Hari itu setelah meletakan Arman kembali di kamar, Rina sibuk di dapur, menyiapkan makan siang untuk Arman. Aroma sup ayam buatan tangannya memenuhi rumah, membawa kesan hangat dan nyaman. Namun, tiba-tiba terdengar suara Arman memanggil dengan nada tergesa-gesa.“Sayangg! Rina, tolong...” Suara itu terdengar putus asa, membuat hati Rina berdebar.
Ia segera berlari menuju kamar, dan mendapati Arman yang berusaha duduk di atas tempat tidur dengan wajah penuh rasa bersalah. Di atas kasur, tampak bercak-bercak basah yang menandakan bahwa Arman mengompol, dan aroma tak sedap memenuhi udara. Rina terkejut sejenak, menyadari bahwa tadi pagi setelah membersihkan Arman sehabis buang air besar, ia lupa memakaikan popok pada suaminya, karena dia baru saja memakaikan salep agar tidak ada ruam di area kemaluan suaminya. Rina berniat akan memakaikan popok untuk Arman setelah 15 menit menunggu salepnya menyerap. Tapi Rina lupa dan terlalu asik memasak di dapur. Dalam kesibukannya, Rina merasa bersalah karena telah melakukan satu hal yang seharusnya tidak boleh terlewat.
Arman menundukkan wajahnya, merasa sangat malu. “Aku… aku tidak bisa menahannya,” katanya lirih. “Seharusnya aku bilang dari tadi dan mengingatkanmu.”
Rina merasakan sesak di dadanya melihat ekspresi suaminya yang tampak begitu terluka oleh rasa tak berdaya. Ia segera menenangkan dirinya, menekan rasa panik, dan memaksakan senyumnya agar tetap hangat. Ia berjalan mendekat dan mengusap lembut bahu Arman.
“Tidak apa-apa, sayang. Ini bukan salahmu,” kata Rina lembut.
Ia segera bergerak untuk membersihkan tubuh Arman, mengelap bagian bawah tubuhnya menggunakan tisu basah dan handuk kering. Rina memakaikan popok dewasa yang biasa dipakai Arman untuk menampung kebutuhan hajatnya yang tidak bisa dikendalikan. Rina menyelipkan terlebih dahulu popok di bawah tubuh Arman dangan memiringkan tubuhnya, setelah posisis popok sudah di tengah Rina menekuk kedua kaki Arman lalu melebarkan kedua kakinya, jika sudah Rina menutup kemaluan Arman dengan popoknya lalu merekatkan popok tersebut. Lalu setelah tubuh Arman bersih, Rina memakaikan pakaian yang nyaman untuk Arman.
Rina membantu Arman berpindah ke kursi roda dengan menggendongnya. Rina menarik napas dalam-dalam dan merangkul pinggang Arman, sementara suaminya melingkarkan lengannya di leher Rina. Dengan satu tarikan kuat, ia mengangkat Arman dari tempat tidur. Tubuh Arman sedikit bergetar karna spasme pada kakinya. Ada rasa tak berdaya yang menyelinap di hatinya. Namun, Rina tetap memeluk erat suaminya, memastikan bahwa Arman bisa merasakan kehangatan dan kekuatan yang ia salurkan. Rina memindahkan Arman ke kursi rodanya.
"Sayang kamu tunggu di ruang keluarga dulu ya sambil menonton, aku mau membersihkan kasur dulu." Ucap Rina sambil mendorong kursi roda Arman menuju ruang keluarga.
"Maaf sayang aku sangat merepotkanmu hari ini." Arman merasa sangat tidak enak karena Rina harus kerepotan. Hari-hari biasa saja Rina pasti sangat kerepotan apalagi jika terjadi hal-hal seperti ini.
Rina menghentikan langkahnya, kemudian berlutut di depan Arman, menggenggam kedua tangan suaminya. “Kamu tidak perlu minta maaf,” katanya dengan tegas. “Kita berdua sudah berjanji, akan saling menguatkan di saat sulit maupun bahagia. Kamu tidak membuat hidupku lebih sulit, kamu membuatnya lebih bermakna. Kamu adalah alasan kenapa aku terus tersenyum setiap hari.”
Arman menatap Rina dalam. Ia merasa betapa beruntungnya memiliki istri yang begitu setia dan penuh kasih. "Terima kasih banyak sayang.."
Rina mencium kening Arman lalu meninggalkannya ke kamar. Rina membersihkan kekacauan yang ada di atas kasurnya. Rina menarik sprei yang kotor, dan menggantinya dengan yang bersih.
Setelah selesai, ia kembali ke sisi Arman dan memeluknya erat-erat, menyalurkan kehangatan yang dibutuhkannya. “Kamu mau makan sekarang? Aku sudah menyiapkan sup ayam kesukaanmu” bisiknya di telinga suaminya.
![](https://img.wattpad.com/cover/383515383-288-k51232.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Beyond
RomanceSlice of life tentang kehidupan suami istri. Dimana sang suami mengalami kelumpuhan karena kecelakaan. Cerita ini menceritakan keseharian seorang Arman. Syarman Yuan Wijaya atau yang biasa disebut dengan Arman adalah seorang mantan atlit basket yang...