Kerajaan Alexandria pagi itu gempar. Seorang prajurit yang tengah berpatroli di sayap timur istana menemukan sosok raja mereka, Valen Alexandria, tergeletak di lantai marmer yang dingin, tampak tak sadarkan diri. Prajurit itu tak berani menyentuhnya, hanya berdiri terpaku dengan wajah pucat, lalu segera memanggil Lady Amelia, kepala pelayan istana, dengan suara panik yang menggema di lorong.
Tak hanya Lady Amelia yang bergegas datang, tapi juga seluruh maid dan beberapa prajurit istana. Mereka berbondong-bondong mengerumuni Valen, memandangi raja mereka dengan ekspresi campuran antara kecemasan dan ketakutan. Lady Amelia berjongkok di samping Valen dan mencoba mengguncang bahunya pelan, berusaha membangunkannya.
“Yang Mulia… Kau mendengar suara ku? Yang mulia, bangunlah,” bisik Lady Amelia, suaranya bergetar.
Namun, usaha itu sia-sia. Valen tetap tak bergerak, napasnya hanya terdengar tipis. Rasa khawatir semakin mencengkeram setiap orang yang melihatnya. Hugo Marcellus, penasihat utama Valen, yang baru saja tiba di tempat kejadian, segera memberikan perintah dengan suara tegas dan wajah tegang.
“Sebagian prajurit, periksa seluruh istana. Pastikan tidak ada yang mencurigakan. Kita tidak bisa diam saja melihat Yang mulia seperti ini,” ujarnya dengan nada mendesak.
Para prajurit segera bergegas mematuhi perintah itu, meninggalkan aula utama dengan langkah terburu-buru, sementara yang lainnya tetap berjaga-jaga di sekitar raja. Suasana semakin tegang, udara seolah penuh ketakutan yang pekat. Namun, di tengah kepanikan itu, langkah kaki cepat dan sedikit panik terdengar mendekat.
Livius, pengawal pribadi Valen yang telah mendengar kabar tentang raja yang ditemukan pingsan, tiba dengan wajah khawatir. Ia berjalan mendekat, tapi berhenti beberapa langkah dari tempat Valen terbaring. Dengan tatapan ragu, Livius hanya berdiri tegap, tidak berani ikut campur tanpa perintah, meskipun dadanya bergemuruh tak menentu.
Lady Amelia menyadari keberadaan Livius di antara kerumunan, dan segera memanggilnya. “Livius, bantu aku. Cobalah bangunkan Yang mulia” perintah Lady Amelia, suaranya terdengar tegas namun penuh harapan.
Livius mengernyit heran namun tak membantah. Ia perlahan mendekati Valen, lalu berjongkok di sisinya sesuai instruksi. Meski merasa tak ada urusan untuk ikut campur dalam urusan yang tampak genting ini, kepercayaan Lady Amelia membuatnya patuh.
“Ayo Livius, aku takut dia benar benar tidak sadarkan diri,” bisik Lady Amelia sambil memberi isyarat kepadanya.
Masih diliputi kebingungan, Livius menatap Valen dengan ekspresi penuh kehati-hatian. Dengan lembut namun tegas, ia memanggil nama sang raja, suaranya pelan namun penuh penghormatan.
“Yang Mulia… bangun,” panggil Livius.
Seketika itu juga, mata Valen terbuka. Dengan senyum lebar dan mata berkilat nakal, ia menatap Livius yang tertegun. Senyuman Valen begitu cerah hingga membuat semua orang di ruangan itu melotot kaget. Bahkan, seorang prajurit yang berdiri di dekat pintu tak sengaja menjatuhkan tombaknya ke lantai dengan suara keras. Semua yang hadir hanya bisa menatap tak percaya.
Lady Amelia hanya menggelengkan kepala perlahan, berusaha menahan tawa yang hampir pecah. Ia mengangkat tangannya, menyuruh semua yang ada di ruangan untuk segera bubar.
“Kembali pada tugas kalian masing masing, Tak ada yang harus di khawatirkan” ucap Lady Amelia, suaranya penuh wibawa namun ada nada geli terselip di sana.
Prajurit dan maid yang berkumpul tampak ragu-ragu sesaat, namun mereka segera menunduk hormat dan meninggalkan aula utama, masih tak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan. Setelah ruangan kembali sepi, hanya tersisa Lady Amelia, Valen, dan Livius. Livius sendiri masih terkejut, wajahnya menunjukkan kebingungan yang mendalam. Sementara Valen, yang masih berbaring di lantai, hanya cengengesan, tampak puas dengan efek dramatis yang ia ciptakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VALEN (Markhyuck)
FantasyDi tengah megahnya kerajaan, Raja Valen memimpin dengan keanggunan yang luar biasa-dengan pakaian layaknya seorang ratu, ia duduk di singgasananya, dihormati bahkan oleh orang tuanya sendiri. Namun, hatinya bergejolak pada prajuritnya sendiri, Liviu...