkah kecil menuju kamarnya, melewati jalan yang tadinya dilewati Althan
Mengingat ia yang sudah beberapa hari di rumah sakit membuatnya merindukan kamarnya, dan juga Bubu- boneka Beruang kesayangannya.
Laut melangkah makin cepat, menaiki tangga dengan tersenyum lebar, tak sadar membuat seseorang membeku di ujung pintu kamarnya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
WE CAN'T (On Going)
Novela JuvenilWARNING ⚠️ • • • Laut harus hidup berdampingan menjadi saudara untuk seseorang yang bahkan tak pernah menganggap kehadirannya. tapi kata orang benci dan cinta itu beda tipis... Laut selalu berusaha untuk mendekatkan dirinya dengan Althan, namun baga...