Apakah?

12 3 5
                                    

-selamat mambaca-

"Sayang, ikut aku bentar ke taman belakang, yok?" Medi telah menghabiskan makananya.

Alis Muthe berkerut. "Mau ngapain?"

Medi berdiri dari bangkunya. "Ikut aja dulu." Dia menarik lembut tangan Muthe.

"Eh, eh. Iya sabar dong." Muthe kaget dengan prilaku Medi yang tak seperti biasanya.

Melihat hal tersebut, Hammid mengetahui maksud Medi mengajak kekasihnya ke taman belakang. Ia hanya diam menatap punggung mereka yang semakin menjauh. "Gue tau lu dewasa, Med." Hammid mengaduk-ngaduk makanannya sembari menatap kosong ke depan.

Freya menyadari jika Hammid sedang melamun, tetapi dia hanya diam. Pada akhirnya mereka berdua diam tanpa bersuara Selama sedang menyantap makanan yang telah disajikan.

Kita beralih pada remaja yang sedang berlari di lorong, dia berlari melewati banyak murid yang berlalu lalang, suara bisikan murid lain yang membicarakannya terdengar jelas olehnya. Sekian waktu berlalu, ia sudah sampai di kantor guru di mana ada seseorang yang menunggunya di sana.

Dia mengetuk pintu terlebih dahulu. "Permisi," ucapnya.

Salah satu guru melihatnya, dia berjalan ke arah pintu lalu membukakannya. "Eh, nak Revan. Ada apa, ya?"

"Saya murid yang dicari sama omnya Jessi, bu," jawab Revan dengan tenang.

"Oh, jadi kamu? yaudah, masuk aja dulu, yuk," titah guru tersebut diangguki Revan.

Paman dari Jessi melihat Revan sudah masuk ke dalam ruangan, ia kemudian langsung berdiri dan menghampirinya dengan wajah yang ditekuk dan kaki yang dihentakkan kencang, hal itu membuat para guru dan Revan panik.

"Pak, dimohon untuk bersabar, jangan gegabah," ujar salah satu guru, tetapi hal itu tak digubris olehnya.

Semakin mendekat dan terus mendekat. Sedangkan Revan, ia perlahan melangkah mundur, sesekali dia menoleh ke belakang untuk memastikan dirinya tidak menabrak sesuatu. Namun, hal itu sia-sia, paman Jessi semakin cepat dan dekat dengan dirinya.

Revan sekarang hanya bisa pasrah memejamkan matanya dengan keringat dingin yang mengucur. "Ini omnya Jessi kenapa marah gini? belum puas kah kemaren? apa...," Revan seketika membuka matanya dan terkejut pamannya Jessi sudah berada di depan matanya.

Semua hal tentang kekerasan sudah muncul di kepala Revan, tetapi semua pikirannya terlempar karena paman dari Jessi baru saja melakukan hal yang tidak terpikirkannya sama sekali. Mata Revan melotot karena terkejut, tubuhnya yang tinggi kini berada di dalam dekapan paman Jessi, bingung? tentu, apalagi Revan merasakan tubuh paman Jessi bergetar.

Revan tak berani membalas pelukan tersebut. Bahkan guru-guru di sana hanya terdiam melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Maaf." itulah kata pertama yang diucapkan oleh paman Jessi dengan nada yang lirih.

"Maaf? berarti Jessi udah ngasih tau semuanya," monolog Revan dalam batinnta.

"Maaf banget karena saya udah jadi orang yang bodoh, bersumbu pendek, dan pendengar yang buruk!" ujarnya dengan air mata yang sedikit menetes.

Kau RumahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang