[9] Menampik Perasaan

59 6 0
                                    

Cerita ini tersedia di Karyakarsa dengan harga paket 65rb untuk season 1 & Innovel dengan judul Dosen Ganteng tapi Kampret itu Suamiku. Tersedia juga di GoodNovel dengan judul Dosen Kampret itu Suamiku! (tersedia sampai season 2).

Tidak tamat di Wattpad ya, jadi silahkan kunjungi pf-pf yang Qey sebutkan. Season 1 sudah memuat ending juga kok sebenernya, cuman kalau di GoodNovel lengkap sama cerita waktu anak-anaknya udah jadi bocil kematian.

**


Ketukan pintu kamar menampilkan salah satu ART keluarganya. Satu yang tersisa setelah mereka memilih mengundurkan diri karena sang nyonya tak lagi berada di istananya. Wanita paruh baya itu memberitahu, jika Tanu sudah menunggu kehadiran Anya di meja makan.

Memuakkan!

Papanya sama sekali tak pernah menyerah meski tahu acara makan itu akan berakhir dengan sebuah pertengkaran. Dia terlalu terobsesi ingin membangun keluarga cemara. Sayangnya Anya tak akan mengabulkannya. Ia bukan bagian dari Tanu Handoyo beserta nyonya barunya.

"Bilang sama Papa, Bik. Duluan aja. Aku mau langsung ke kampus." Anya menjelaskan kalau dosennya pagi ini sangat killer. Dosennya tidak menerima keterlambatan, walau itu satu menit saja. Mengingat ramainya kota Jakarta, kemungkinan terjebak macet sangatlah besar.

"Tolong ya, Bik," pinta Anya ramah. Wanita dihadapannya merupakan seseorang yang membantu mamanya untuk merawat dirinya sejak kecil. Dia sengaja tetap tinggal bersama suaminya. Mengabdikan dirinya untuk menemani Anya, sesuai permintaan sang mama.

"Bibik siapin bekal untuk Mbak Anya kalau begitu."

"Makasih, Bik."

Hanya kepada sepasang suami istri itu-lah Anya bersikap ramah. Kepribadiannya sedikit pun tak berubah, sama seperti Anya sebelum penyihir jahat melepaskan topengnya untuk merebut suami milik sahabatnya.

"Mana, Anya?" Tanu melipat koran ditangannya ketika sang asisten rumah tangga kembali terlihat.

Wanita itu menundukkan kepalanya, meminta maaf karena tidak berhasil membujuk nona mudanya. Ia menyampaikan alasan mengapa sang nona tak dapat bergabung.

"Bawakan dia bekal, Bik. Perbanyak sayurannya. Anak itu pasti tidak makan dengan benar di kampus," perintah Tanu. Dibalik setiap pertengkarannya dengan sang putri, Tanu begitu menyayangi Anya. Mungkin ia tidak dapat menahan emosinya kala dihadapkan secara langsung dengan pembangkangan putrinya, tapi dibelakang itu Tanu selalu merasa bersalah setiap keduanya selesai bertengkar hebat.

"Baik Tuan." Sang asisten berlalu, memilih mengerjakan apa yang tuannya perintahkan. Ia harus cepat sebelum nona mudanya berangkat ke kampus. Akhir-Akhir ini ia sering melihat nona mudanya melewatkan sesi makan. Tentu saja alasannya karena pertengkaran dengan istri majikannya. Wanita itu selalu dapat mengacaukan mood nonanya.

"Papa mau makan pakai apa?" tanya Soraya menunjukan perhatiannya. Ia telah bersiap mengangkat sebuah piring kosong. "Fillet ikan mau ya?"

"Kalian makan saja. Papa mau langsung ke kantor." Tanu menghabiskan kopi paginya yang tersisa. Sebelum beranjak, ia meninggalkan pesan agar Josephin menyambangi kantor cabang terlebih dahulu.

"Nggak perlu diantar ke depan, Mah. Mama sarapan dengan Josephin. Papa bisa sendiri," tolaknya ketika Soraya hendak berdiri. Wanita itu biasanya memang akan mengantarkannya sampai masuk ke dalam mobil. "Papa pergi dulu," ucap Tanu berpamitan.

Soraya memaksakan senyumnya. Wanita itu kembali duduk di kursinya. "Jo, Mama ambilkan nasi ya?" Josephin menggelengkan kepalanya. Ia bergerak cepat memenuhi kebutuhannya sendiri. Semakin cepat meninggalkan rumah, akan semakin baik. Ia masih merasa tak pantas menempati singgasana dengan status barunya.

Pff! Kampret Dosen is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang