Seungcheol telah berusaha tapi gagal. Dibutakan oleh kekecewaan, dia kembali ke pondoknya. Di dalam pondok lututnya menabrak sebuah kursi ketika dia meraba-raba mencari tombol lampu, tetapi rasa sakit di kakinya tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya.
Mingyu tadi bilang jika pria itu tidak menginginkannya, tapi dia tidak bisa begitu saja percaya menolak untuk mempercayai hal itu. Mingyu tadi menciumnya bukan seolah pria itu tidak menginginkannya.
Pemuda manis itu menenggelamkan diri di sofa dan memejamkan mata. Mengapa dia harus kembali ke tempat ini dan bertemu dengan Mingyu lagi? Mengapa semua ini harus terasa begitu menyakitkan? Mungkin ayahnya benar. Mungkin dia memang seharusnya menikah dengan Minhyun, mereka berasal dari latar belakang yang sama. Mereka merasa nyaman satu sama lain. Orangtua Minhyun menyukainya begitupun sebaliknya. Minhyun mungkin takkan pernah bernyanyi untuknya, atau bertelanjang kaki menyusuri pantai di malam hari. Pria itu mungkin takkan memberikannya sebuah boneka kelinci- yang menurut pria itu terlalu kekanakan. Mungkin takkan pernah membuatnya patah hati.
Amarah melanda dirinya. Mengapa dia hanya duduk di sini dan mengasihani diri sendiri? Dia masih muda. Lajang. Cerdas. Dan tidak jelek. Jika Mingyu terlalu buta untuk menyadari semua itu, pria itu sendirilah yang rugi. Mingyu mungkin tidak membutuhkannya, tetapi dia membutuhkan pria itu. Lalu, amarahnya surut dan menghilang dengan cepat. Ada satu hal lagi tentangku, batin Seungcheol sambil menyeringai. Dia seseorang yang ulet, keras kepala, dan terbiasa mendapatkan apapun yang dia inginkan. Dan dia menginginkan Kim Mingyu. Dia akan mendapatkan pria itu. Dia sudah berkata kepada Mingyu bahwa dia belum kalah, dan memang tidak akan kalah.
"Lihat saja kau, Kim! Aku pasti akan mendapatkan kau kembali! Aku pasti akan menang!" ucap Seungcheol penuh tekad.
__________
Minhyun sudah berada di depan pintu pondok Seungcheol pagi-pagi sekali keesokan harinya.
"Hai, Cheol," sapa Minhyun sembari tersenyum. "Siap untuk sarapan?"
"Ya." Seungcheol mengangguk pelan. Tidak ada gunanya menolak pergi bersama pria itu. Dia lapar dan perlu makan. Dia sedikit lebih ceria, membayangkan kemungkinan mereka berpapasan dengan Mingyu di penginapan.
Dan Seungcheol memang menabrak Mingyu. Pria itu sedang berjalan keluar dari ruang makan saat mereka masuk, hanya saja pemuda manis itu sedang menatap Minhyun sehingga tidak melihat Mingyu.
Mingyu menyambar lengan Seungcheol agar pemuda manis itu tidak terjatuh. "Maaf, Seungcheol-ssi," ucapnya dingin.
Seungcheol bisa mendengar nada dingin yang terlontar dari mulut Mingyu, namun dia juga bisa melihat kilat gairah di sorot mata pria itu saat menatapnya. "Tidak apa-apa. Salahku," balasnya tak kalah dingin. "Oh, ya, Mingyu-ssi, kurasa kau belum berkenalan dengan temanku, Minhyun." Dia menekankan kata 'teman'. "Minhyun ini Kim Mingyu. Kau ingat dia? Dia adalah pemandu perjalanan berkuda kita tempo hari."
"Ya, tentu saja aku masih mengingatnya," sahut Minhyun. Dia tidak repot-repot untuk mengulurkan tangannya kepada pria yang Seungcheol kenalkan padanya.
Mingyu balas mengangguk, tangannya sendiri mengepal erat disisi tubuhnya.
Seungcheol menatap Mingyu dan Minhyun bergantian. Mereka terlihat saling menilai satu sama lain layaknya dua predator yang memperebutkan buruannya. Keheningan merebak hingga susana menjadi tidak nyaman.
"Senang bertemu denganmu, Kim Mingyu-ssi. Ayo, Cheol," ajak Minhyun, dan seraya menggandeng Seungcheol, pria itu membimbingnya melewati Mingyu menuju ruang makan.
Mereka menemukan sebuah meja di samping jendela dan duduk di situ. Pelayan membawakan kopi dan mencatat pesanan mereka.
"Siapa sebenarnya pria itu?" tanya Minhyun, setelah pelayan menjauh dari meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dude Ranch Bride (GyuCheol) ✔️
FanficKim Mingyu X Choi Seungcheol •••• Seungcheol memutuskan untuk melarikan diri dari pernikahannya dan bersembunyi di Jeju. Namun, disana dia justru bertemu dengan mantan kekasihnya, Kim Mingyu. Pria yang sangat dicintainya hingga saat ini. Apakah per...