' - Permainan di malam hari - '
• • • •
"Okee jadi hari ini kita akan menggambar cita-cita kita."
Ruang tamu malam hari terasa hangat. Diluar sedang hujan, dan para penghuni rumah dua lantai ini berkumpul di ruang tamu sembari mendengarkan alunan suara hujan yang menggema.
Tak ada yang absen pada hari ini, semuanya berkumpul menikmati kebersamaan mereka.
Rion yang duduk di sofa, sedang fokus dengan laptop miliknya, ditemani secangkir kopi buatan Caine yang rasanya pait sekali agar Rion tak mengantuk.
Caine sendiri sudah duduk dibawah bersama anak-anak nya yang lain. Oh tak lupa juga, dipangkuan Caine ada Souta yang sedang fokus dengan empeng miliknya.
Mereka sedang melakukan kegiatan belajar bersama Key atau singkatan dari Gin adalah BBK atau bebek.
Semuanya ada disini. Garin yang sudah siap dengan pensil warna, meskipun matanya sedikit lagi akan tertutup. Jaki yang memeluk Elya dengan erat sembari memandang Key yang berbicara. Dan Elya yang ada di pelukan Jaki terlihat sudah sangat bersedia dengan peralatan menggambar yang Gin bagikan tadi.
Ah dan juga disini ada Krow, anak itu dipaksa bergabung karna ia sudah masuk anggota keluarga Kenzo. Sehingga dia juga harus mengikuti BBK dengan yang lainnya.
"Nah tiap-tiap orang, pasti punya cita-cita. Kalau kalian merasa ga punya cita-cita, coba pikirin lagi deh hal apa yang kalian pengen banget lakuin di masa depan."
Key memberikan penjelasan kepada para adik-adiknya. Meskipun Key yakin ketiga anak balita ini mungkin tidak paham dengan apa yang ia jabarkan, namun tak apa. Mereka berkumpul disini kan memang untuk belajar.
"Jadi sekarang aku bakal tanya cita-cita kalian dulu." Ucap Key.
"Dimulai dari ... "
Key tampak menatap anak-anak muridnya yang memandangi dirinya dengan antusias. Kemudian perhatian nya tertuju pada Souta yang ada dipangkuan Caine, anak itu seolah ingin menjawab ucapan dari Key. Melihat bagaimana cara Souta menatap Key dengan tatapan menggebu-gebu seperti itu.
"Ah ya, gimana kalo dari Souta." Semua anak murid Key yang mendengar itu langsung menolehkan kepala mereka ditempat Souta berada.
Souta sendiri yang paham bahwa namanya dipanggil, langsung melepas empeng di mulutnya dengan keras. Kemudian, sebelum Caine mengambil empeng itu, Souta segera membuang empeng itu ke sembarang tempat.
"Duh Souta ... " Lirih Caine.
Key yang masih mendengar lirihan Caine segera meringis, merasa sedikit bersalah karna Souta membuang empeng nya.
Souta dengan tatapan yang menggebu-gebu, dengan kedua tangan yang melayang di udara.
"maw tel." Ucapnya dengan penuh semangat.
Semua yang ada di ruang tamu segera terdiam, berusaha mencerna apa yang diucapkan oleh Souta.
Tak mau melihat Souta merasa sedih karna mereka tak mengerti, Key dengan canggung berkata kepada Souta.
"W - wah sugoiii Souta-Chan." Ujar Key dengan senyum yang lumayan terpaksa.
Souta yang mendapatkan pujian dari kakaknya, dengan tampang yang terlihat sombong membusungkan dadanya dengan bangga.
Terkadang mereka bertanya-tanya, serius nih Souta itu bayi? Rasanya mereka meragukan itu deh.
"Souta tadi bilang mau jadi dokter." Rion yang sedang fokus, tiba-tiba saja menerjemahkan kata-kata yang Souta lontarkan kepada anak lain. Mungkin karna Rion peka jikalau anak-anak ini kebingungan dengan apa yang diucapkan Souta.
"Kok papi bisa tau?" Gin bertanya dengan nada kebingungan.
Rion pun segera mengalihkan pandangan nya dari laptop, ke anak-anak nya yang memandangi dirinya dengan tatapan bertanya.
Rion membenarkan kacamata nya sejenak, sebelum akhirnya ia menjawab. "Anak papi kok, yakali papi gatau."
Keheningan menerpa ruang keluarga saat setelah Rion berkata seperti itu. Hingga akhirnya, Key berdehem dan kembali melanjutkan acara pembelajaran malam ini.
"Lanjut deh kalo gitu, Garin mau jadi apa?" Key memandang Garin yang sudah tertidur diatas buku warna.
Tak ada jawaban dari Garin, dan hanya ada dengkuran halus dari anak ini. Hingga Jaki mendekati Garin dan mulai memukul lengan Garin agar anak itu bangun.
"Galin! Banun!"
(Garin bangun)Pukulan yang lumayan keras berhasil membangunkan Garin yang terlelap. Anak itu langsung terlonjak kaget dengan pukulan yang ia dapatkan.
Matanya sudah berkaca-kaca, pertanyaan dirinya siap menangis karna efek kaget dan masih mengantuk. Namun, sebelum dirinya memulai tangisan, ocehan saudaranya membuat nya tak jadi menangis.
"Cenen, angitan."
(Cengeng, nangisan)Itu suara Elya, dengan tampang polosnya, ia memberikan pukulan kata kepada Garin.
Jika Jaki memberikan pukulan lewat tangan, maka Elya memberikan pukulan lewat kata. Memang dua bocil yang sangat klop sekali.
Key yang merasa kasian kepada Garin, segera mendekati tempat Garin, dan segera mengangkat Garin ke gendongan nya.
Sebenarnya Key ingin membiarkan saja mereka berdebat, namun sebagai kakak ia tak tega melihat Garin yang terbully dengan adik-adiknya.
• • • • •
Terimakasih atas support kalian, dan terimakasih juga buat yang sudah mau mampir ke cerita ku! Love you.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua lantai
Krótkie OpowiadaniaRumah yang ada di pinggir pantai dengan dua lantai akan terlihat sepi jika dari luar, namun saat kalian masuk ke dalam. Kalian akan disambut dengan segala bentuk tingkah absurd, nan menjengkelkan dari anak-anak Rion Kenzo. Rumah mereka akan terlihat...