Pagi di Kerajaan Alexandria dimulai dengan tenang. Matahari baru saja menyusup melewati jendela-jendela besar istana, menciptakan semburat cahaya yang menghangatkan ruangan-ruangan dingin dengan lembut. Di kamar Raja Valen, keheningan pecah oleh ketukan pintu yang perlahan.
"Masuk," ucap Valen.
Lady Amelia Valerius melangkah masuk dengan elegan, senyum tipis di bibirnya. "Selamat pagi yang mulia, apakah anda tidur nyenyak semalam?"
Valen tersenyum kecil. "Tentu, Lady. Apa yang sudah kau siapkan untukku?"
"Sarapan pagi di balkon, Yang Mulia. Anda juga memiliki beberapa laporan yang harus ditinjau setelah itu, dan..." Lady Amelia berhenti sejenak, matanya berbinar seperti sedang menahan sesuatu.
Valen mengangkat alis, sedikit tersenyum karena tahu Amelia pasti punya sesuatu yang menarik. "Dan... apa, Lady?"
"Saya sudah memanggil Prajurit Livius untuk menemani Anda sepanjang hari. Sesuai apa yang di curahkan yang mulia semalam." jawabnya, kali ini dengan senyum yang sedikit nakal.
Valen menahan tawa, merasa geli dengan ketulusan sekaligus keusilan Lady Amelia. "Ah, kau benar benar tahu apa keinginan ku setelah bercerita panjang lebar, terimakasih Lady."
Saat Lady Amelia menundukkan kepala, Livius masuk dengan langkah tegap, wajahnya tetap tanpa ekspresi. Ia memberikan salam hormat yang formal, tanpa sedikit pun menunjukkan perasaannya.
"Selamat pagi, Yang Mulia," ujar Livius dengan nada rendah.
"Pagi, Livius," balas Valen, senyum kecil tak hilang dari wajahnya. "Apakah kau siap menemani ku sepanjang hari?"
"Tentu, Yang Mulia," jawab Livius singkat.
Mereka bertiga berjalan menuju balkon, di mana sarapan telah disiapkan dengan rapi. Valen duduk, sementara Livius berdiri di sisinya dengan sikap tegap, matanya sesekali memperhatikan sekitar. Lady Amelia mengatur posisi beberapa piring dan memandang Valen dengan penuh perhatian.
"Mataku sedikit tidak nyaman melihat kau selalu berdiri, duduk lah bersama ku Livius," Valen memecah keheningan.
Namun Livius tetap diam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Tidak yang mulia, saya tidak berani untuk mendudukkan diri sejajar dengan anda"
Valen mengangguk pelan, meski sedikit kecewa. "Aku sedikit kecewa dengan keputusan mu."
Lady Amelia yang memperhatikan itu, tertawa kecil, dan akhirnya ikut menambahkan, "Anda seperti tidak tahu prajurit Livius saja yang mulia, dia benar benar menjaga mimik wajah dan tutur bicaranya agar tak menyakiti hatimu."
Valen tersenyum kecil dan menjawab, "Meskipun aku sudah sedikit terbiasa namun terkadang aku masih sering sakit hati karenanya. Buat hari ini sedikit lebih santai Livius, apakah kau berkenan?"
Livius hanya menatap Valen dengan tatapan penuh keseriusan. "Tentu, Yang mulia. Saya akan bertugas dengan apa yang kau perintahkan."
Lady Amelia mengangkat bahu sambil tertawa kecil, "Tidak akan ada yang bisa meluluhkan hati batunya."
Valen melanjutkan sarapan dengan sesekali menyelipkan obrolan ringan. Lady Amelia yang hangat dan kadang-kadang usil, membuatnya merasa nyaman di tengah kesibukan. Saat sarapan hampir selesai, Hugo Marcellus, penasihat kerajaan, tiba dengan membawa beberapa dokumen.
"Maaf mengganggu waktu sarapan Anda, Yang Mulia," kata Hugo sambil menunduk hormat.
"Tidak masalah, Hugo. Ada laporan baru?" tanya Valen.
Hugo mengangguk, membuka gulungan kertas di tangannya. "Ada kabar dari kerajaan tetangga. Mereka mengirimkan ajakan untuk anda. Disini tertulis sang Raja ingin mengajakmu dalam obrolan ringan ditemani secangkir teh."
KAMU SEDANG MEMBACA
VALEN (Markhyuck)
FantasyDi tengah megahnya kerajaan, Raja Valen memimpin dengan keanggunan yang luar biasa-dengan pakaian layaknya seorang ratu, ia duduk di singgasananya, dihormati bahkan oleh orang tuanya sendiri. Namun, hatinya bergejolak pada prajuritnya sendiri, Liviu...