Bagian 3

24 0 0
                                    

Langit-langit UKS bersama samar riuh aktivitas sekolah di jam-jam kegiatan belajar mengajar mewarnai kesendirian Alna yang kini terdampar di atas bangsal. Alna menghela, gelisah. Untuk kali ketiganya bel pergantian jam berbunyi dan Alna malah demam tinggi dengan telapak tangan dan kaki yang dingin sampai berkeringat parah. Hyperhidrosis Alna ikut-ikutan kambuh. Secangkir teh hangat tidak cukup membantu meredakan ketidaknyamanannya itu. Padahal yang kesehatannya labil tadi saja, semua sudah stabil lagi ketika sudah memasuki jam pembelajaran selanjutnya.

Sebelum berpikiran terlalu jauh, sejauh ini Alna tidak memiliki rekam medis yang mengerikan. Adapun keringat berlebih yang kerap merepotkan ini, tidak lain merupakan faktor genetik. Papa tidak hanya menurunkan energi yang melimpah untuk perbekalan pokok putrinya mengarungi dunia penuh plot twist ini.

Tepat ketika Alna hendak duduk, pintu UKS terbuka. Alna pikir itu Deda yang datang membawakan surat ijin pulang untuk Alna. Tetapi yang muncul lain jenis ternyata.

"Kirain nggak ada siapa-siapa. Mau cari obat merah ... Ada?" Naluri pertahanan hidup Alna terpanggil detik itu juga. Alna turun tangan untuk memberikan pelayanan.

"Buat siapa?"

"Nggak buat siapa-siapa."

“Terus?” Sejenak Alna teralihkan. "Cari-cari obat merah kesini buat apaan dong? Eh, kalau buat aneh-aneh nggak bakal gue kasih lho ya. Nggak seberapa ini pun dibelinya tetap pake duit nih soalnya, bukan pake daun."

“Ya kali,” kekehnya. Maka Alna anggap jawabannya itu bisa dipercaya. Keramahtamahan dari keduanya sungguh terpancar mulus seakan tidak pernah ada riwayat kurang menyenangkan yang belum selesai diantara mereka.

“Sama kapasnya?”

“Boleh deh. Kasanya juga kalau ada.” Alna mengambil secukupnya seperangkat barang yang diperlukan olehnya. Sementara anak laki-laki itu, ia asik berdiri di depan daun pintu yang terbuka lebar-lebar. Dan Alna baru menyadari kalau dia juga tak memakai alas kaki sama sekali.

“Eh, yang tadi, itu apaan sih? Kok ada 'itu' segala?” Teringat perihal pengumpulan sejumlah siswa selesai upacara belum lama ini, tentunya Alna tak berniat melewatkan kesempatan untuk mempertanyakannya langsung kepada yang mungkin memiliki peranan cukup penting di dalamnya.

“Bukan apa-apa.”

“Iya gitu?”

“Yaaa, cuma pembinaan kayak gitu-gitulah."

"Pembinaan apaan?"

"Buat ruqyahan masal."

"Ih?" Tumben-tumbenan dia. "Coba-coba ngelawak ke gue lo yaaa? Aaa, emmm. Tapi remid ah, remid itu. Masih belum dapet nyawanya. Lagian agak-agak---gimana gitu dengernya juga. Hh, modelan orang gitu ngurus-ngurus begituan ..." Dari situ, justru jadi bagian yang ingin sekali Alna revisi setelah ia hampir membuat anak itu seakan-akan diberi peluang untuk menampilkan dendam pribadinya. Kacau. Syukurlah dia bisa cepat-cepat Alna usir. Sembari memperhatikan punggungnya yang semakin menjauh di koridor gedung IPA itu, Alna hanya geleng-geleng kepala. Yah, langka-langka juga Alna berbicara dengan dia. Biasanya bertegur sapa saja tidak.

Deda lantas tampak dengan kehebohannya diikuti oleh Abu. Sama seperti sebelumnya, Abu spontan cengar-cengir begitu bertatapan dengan Alna. Terang-terangan sekali dia menantang bait-bait hebat yang sedang adem-ademnya di relung hati Alna.

Kedatangan Deda dan Abu jelas tidak dengan tangan kosong. Syarat kepulangan Alna telah Deda dapatkan dari guru piket. Bonus, sebuah pulpen bercangkang bening dengan miniatur cangkang kupat segitiga sebagai aksesorisnya dari saku dada Abu. Tidak salah lagi, pasti ada sesuatu yang mendorongnya bertindak sok manis begitu. Pulpennya memang punya Alna pula. Kurang jelas bagaimana lilitan kertas kecil memanjang atas nama Alna di dalamnya. Bahkan Alna sama sekali tidak yakin gantungan mungil itu karya tangannya sendiri. Dilihat dari daun yang masih segar dan teranyam rapih, bukan Abu sekali 'tertarik' apalagi terampil dalam dunia unik semacam itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 5 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Di S5Where stories live. Discover now