RAJA DAN RATU 9

24 4 0
                                    

Setelah Andin dan Aldebaran mengakhiri pertunangan mereka di menara kerajaan Luminera, Aldebaran merasa hampa dan tak berdaya. Kalimat-kalimat Andin yang penuh keputusasaan terus terngiang di benaknya. Saat cincin yang dulu melambangkan janji mereka kini tergenggam di tangannya, ia merasakan beban yang amat berat, seolah dunia telah terbalik dalam sekejap.

Malam itu, Aldebaran kembali ke kamarnya di kerajaan Zephyra. Ia duduk di tepi ranjang, memandangi cincin itu, tidak percaya bahwa Andin benar-benar melepaskannya. Meskipun dia yang selama ini tidak pernah menunjukkan cinta dan bahkan menolak perasaannya, kehilangan Andin ternyata lebih menyakitkan dari yang pernah ia bayangkan. Rasa kosong yang tak terlukiskan mulai memenuhi hatinya.

***

Di sisi lain, Andin merasakan kepedihan yang sama. Setelah Aldebaran pergi, ia menangis di menara, membiarkan air matanya mengalir tanpa henti. Bagaimana mungkin ia bisa bertahan dari ini? Cinta yang selama ini ia perjuangkan, berakhir begitu saja, meninggalkan luka yang sulit terobati. Meskipun ia yang meminta pertunangan itu dibatalkan, rasa kehilangan tetap mencengkeram hatinya erat. Cinta yang telah ia pendam sejak kecil kini terasa seperti bayangan yang hilang selamanya.

Beberapa hari berlalu, kondisi Andin semakin lemah, dan rasa sakit di dadanya semakin parah.

"Puteri Andin," ucap Bryan lembut, "kerajaan kami memiliki peralatan dan pengobatan yang lebih canggih. Jika kau bersedia, aku bisa membawamu ke Abrahar untuk perawatan yang lebih baik."

Awalnya, Andin ragu untuk meninggalkan kerajaannya. Namun, Bryan meyakinkannya bahwa ini adalah demi kesehatannya. Setelah mempertimbangkan dan menyadari bahwa dirinya tak lagi punya alasan untuk bertahan di Luminera, Andin setuju. Ia meninggalkan Luminera bersama Bryan, berharap bahwa jarak dapat membantu menyembuhkan luka di hatinya.

***

Di Zephyra, Aldebaran merasakan kehampaan yang semakin dalam. Ia duduk di sudut ruangannya, termenung, memandangi cincin yang masih ia simpan. Rasa kehilangan Andin mulai menyiksanya. Bayangan wajahnya, tawa lembutnya, bahkan tatapan penuh harapnya kini menghantui setiap detik hidupnya.

Sang kakak, Excel, menyadari perubahan yang terjadi pada adiknya. Ia mengamati bagaimana Aldebaran sering termenung dan kehilangan fokus. Setelah beberapa hari, Excel memutuskan untuk mendekati adiknya.

"Al," panggil Excel dengan lembut, sambil duduk di samping Aldebaran. "Apa kau baik-baik saja?"

Aldebaran tersentak dari lamunannya, namun tetap diam, menundukkan kepala. Excel menghela napas panjang, lalu melanjutkan, "Aku tahu kau merasakan kehilangan yang mendalam. Namun, Al, kau yang memilih untuk menjauh darinya selama ini. Sekarang, dia pergi... dan kau merasakan akibatnya."

"Aku... aku tidak tahu akan sesakit ini, Kak," jawab Aldebaran, suaranya bergetar. "Selama ini aku berpikir... jika dia pergi, aku akan bebas. Tapi, mengapa rasanya begitu hampa?"

"Karena kau mencintainya, Al," jawab Excel dengan lembut. "Selama ini kau menahan perasaanmu sendiri, mungkin kau tak menyadarinya. Namun, kini setelah dia benar-benar pergi, kau baru sadar betapa besar artinya dia dalam hidupmu."

Aldebaran terdiam, merenungi kata-kata kakaknya. Excel menepuk pundak adiknya, memberi kekuatan dan nasihat, "Jika kau sungguh mencintainya, jangan biarkan jarak memisahkan kalian. Mungkin ini waktumu untuk mengejar apa yang benar-benar kau inginkan."

Kata-kata Excel membangkitkan tekad dalam hati Aldebaran. Setelah sekian lama menolak dan menghindari perasaannya, ia kini tahu bahwa ia tak bisa hidup tanpa Andin. Meski ia terlambat menyadari, ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya. Tanpa pikir panjang, ia memutuskan untuk menyusul Andin ke kerajaan Abrahar, berusaha mendapatkan maaf dan cinta yang pernah ia abaikan.

RAJA DAN RATU -ALDEBARANANDIN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang