Dréizéhn

126 22 0
                                    

Keluarganya sedang bersiap untuk pergi makan siang ketika Seungcheol muncul kembali di kamar ayahnya.

"Kau datang tepat waktu, Seungcheolie," ujar Sooyoung. Wanita paruh baya itu mencium pipi suaminya. "Sekarang lebih baik kau beristirahat, sayang. Kami akan segera kembali setelah makan siang." Seraya tersenyum, dia menggandeng lengan Seungcheol dan mereka meninggalkan ruangan itu bersama dengan Soobin yang mengikuti di belakang.

"Kau ingin makan siang di mana?"

"Di mana saja, eomma. Aku tidak keberatan selama Mingyu ikut bersama kita," jawab Seungcheol.

"Eomma, menurutku-"

"Soobin, aku tahu apa pendapatmu." Sooyoung berhenti melangkah dan berbalik menatap putra bungsunya. "Dan menurutku kau sebaiknya membiasakan diri menerima kehadiran Mingyu bersama kita"

Soobin memandangi ibunya, lalu Seungcheol. "Hyung, kau tidak... Jangan bilang kalau kau..." Soobin membelalakkan matanya, seolah tidak percaya dengan apa yang kini tengah melintas di pikirannya. "Kau tidak akan menikah dengan pria itu, kan?"

"Ya," ucap Seungcheol. "Aku sudah memutuskan untuk menikah dengannya."

"Appa takkan pernah..." Soobin menggelengkan kepalanya. "Kau menggali kuburanmu sendiri, hyung," ujarnya. "Maaf pemilihan kata yang buruk, mengingat situasinya. Tapi, kau sebaiknya memikirkan lagi keputusanmu itu, sebelum kau menyesal kelak. Aku hanya tidak ingin kau nanti... Kau pasti mengerti maksudku," lanjutnya.

Seungcheol mengangguk. "Aku mengerti. Terima kasih untuk kepedulianmu. Tapi, aku tidak akan merubah keputusanku. Kali ini aku tidak bisa melepaskan Mingyu. Tidak lagi."

Soobin menatap Jaehyun lekat. Dia mendesah pelan. "Terserah." Tatapannya beralih ke ibunya. "Eomma, aku ingin makan sushi. Kau tidak keberatan, kan?"

Sooyoung tersenyum. "Tentu, tidak masalah buatku. Bagaimana denganmu, Seungcheol?"

Seungcheol mengangguk. "Tentu."

"Soobin hanya khawatir padamu," ujar Sooyoung. "Dia terlalu menyayangimu. Dia hanya butuh waktu untuk menerima keputusanmu."

"Aku mengerti." Seungcheol tersenyum begitu melihat Mingyu saat mereka berbelok di sudut lorong.

Pada saat yang sama Mingyu juga melihatnya. Pria itu tersenyum, lalu mengerutkan dahi ketika melihat Soobin dan ibu Seungcheol berjalan bersama pemuda manis itu.

"Hai, kita akan pergi makan siang."

Mingyu menatap Seungcheol, dengan sebelah alis terangkat. "Kita?"

"Kita semua," jelas Seungcheol seraya meraih tangan Mingyu. "Ayo."

Mingyu menatap ibu Seungcheol, menunggu persetujuan dari wanita itu.

"Kita semua," ujar Sooyoung. "Itu berarti termasuk kau, Mingyu."

_______

Mereka tengah duduk berpelukan di pendopo. Ibunya dan anggota keluarga yang lainnya telah pergi tidur beberapa jam yang lalu, tetapi Seungcheol terlalu bersemangat untuk tidur. Dia tidak ingin membuang-buang waktu untuk tidur saat dia bisa menghabiskan waktu bersama Mingyu. Dia sadar begitu banyak waktu yang telah terbuang diantara mereka.

"Tidak terlalu buruk, ya kan?" tanya Seungcheol.

"Buruk itu relatif, kurasa," jawab Mingyu.

"Dan keluargaku itu buruk, apakah itu yang ingin kau katakan?"

Mingyu menggeleng. "Tidak. Mereka pada dasarnya baik terutama ibumu. Meski adikmu tidak menyukaiku."

"Mungkin salah kami yang terlalu memanjakan Soobin. Well... terutama aku dan Hansol. Bahkan teman-teman kami mengatakan jika kami mengidap brother complex," gumam Seungcheol. "Aku harap kau bisa memaklumi sikapnya. Seperti yang kau katakan, Soobin pada dasarnya baik, dia hanya perlu waktu untuk menerimamu dan hubungan kita."

Dude Ranch Bride (GyuCheol) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang