Eins

283 33 1
                                    

Kim Mingyu mengernyit heran saat melihat sebuah taksi berhenti tepat di depan sebuah kantor peternakan. Sepertinya kali ini Seokjin akan kembali kedatangan seorang tamu, turis yang mungkin seorang pemula, renungnya dalam hati. Biasanya sebagian besar tamu yang setiap tahunnya menghabiskan musim panas di peternakan ini akan memilih mengendarai mobil Van, atau bahkan SUV, dibandingkan datang dengan menggunakan jasa sebuah taksi.

Sang pengemudi taksi keluar dari kendaraan itu, lalu membuka pintu bagasi. Dan Mingyu nyaris terjungkal dari tangga saat melihat seorang pemuda manis melangkah keluar dari dalam taksi. Pemuda manis itu mengenakan setelan jas rapi berwarna putih, yang dia yakin jas itu lebih cocok dikenakan seorang mempelai pria disaat pesta pernikahan dibandingkan untuk berkunjung ke sebuah peternakan. Dia mengangkat sebelah alisnya, berbulan madu mungkin, pikirnya.

Mingyu tidak bisa menahan diri untuk tidak menatapnya. Rambut pemuda manis itu berwarna hitam pekat dan terjatuh lembut menutupi dahinya. Pemuda manis itu tidak lebih tinggi darinya, kulitnya putih bersih dan terlihat lembut, seperti susu yang dihasilkan oleh sapi di peternakan, tubuhnya sedikit berisi namun justru menambah kesan sensual dengan lekukkan yang berada ditempat yang tepat, bahkan bokongnya terlihat padat dan kencang. Dari jarak sejauh ini, dia tidak bisa melihat mata pemuda manis itu, tapi dia tahu manik mata itu sejernih dan seindah mata air di Pulau Jeju.

Salah satu sudut bibir Mingyu terangkat. Sudah lima tahun dia tidak pernah melihat pemuda manis itu, tapi selama itu juga dia terus membawa bayangan pemuda manis itu di benak dan hatinya setiap hari. Pemuda manis itu selalu mempesona dan kernyitan di dahinya semakin dalam saat dia merasakan rasa panas menjalari dadanya, rasa cemburu yang tiba-tiba menyeruak untuk pria ataupun wanita yang cukup beruntung menikahi pemuda manis itu. Dia menunggu, ingin melihat seperti apa pilihan seorang Choi Seungcheol.

Pemuda manis itu terlihat berbicara kepada supir taksi, lalu menyeret kopernya menuju kantor itu, jutaan helaian miliknya melambai lembut tertiup angin ketika dia berjalan dengan anggunnya. Sialan! Pemuda manis itu bahkan lebih dari sekedar memesona.

Mingyu cepat-cepat membalikkan badan, berpura-pura mengamati pengumuman yang tertempel di papan pengumuman. Apa yang sebenarnya Seungcheol lakukan di sini? Dan bagaimana bisa dia menghindari pemuda manis itu? Dia melirik sekali lagi ke arah taksi, bertanya-tanya dimana mempelai pria atau wanitanya. Bahkan ketika taksi itu melaju meninggalkan peternakan, tidak ada seorangpun yang turun bersama Seungcheol.

Bel di atas pintu berdenting pelan saat pemuda manis itu membuka pintu dan melangkah masuk. Menyadarkan pria tampan itu jika tidak ada mempelai pria maupun wanita? Dikuasai rasa ingin tahu, Mingyu tergoda untuk mengikuti pemuda manis itu masuk, tetapi dia baru saja kembali dari melakukan perjalanan berkuda yang jauh bersama belasan tamu penginapan dan dia lebih membutuhkan mandi air hangat, lalu meminum segelas wine kesukaannya. Lagipula, dia pernah bersumpah tidak akan lagi berbicara dengan Choi Seungcheol, tidak dalam kehidupan saat ini atau yang akan datang.

Sembari menggeleng-geleng, Mingyu menyingkirkan pemuda manis itu dari benaknya dan pergi menuju ke kandang.

_________

Seungcheol melemparkan tasnya ke atas tempat tidur, kopernya dia biarkan di samping tempat tidur ganda di dalam pondoknya. Lalu seraya menghela napas, dia mendudukan tubuhnya di atas tempat tidur. Pulau Jeju di sinilah dia berada sekarang.

Dia memandang ke sekeliling ruangan. Meskipun bagian luar pondok terbuat dari gelondongan kayu, bagian dalamnya tampak cukup modern. Ada tempat tidur ganda, meja rias berikut cermin, kursi yang tampak nyaman dan berbantal tebal yang menghadap ke arah satu perangkat televisi, kamar mandi, dan sepasang meja nakas dengan lampu bergaya western. Dia juga bisa melihat dapur kecil dan kulkas di ruangan sebelah.

Dude Ranch Bride (GyuCheol) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang