"Dengan siapa kamu di restoran tadi, Anya?!"
"Bukan urusan, Papa!" Anya melenggang pergi, melewati ruang tamu dimana papanya menunggu dirinya. Ia sedang malas bertengkar. Seluruh energinya telah tersedot habis oleh rangkaian peristiwa yang dirinya lalui hari ini. Anya membutuhkan istirahat cukup untuk melalui hari-hari selanjutnya.
"Anya! Papa bertanya sama kamu!"
Menghakimi lebih tepatnya. Papanya tak pernah hanya bertanya. Apa pun topik yang dibuka, pria itu akan berakhir menyudutkan dirinya. Jadi Anya tak akan meresponnya kali ini. Sungguh, ia ingin merasakan empuknya ranjang.
"Mas, ada apa sih ini? Kenapa teriak-teriak begitu?!"
Anya memperlambat langkah kakinya saat suara Soraya terdengar pada gendang telinganya. Nenek sihir itu sudah muncul. Anya ingin memastikan mulutnya yang jalang tidak mengeluarkan kata-kata buruk untuk mamanya.
Kalau urusan menghadapi Soraya, Anya memiliki simpanan energi ekstra yang tercadang di dalam tubuhnya. Seletih apa pun dirinya, Anya siap jika harus war.
Ia tidak kabur dari rumah papanya memang dikhususkan untuk itu.
"Anak kamu, Mah."
Tangan Anya mengepal mendengar kalimat sang papa. Sejak kapan dirinya lahir dari rahim seorang jalang, hah?! Mamanya merupakan wanita terhormat yang mengalah karena fitnah keji perempuan itu. Ia tak sudi walau menjadi anak tiri Soraya.
"Mas, kenapa kamu nggak kirim dia ikut Mamanya aja?! Kalau Mas takut dia kekurangan uang, Mas bisa setiap bulannya kirimin kan?! Jangan memperumit keadaan, Mas! Inget kesehatan Mas Tanu, sendiri!"
Untuk pertama kalinya, Anya setuju dengan pemikiran itu. Meski Anya tahu wanita itu tidak menyukai keberadaannya, ia akan sangat berterima kasih kalau si jalang mampu merayu papanya. Ia rela ditendang asal tak harus tinggal di neraka jahanam yang membelenggunya.
"Ngomong apa kamu, Mah?!"
Dari nada suaranya yang meninggi, Anya tahu papanya marah. Pria itu tak menyukai saran istrinya.
"Anya adalah harta berharga saya! Saya tidak akan melepaskan putri kesayangan saya untuk dirawat wanita itu! Sekali lagi kamu berbicara seperti itu, saya benar-benar tidak akan memaafkan kamu!"
Usai amarah papanya tersampaikan, suara kepanikan terdengar. Anya bisa mendengar jika Soraya terus memohon untuk dimaafkan atas kesalahannya.
Anya mengulum senyumnya. Tahtanya memang tinggi jika menyangkut hak asuh anak. Entah apa yang ada dipikiran papanya sampai tak mau melepaskan dirinya. Padahal dengan melepaskannya, mereka semua dapat hidup bahagia— pria itu bersama keluarga baru pilihannya, dan dirinya dengan sang mama. Sebanding bukan?
Kembali meneruskan langkah, manik matanya menangkap sosok Josephin berdiri menyorot ke arahnya. Anya menghela napasnya. Ia baru saja lolos dari papanya, dan sekarang cobaan keduanya telah menunggu untuk dilewati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pff! Kampret Dosen is My Husband
Storie d'amoreDi dunia ini ada 3 manusia yang teramat Anya benci. Pertama papanya, ke dua ibu tirinya yang mirip leak, dan ke tiga Kamarudin Hasan- Dosen mata kuliah pengumpulan data kualitatifnya. Karena manusia satu itu dirinya harus mengulang tiga kali dimata...