🌹Happy reading🌹Para tamu undangan meninggalkan aula satu per satu, meninggalkan sisa-sisa percakapan yang perlahan meredup. Lucian berdiri di samping Eveline melingkarkan tangannya di punggung, mengarahkan untuk menuju ke kamar besar yang kini menjadi kamar pengantin mereka.
Begitu memasuki pintu kamar besar itu, Eveline memandang sekelilingnya, mengagumi ruangan yang megah itu tanpa sadar. Tirai-tirai tebal berwarna merah tua membalut jendela besar, sementara lilin-lilin memberikan cahaya tentram ke seluruh pejuru kamar, menciptakan suasana syahdu. Tempat tidur besar dengan kanopi berwarna emas tampak bagaikan singgasana, menambah kesan bahwa ini bukan sekedar kamar biasa.
Tiba-tiba dirinya sadar, ini adalah kamar yang akan mereka masuki berdua saja. Pikirannya melayang ke hal yang tidak ia inginkan. Langkahnya berhenti, membuat Lucian menoleh ke arahnya.
“Ada apa ratu?” ucap Lucian dengan suara yang datar dan dingin namun penasaran.
“Aku tidak mau masuk” jawab Eveline, suaranya tegas menyembunyikan rasa takutnya.
“Suka atau tidak suka, mulai malam ini, kamar ini adalah kamar untuk kita berdua” jawab Lucian enteng, membuang wajah menghadap depan.
“Tidak, aku tidak mau” jawab Eveline, mempertahankan keinginannya.
“Hmm kau pikir aku mau? Aku terpaksa melakukan ini hanya karena darah mu Eveline..” Lucian memutarkan tubuh ke arah Eveline yang berada di samping nya, sembari mendorong pintu di belakang nya dengan sekali klik. Eveline tersentak dan menoleh ke arah pintu yang telah di kunci. Seketika suasana terasa begitu mencekam di kamar itu.
“Kau akan membunuhku dan mengambil darah ku malam ini?” Eveline tetap berbicara dengan nada yang tegas, menyembunyikan segala rasa takutnya, ia tidak ingin terlihat terintimidasi dan menyedihkan.
“Wah.. ide yang bagus” jawab Lucian dengan suara dingin namun mengintimidasi, telunjuknya menyentuh dagu Eveline, mengangkatnya perlahan agar ia menatap matanya dengan jelas.
“Apa kau takut?” Lucian tersenyum tipis, sorot matanya penuh dengan kekuatan yang dingin dan sedikit permainan di dalamnya, kemudian menjauhkan telunjuknya di dagu Eveline. Eveline menahan napas, rasa takut dan ketegangan menggumpal di dalam dirinya, namun ia tetap berusaha berdiri tegar.
Lucian berjalan munuju sofa di sudut kamar itu, meninggalkan Eveline yang masih berdiri di dekat pintu.
“Gantilah pakaian mu, pelayan sudah menyiapkannya di ruang ganti” Lucian menyilangkan kaki nya, meraih buku di meja.
“Aku tidak peduli, aku hanya ingin keluar dari sini, di bawah atap mu” katanya, sambil menatap tajam pada Lucian, meski rasa takut masih mengaku dalam hati.
Lucian hanya memandang dengan dingin, walau sorot mata Lucian memancarkan ancaman yang jelas.
“Luar biasa, kau ini keras kepala sekali, Eveline. Bodoh jika kamu berpikir aku akan membiarkanmu pergi” Lucian berjalan menghampiri Eveline lagi, tetapi Eveline tetap tidak bergeming.
“Kau sudah ku ingatkan sebelumnya.. kenapa kau akan lebih baik jika berada di sini, di bawah perlindungan ku” tambah Lucian, mendekatkan wajah nya pada Eveline.
“Aku tidak membutuhkan perlindungan mu, aku tidak ingin berada di sini” kata Eveline agak cemas.
“Jika kau melangkahkan satu kaki keluar dari tempat ini, kau akan segera menjadi mangsa. Di dalam istana ini kau aman dari setiap incaran vampir yang mendambakan darah sangria mu. tapi di sana? mereka akan memburu mu tanpa ampun. Masih mau keluar?” ujar Lucian masih menatap tajam pada Eveline, menunggu jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlet Throne [ON GOING]
FantasyDi dunia yang tersembunyi di balik bayang-bayang, Lucian adalah raja tertinggi dari kerajaan vampir, terkenal dengan keangkuhan dan kekuasaan yang melampaui kerajaan vampir lainnya. Selama ribuan tahun, darah Sangria yang legendaris telah dicari di...