- Kenzo's Family -

1K 94 9
                                        

' - sulung, dan anggota keluarga baru - '

• • • •

"Aduh, kenapa suram begini suasana nya?" Pemuda berambut merah berjalan mendekati ruang tamu. Dengan kresek belanjaan yang penuh ditangannya, ia mendekati anggota keluarganya.

"Elya kenapa belum bobo, sini sama mami."

Si kecil Elya yang merasa namanya dipanggil, segera berlari mendekati sang mami. Larian kecil yang mampu membuat sang mami terkekeh, dan membuat sang papi memberi peringatan agar tidak terjatuh.

Saat badan si kecil Elya sudah mendekat, sang mami segera mengangkat badan mungilnya ke gendongan.

"Rion? Ada apa? Kok anak-anak belum tidur siang?" Tanya nya ke Rion.

"Ini Caine, mereka berdua buat ulah, adik-adiknya sampe gabisa tidur semua." Jawab Rion sembari masih sibuk menepuk-nepuk pantat Souta.

Caine memberikan raut terkejut, ia segera mengalihkan perhatian nya ke kedua anak sulungnya yang menunduk dengan dalam.

Ia segera melihat sekeliling, hingga perhatiannya tertuju pada handphone yang sudah tergeletak tak berdaya di bawah sofa.

Caine tersenyum memaklumi, astaga sepertinya mereka berdua melanggar syarat dari Rion.

"Mending kamu tidurin anak-anak dulu deh Rion, kasian mereka kelihatan ngantuk banget. Garin aja sampe ngiler tuh di rambut kamu." Ucap Caine sembari terkekeh kecil, saat menyadari Garin sudah tertidur digendongan Rion dengan air liur yang sudah membasahi rambut milik Rion.

Rion yang mendengar perkataan terakhir Caine, dengan cepat memegang rambut nya menggunakan tangan yang tak digunakan untuk mengendong.

Dan benar saja, rambut nya sudah basah dengan air liur yang dikeluarkan oleh si mungil Garin.

"Astaghfirullah, ya Allah ..." Gumamnya tak habis pikir.

Caine tertawa pelan melihat kondisi muka milik Rion saat mengetahui rambutnya banjir akan air liur sang anak. Ia pun mendekat, menepuk bahu Rion dengan pelan dan berujar.

"Nanti aku bantu kamu keramas ya, sekarang tolong temenin mereka tidur dulu."

Rion hanya bisa mengganguk pasrah. Segeralah ia menyuruh Jaki untuk turun dari kakinya.

"Jek turun Jek, itu adeknya digandeng keatas." Titahnya kepada Jaki.

Jaki menggeleng, malah mengeratkan pelukannya ke kaki sang papi. Mulutnya yang menempel dicelana sang papi bergumam dengan lucu.

"Ndak maw."

"Heh! Turun Jek, astaghfirullah. Kamu teh suka bau kaki ya?" Tanya nya.

Jaki tetap mengeratkan pelukannya, tak ingin lepas sama sekali dari kaki milik papi.

Caine terkekeh dengan tingkah si imut Jaki ini, ia pun menurunkan Elya dari gendongannya. Kemudian dirinya menyamakan tinggi nya dan Elya kecil.

"Elya ... Kamu bisa naik tangga sendiri kan?" Tanya nya.

Terlihat Elya mengangguk dengan pelan terhadap pertanyaan sang mami. Caine yang mendapatkan jawaban anggukan kepala lucu, dengan gemas mengusap rambut merah indah milik Elya.

"Kamu jalan sendiri ya keatas, jangan gelantungan di kaki papi kayak kak Jaki ya, bisa?"

Elya terlihat terdiam sejenak, tangannya bertaut antara satu sama lain. Sebelum akhirnya ia mengeluarkan suara dari mulut kecilnya.

Dua lantaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang