Bab 16 - The Sword

169 56 19
                                    

Leofric sudah bertekad meninggalkan Lucy sejak delapan hari perjalanan mereka terakhir. Tapi gadis itu keras kepala dan punya keyakinan tinggi dengan perinya. Walaupun dia harus bersusah payah, mengalami cedera kaki serta terpaksa harus mengotori gaunnya dengan lumpur di kabin budak— dia bertahan. Leofric merasa harus menganugerahinya penghargaan. Lucy adalah gadis bangsawan yang tidak pernah hidup susah berkat dukungan perinya. Leofric harus memujinya untuk tekadnya. Kini gadis itu punya motivasi lain kenapa dia harus melanjutkan petualangannya sampai akhir. Dia ingin melihat Leofric menyerah.

Tapi Leofric memastikan itu tidak akan terjadi. Dia tidak akan pulang ke Arbavia sebagai pahlawan dan menikahi Lucy. Dia juga tidak akan mengaku kalah akan pemberontakan pribadinya terhadap kaum peri.

Leofric memang sendirian. Tapi dia sendiri sudah berhasil membuat para peri seperti kerasukan. Pippin masih saja beterbangan panik seperti tengah tersengat api. Dia tidak menangis namun wajahnya pucat. Semakin lama diperhatikan dia semakin terlihat tua. Namun wajahnya juga sesekali kembali normal. Pippin tidak jarang sengaja terbang tepat di depan wajah Leofric kemudian mengutuknya dengan tatapan matanya. Mereka sudah bersama sejak Leofric lahir. Sejujurnya, Leofric tidak sampai hati. Dia sadar perbuatannya telah menyiksanya tapi Leofric tidak boleh berhenti.

Pippin, masih bersedia menjawab pertanyaan Leofric, walaupun dia tahu Leofric hanya memanfaatkannya. Pippin tidak menghilang dan tetap bersamanya, walaupun segala tindakan Leofric selama beberapa bulan ini terus menyiksanya. Leofric tidak pernah merasa kalau dia adalah penjahat. Selama ini dia dipuji sebagai pangeran sempurna dan menentang apapun yang keji. Tapi, bagaimana dengan yang dia lakukan saat ini?

"Pippin ..." Leofric menggumam, berusaha membuatnya tenang.

"Ini menakutkan, ini tidak benar," gumam Pippin gemetar.

"Tenanglah," Leofric bicara dengan nada lembut. Pippin berhenti, melihat ke arahnya dan tersenyum. Pippin tidak bicara apa-apa lagi sebelum menghilang. Tapi leofric tahu kalau dia tidak benar-benar menghilang. Pippin bersembunyi tidak jauh dari dirinya. Walaupun dia mau pergi, dia tidak akan bisa. Ketika pippin sedang tidak aktif, dia hanya akan berdiam di rambut Leofric, bersembunyi di balik telinganya.

"Jadi kau orangnya?" Ketika kapal perompak itu mendekat, semua orang sudah siap kabur. Tapi para budak bukan pelaut berpengalaman. Ketika mereka berusaha memutar kemudi, tuasnya tersangkut. Ketika ada yang mencoba melebarkan layar, talinya lepas dan layarnya berkibar tidak beraturan. Mereka menyedihkan, bahkan untuk menjalankan kapal saja tidak bisa. Mereka semua amatiran yang bergantung kepada kepemimpinan Leofric. Tapi kapten perompak langsung menargetkan dirinya, begitu anjungan kapalnya nyaris menyentuh kapal budak dan dia melompat masuk ke kapal.

Leofric bisa melawan. Dia mungkin bisa melumpuhkan kapten itu. Tapi dia terlanjur lengah. Sudah ada lebih dari lima orang masuk ke kapal dan menyandera Lucy serta beberapa korban acak. Leofric punya kelemahan, yaitu nuraninya.

"Siapa maksudmu? Aku?" Tanya leofric tanpa terlihat goyah.

"Ya, kau, periku ribut sejak tadi. Berteriak kalau aku harus berlayar ke utara. Kukira dia membantuku menghindar dari awan badai. Tapi dia bilang soal ada ksatria yang membawa pedang yang kuinginkan. Pedang dengan urat perak dan tidak bisa tumpul. Pedang Luirevera, itu yang ada di tanganmu sekarang kan?" Kata si kapten kapal itu. Kini dia hanya berjarak sejengkal dari Leofric yang waspada.

"Kau menginginkan pedang ini? Kenapa?" Leofric menghunus pedangnya, memperlihatkannya.

Kapten kapal itu mendekatkan matanya, rambutnya yang gimbal tidak terawat bersentuhan dengan sisi tajamnya dan terpotong tanpa sengaja. Namun si kapten seolah tidak menyadarinya. Bajunya kotor karena pelumas kapal yang bocor. Kakinya telanjang dan dia memegang pedang pendek dengan pegangan kain di tangan kirinya. Dia terkekeh, berbinar dan bersemangat.

"Aku akan mengambilnya. Itu sekarang milikku," katanya nyaris tertawa.

"Silahkan," Leofric tersenyum, mengizinkan si kapten untuk memegangnya. Namun, ketika tangan kanannya menyentuh pegangan pedang yang terbuat dari batu obsidian yang diukir, sesuatu terjadi. Pedang itu membeku. Setiap sisanya kini ditumbuhi kristal es. Si kapten kapal segera melepaskan tangannya dan melihat mata Leofric murka, seolah-olah dia baru saja merapal kutukan terhadapnya.

Lucy dan para penghuni kapal menyaksikan itu dengan ekspresi terkejut. Selama ini, Leofric seperti membawa pedang biasa. Tapi, tidak ada yang menyadari, kalau pedagang budak tidak menyita pedangnya. Mereka mengambilnya tapi meletakkannya di tempat yang jauh dari pandangan mereka.

"Aku tahu kalau pedang itu tidak biasa, kami tidak mau berurusan dengannya," kata si pedagang budak.

"Kami menggunakan tongkat penjepit dan hendak membuangnya ke laut tadi, tapi seolah ada magnet yang menahannya jatuh. Lalu, entah kenapa aku harus menceritakan ini pada kalian yang mungkin akan menenggelamkan kami. Tapi, kurasa sebelum menjadi santapan ikan tuna, aku ingin tahu kenapa," lanjut si kapten kapal budak.

"Pedang Luirevere tidak bisa disentuh sembarang orang. Kapten, kau tadi bilang sudah lama mencari pedang ini apa kau tidak tahu?" Leofric menggenggam pedangnya, kini wujudnya sudah kembali normal.

"Apa maksudmu?"

"Aku terlahir spesial, anggap saja begitu," Leofric tersenyum. Dia menyarungkan kembali pedangnya, menunjukkan perdamaian. Leofric menegaskan kalau dia tidak akan menyerang atau membela diri dengan pedang itu.

Sebagai manusia dengan takdir dramatis, Leofric diberkahi banyak kesempatan. Pedang Luirevere adalah pedang turun temurun yang hanya bisa digunakan oleh anggota kerajaan Arbavia. Tidak harus pangeran. Seringnya pedang ini dipegang oleh ksatria, seorang duke atau bangsawan yang masih keturunan kerajaan. Setelah beberapa ratus tahun, untuk pertama kalinya pedang itu dimiliki oleh seorang pangeran.

"Kami semua sudah lelah. Anda bisa melihat kalau kami adalah para budak yang berusaha kabur," Leofric bicara.

"Kalian tidak akan mendapatkan apapun dari kami, kalian juga mungkin tidak akan mendapatkan uang dari para pedagang budak itu karena kami belum sempat terjual," lanjut Leofric lagi.

"Tapi kalian perompak, bukan pedagang. Membawa kami sebagai budak untuk dijual tidak akan terjadi kan? Anda semua sedang sial. Kapal ini tidak berharga," kata Leofric lagi.

Kapten kapal perompak itu tertawa sinis. Dia melipat tangan. Anak buahnya masih tetap belum melepaskan sanderanya.

"Tidakkah kau menyimak? Aku menginginkan pedangmu," kata si kapten.

"Tapi pedang ini tidak akan berguna di tangan siapapun selain diriku,"

"Setelah bertahun-tahun mencarinya, aku tidak akan mundur. Jadi, mari kita buat perjanjian,"

"Katakan,"

"Kalian ingin hidup, dan aku menginginkan pedangmu. Jadi, aku akan membiarkan kalian semua pergi asalkan kau mau bergabung menjadi kru-ku," kata si kapten.

"Aku bukan penjahat,"

"Kau akan menjadi penjahat kalau kau tidak bersedia. Karena aku akan mulai melemparkan mereka satu persatu ke laut. Kalau mereka mati tenggelam, maka itu salahmu," tanggap si kapten.

Lucy memperhatikan. Dia tidak akan mati semudah itu. Dia punya peri bersayap merah. Saat ini, naik ke kapal bajak laut adalah kesempatan terbaik untuknya agar tetap hidup. Tinggal di kapal pedagang budak tidak lagi aman. Kapal itu rusak di banyak tempat. Tidak ada jaminan kalau mereka bisa berlayar sampai ke pulau terdekat.

"Periku bilang, aku harus ikut ke kapal itu," kata Lucy berbisik kepada Leofric. Tapi pemuda itu bergeming. Dia sudah bosan mendengar Lucy memberi saran dan membujuknya untuk mengikuti caranya.

"Aku tidak bersedia menggunakan pedangku untuk menyakiti tanpa alasan," tegas Leofric.

"Aku membutuhkannya untuk alasan yang tidak terlalu mulia, tapi ya, tidak untuk merundung orang lain,"

"Kalau begitu aku akan ikut, asalkan kalian berjanji untuk tidak mengusik mereka. Berikan bekal dan bahan bakar yang cukup. Aku tidak tahu apa yang ingin kau lakukan dengan pedang ini tapi hanya aku yang bisa menggunakannya. Sebaiknya kau menyetujui syaratku," kata Leofric lagi.

Never a Happy Ending - NaNoWriMo2024Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang