Face to Face

150 21 6
                                    

Pagi itu Audrey sudah bersiap dengan semua peralatannya yang baru saja diberikan oleh tim PSSI, mengingat dia tidak ada rencana sedikitpun untuk menjadi dokter kepala. Tak lama ia melihat Rafael dan Noah masuk kedalam kamar, mereka baru saja keluar membeli beberapa Snack untuk Noah, agar selama di stadion putranya itu tidak kekurangan.

"Are you gonna go with us?"

"No, i'll bring the car with Kanaya and Lily"

"Okay then. Come on"

"Are you gonna bring Noah with you?"

"Yah. i'm gonna show him that we are happy family. Right Noah?"

Audrey mulai menatap kearah Rafael, semenjak kemarin ia merasa aneh dengan sikap Rafael. Rafael selalu berusaha membawa Noah untuk bertemu seluruh pemain, dimana disitu juga ada Nathan.

"Apa yang kau rencanakan sebenarnya?"

"Aku tidak merencanakan apapun. Aku hanya ingin mengenalkan Noah pada mereka semua"

"Tidak. Noah akan ikut denganku"

"Drey, anak-anak belum pernah bertemu Noah jadi aku ingin ia terbiasa dengan mereka"

"Bukan anak-anak tapi Nathan. Itu rencanamu kan. Kau memintaku datang kesini hanya untuk menunjukkan pada Nathan kau bisa memilikiku. Benar?"

"Memilikimu? Apa kau milikku?"

"Rafa..."

"Apa Nathan masih menjadi orang paling penting untukmu? Setelah apa yang ia lakukan padamu, kau masih bersikap baik padanya? Iya, aku mengajak kalian kesini memang untuk menunjukkan padanya. Bukan karena kau bersamaku, tapi aku ingin dia tahu kalau kau bahagia tanpa dia. Aku pergi, biar Noah bersamamu"

Rafael mengambil tas miliknya lalu meletakkan Noah di ranjang, setelahnya ia mencium putranya itu dan mencium kening Audrey. Rafael lalu meninggalkan mereka di kamar begitu saja.

Lagi. Selama ini mereka tidak pernah bertengkar sama sekali, tapi baru di Indonesia beberapa hari saja mereka sudah bertengkar dan itu karena Nathan. Hidup dekat dengan Nathan entah mengapa membuat emosinya selalu naik turun seperti ini.

"Mommy, papa mad?"

"Yeah, mama doing bad things"

"Mommy gonna say sorry?"

"Sure. Mommy want to say sorry to papa"

Setelah beres keduanya segera menuju lobby, mereka menunggu Kanaya dan Lily.

"Oh Noah tidak ikut dengan Rafa?"

"Ngga mbak. Tadinya mau dibawa Rafa, tapi orangnya keburu marah. Jadinya tidak di bawa"

"Bertengkar lagi? Kenapa kalian jadi sering bertengkar?"

"Ngga tahu mbak. Setiap ada Nathan, entah kenapa emosiku jadi seperti ini. Aku selalu berfikiran buruk, sedangkan Rafa tidak suka jika aku sudah seperti itu"

"Sepertinya masalah sebenarnya ada di kamu. Selesaikan masalahmu dan Nathan, jika tidak kalian akan seperti ini terus. Kamu pernah di khianati Nathan dan itu membuatmu tidak bisa mempercayai orang-orang di sekitarmu lagi"

"Aku sejahat itu ya mbak sama Rafa?"

"Dia juga butuh kepastian Drey"

"Aku iri sama kalian. Tanpa ada masalah apapun, langsung menikah dan punya seorang putri cantik"

"Siapa bilang aku sama mas Jay ga punya masalah? Setiap orang punya masalahnya sendiri, termasuk aku dan mas Jay. Hanya bedanya, mas mu itu terlalu dewasa dan kami menyelesaikannya sendiri"

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang