1

779 27 0
                                    

Halooo semuaa🙌🏻
Perkenalkan aku Kataraku, ini cerita pertamaku, i hope u enjoy with my story. Kalau suka sama ceritanya jangan lupa komen and vote yaa
Thank youu❤️🌼

--------------


Di sebuah rumah sederhana yang dikelilingi dengan hamparan halaman yang luas, hiduplah sepasang suami istri, Arman dan Rina. Arman adalah pria tampan yang dulunya sangat aktif dan penuh semangat. Ia adalah seorang atlet basket yang selalu menarik perhatian. Namun, semuanya berubah setelah kecelakaan itu. Arman mengalami cedera parah yang membuatnya lumpuh dari dada ke bawah.

Rina, istrinya, adalah wanita cantik yang selalu tersenyum meskipun hatinya sering kali dilanda duka. Ia mencintai Arman lebih dari apapun. Ketika kecelakaan itu terjadi, dan dokter memberi tahu bahwa kemungkinan besar suaminya tidak akan bisa berjalan lagi, ia bertekad untuk tetap berada di sampingnya, merawat dan mencintainya tanpa syarat. Rina akan membantu seluruh kebutuhan suaminya dengan penuh kasih.

Setiap pagi, Rina akan bangun lebih awal. Ia menyiapkan sarapan dan memastikan rumah tetap bersih dan nyaman. Setelah itu, ia menuju kamar di mana Arman berbaring di ranjang.

"Selamat pagi, sayang," sapanya lembut. Arman membalas dengan senyum lemah. "Pagi, sayang."

Rina mendekat dan mengecup kening suaminya. "Saatnya mandi, ya."

Dengan hati-hati, Rina membantu Arman duduk. Meski sudah terbiasa, ia tetap melakukan semuanya dengan penuh kelembutan. Mengangkat tubuh Arman, memandikannya dengan air hangat, mengusap tubuh kekar yang kini kehilangan kekuatannya. Di setiap sentuhan, Rina mengingat masa-masa ketika tangan suaminya dulu selalu menggenggamnya dan membawanya menari di tengah malam, saat awal mereka menikah.

Saat memandikan Arman, ia selalu berbicara, menceritakan hal-hal sederhana yang ia alami sehari-hari, atau bahkan sekadar membicarakan cuaca hari ini. Hal itu dilakukan untuk mengusir kesunyian yang sering kali terasa menyakitkan. "Bunga mawar di halaman sudah mulai mekar. Kamu harus melihatnya nanti, Arman," katanya, sambil membasuh bahu suaminya. Arman hanya mengangguk pelan. Terkadang ia merasa tidak berguna, merasa menjadi beban bagi Rina. Namun, tatapan mata Rina yang penuh cinta selalu membuatnya ingat bahwa ia masih berarti bagi seseorang.

Selesai memandikan Arman, Rina dengan telaten mengeringkan tubuh suaminya. Ia mengambil popok dewasa dan memakaikannya dengan hati-hati. "Maaf ya, sayang," kata Arman pelan, sambil memalingkan wajahnya. Meskipun ia sudah sering diperlakukan seperti ini, tetap saja terkadang ada rasa malu yang menyelinap di hatinya.

Rina hanya tersenyum lembut. "Jangan pernah minta maaf. Kamu adalah suamiku. Apa yang aku lakukan ini adalah karena cinta, bukan beban." Setelah memakaikan pakaian bersih pada Arman, ia membantunya duduk di kursi roda. Kemudian, ia mendorong kursi roda suaminya ke halaman samping rumah, tempat favorit mereka di pagi hari. Mereka duduk bersama menikmati secangkir teh hangat, diiringi kicau burung dan wangi bunga yang memenuhi udara. "Terima kasih, Rina," ucap Arman, suaranya penuh haru. "Kamu tetap di sini, meskipun aku tidak lagi seperti dulu."

Rina menatap mata suaminya dalam-dalam. "Cinta itu bukan hanya soal menerima yang baik saja, tapi juga tentang menghadapi segala yang datang bersama-sama, baik atau buruk. Kamu adalah hidupku, Arman, dan aku tidak akan pernah pergi."

Dalam sunyi pagi itu, mereka duduk berdua, menikmati kehangatan kebersamaan yang tak pernah pudar. Bagi Rina, merawat Arman bukanlah sebuah beban, melainkan bukti nyata dari cinta sejati yang tidak pernah mengenal kata menyerah.

Love BeyondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang