°
°
°
HAPPY READINGMobil BMW keluaran terbaru itu berhenti di halaman rumah, sang kemudi menatap seonggok tubuh mungil yang masih tak sadarkan diri di kursi sampingnya, membuat helaan nafas kembali keluar di mulut Althan.
Apa dia harus mengendong tubuh itu sekarang?
Atau lebih baik dia tinggalkan saja disana? sepertinya tak ada pilihan yang bagus diantara keduanyaAlthan menepuk pelan pipi pucat Laut berniat membangun kan, jika saja sosok itu bisa bangun.
"Bangun nggak Lo!"
Althan mengaruk kepalanya saat melihat tak ada pergerakan sedikitpun
Akhirnya ia terpaksa membawa tubuh itu untuk dibawa dalam gendongan ala bridal stylenya, ingat hanya terpaksa.Husna yang menunggu tak tenang di ruang tamu tampak lega sekaligus khawatir melihat tubuh Laut yang berada di gendongan Althan
"Ya Allah Laut... Dia kenapa?"Althan meletakkan tubuh itu di sofa, namun teguran kembali ia dapatkan
"Bawa Laut ke kamarnya Al, masa mau ditinggal disini"
Althan merenggut namun kembali membawa tubuh itu pada gendongan nya, menaiki belasan tangga bukanlah sebuah hal yang terlalu berat untuk Althan, hingga berakhir di depan kamar Laut, dengan cepat husna membuka pintu kamar Laut dan segera pergi ke bawah untuk mengambil kompres saat merasakan tubuh Laut memanas.
Althan langsung disuguhi oleh bau lembut Vanilla yang memasuki indra penciumannya, masih sama seperti dulu yang Althan ingat saat terpaksa membawa Laut yang pingsan ke kamarnya, mungkin sekitaran dua bulan lalu.
Althan meletakkan perlahan tubuh itu, hingga wajahnya terpaku saat berjarak begitu dekat dengan wajah Laut
"Maafin Laut ma.. Laut takut.."
Suara lirih sarat akan kesedihan itu membuat Althan terdiam menatap Laut yang tampak gelisah"Jangan tinggalin Laut... Hiks.."
Althan menatap lamat wajah Laut yang menunjukkan raut kesedihan bercampur ketakutan, keringat dingin terlihat mengucur dari dahi Laut.
Sebenarnya apa yang tidak dia ketahui dari pemuda itu?.
──୨_🎀_ৎ──
Althan mengacak surai nya acak, ingatan tentang Laut yang merintih tak luput dari ingatannya membuat pemuda berparas dewa itu tak kunjung bangun dari posisi tidurnya
Althan berdecak untuk kesekian kalinya, mencoba menghalau pikirannya dan memilih untuk segera beranjak ke kamar mandi, dia butuh menyegarkan pikiran nya
Berselang dua puluh menit kemudian Althan keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang lebih segar, bathrobe abu gelap membalut tubuh prefeksionis miliknya
Sementara itu Laut masih terbaring lemah di atas kasur miliknya, matanya sudah terbuka dari beberapa menit lalu, memperhatikan sang asisten rumah tangga yang sibuk mengompres suhu tubuhnya yang terus naik dari semalam
"Aduh den, Aden selalu bikin khawatir bibi"
Bibi Sarah menatap Laut penuh ke khawatiran, membuat Laut mengangkat kedua ujung bibirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
WE CAN'T (On Going)
Novela JuvenilWARNING ⚠️ • • • Laut harus hidup berdampingan menjadi saudara untuk seseorang yang bahkan tak pernah menganggap kehadirannya. tapi kata orang benci dan cinta itu beda tipis... Laut selalu berusaha untuk mendekatkan dirinya dengan Althan, namun baga...