11 merasa bersalah

929 64 3
                                    

pada pukul 4 pagi gevano melihat Kalingga sedang tertidur di sofa ruang tengah dengan keadaan meringkuk, gevano merasa tidak tega.

"bangun pindah ke kamar, dingin kan?"

Kalingga perlahan membuka matanya lalu memeluk tubuh gevano, gevano mengelus kepala suaminya.

"maaf ya kamu pasti dingin di luar, ya sudah ayok masuk kamar"

"maafin aku juga"

"iya tidak apa apa, ayok pindah di kamar"

Kalingga mengangguk lalu beranjak dan menggendong tubuh gevano ala bridal style menuju ke kamar.

setelah sampai di kamar Kalingga membaringkan tubuh gevano dan ikut berbaring di samping gevano lalu mereka kembali tertidur dengan saling memeluk memberikan kehangatan satu sama lain.

sinar matahari mulai mengusik naren, pemuda itu perlahan membuka matanya. dia duduk mengumpulkan nyawanya.

setelah dirasa sudah cukup naren beranjak menuju kamar mandi, dia menyalakan shower membiarkan tubuhnya basah karena air yang dingin.

"apa gua salah ngelakuin dare dari mereka? tch sialan!"

'maafin gua'

setengah jam naren habiskan di kamar mandi, perasaanya mulai bersalah atas apa yang dia lakukan kepada Zoya hanya sekedar dare dari teman temannya.

berbanding terbalik dengan naren kini Zoya sedang sarapan dengan keluarganya, akhir akhir ini hari Zoya terasa sangat bahagia karena ada naren yang selalu baik kepadanya.

entahlah zoya pikir dia mulai menyukai naren.

"anak ayah kenapa senyum terus hm? pasti lagi seneng ya? coba kasih tahu ayah apa yang buat anak ayah ini seneng?"

"hihi tidak ada ayah, ya sudah Zoya berangkat"

"tunggu biar ayah yang antar, ya?"

Zoya langsung mengangguk dengan semangat, ayah raden tertawa gemas dengan anaknya. bunda chelsea yang melihat interaksi keduanya ikut merasa seneng.

'zoya harus selalu bareng sama bunda, ya? bunda janji bakal terus sama Zoya sampai kapanpun'

"bunda kenapa diam? bunda sakit ya?"

Zoya mendekat ke arah bunda chelsea lalu memeluk bundanya menyembunyikan kepalanya pada dada sang bunda. tidak boleh! bundanya tidak boleh sakit cukup Zoya saja.

chelsea yang tersadar sedang melamun pun menggeleng lalu mengelus surai sang anak dan mengecupnya pelan.

"bunda tidak apa apa sayang, sudah sana berangkat nanti telat"

Zoya mengangguk lalu melepaskan pelukannya.

chup

"Zoya sayang sama bunda"

Chelsea tersenyum, "bunda juga sayang sama anak bunda"

'ayah janji akan terus jaga kalian karena kalian adalah kebahagiaan ayah'

"sudah? sekarang ayok berangkat"

Zoya berjalan ke arah ayahnya lalu mengangguk dan keluar dari rumah menuju ke mobil untuk pergi ke sekolah.

Kean sedang duduk di bangkunya dengan dagunya bertumpu pada tangan menatap ke arah luar jendela.

"hai"

Kean menoleh sekilas lalu kembali acuh, dia memilih kembali menatap jalanan daripada berbicara dengan murid lainnya.

keterdiaman kean membuat anak lainnya enggan berbicara dengan kean menurutnya Kean orang yang cuek dan sulit untuk di ajak bercanda, tertawa saja tidak pernah mereka lihat. yang mereka lihat hanya tatapan datar dari seorang keandra.

"kamu lihat apa?"

"jangan menggangguku!" ucap Kean dengan datar menatap tajam orang yang duduk di sampingnya.

"kamu kenapa sih? kamu lagi sariawan ya?"

Kean tidak menanggapi bocah cerewet itu, dia benar benar cerewet kean benci itu.

"kean mau tidak berteman sama aku?"

"tidak."

"kenapa?"

mata bocah itu mulai berkaca kaca membuat Kean sedikit panik, Kean memandang bocah itu lalu memeluknya.

"iya k-kean mau jadi t-teman kamu"

"beneran?! jadi sekarang kita teman ya"

"iya... teman"

Kean mengangkat bibirnya membentuk senyuman, tipis sangat tipis tapi itu berhasil membuat orang itu terpanah melihat senyuman Kean.

"Kean kalau senyum ganteng"

setelah mendengar itu Kean langsung mendatarkan wajahnya, apakah dia tersenyum? ah dia pikir tidak.

"diam, vio"

orang yang di sebut vio itu mengerucutkan bibir pink nya membuat Kean menggelakan matanya lalu mengalihkan pandangannya.

"Kean kenapa? kok wajahnya merah?"

'benarkah? sialan!"

"Kean?"

"a-ah iya apa?"

"hihi Kean malu ya?"

"ck. sudah diam kamu banyak bicara sekali"

"maaf ya teman"

naren sudah sampai di kelas dia mendudukkan dirinya lalu membuka benda persegi panjang itu.

'gua gak melihatnya, dimana dia'

"ren!"

naren sedikit tersentak mendengar suara seseorang. siapa lagi kalau bukan temannya, naren membuang napasnya kasar.

"mikirin apa lu?! pasti Zoya ya?" haekal mengejek naren sambil memainkan alisnya.

naren berdecak, "to urus pacar lu!"

haekal melebarkan matanya mendengar ucapan naren, "hei?! siapa yang lu sebut pacar huh?!"

"nanti gua urus"

haekal menatap tidak percaya, Dito berucap begitu tidak mungkin. hayo sebenarnya ada apa antara Dito dengan Haikal.

haekal memukul lengan Dito sedikit keras lalu melotot tajam.

"sakit"

"rasain!"

haekal duduk di bangkunya lalu melipat kedua tangannya di atas meja dengan pandangan yang fokus ke depan.

TBC.

aneh ya?

TARUHAN || 𝐨𝐧𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠 [mpreg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang