3

565 30 7
                                    

Setelah memandikan dan memakaikan popok bersih untuk Arman, pagi ini Rina memutuskan untuk mengajak suaminya berjemur di halaman belakang rumah. Matahari pagi yang cerah memancarkan kehangatan yang menenangkan, dan Rina tahu bahwa sinar matahari sangat baik untuk kesehatan Arman. Ia membuka pintu kaca yang menghubungkan ruang tengah dengan halaman belakang, kemudian mendorong kursi roda suaminya keluar.

Halaman belakang rumah mereka cukup luas dan nyaman, dengan rumput hijau yang terawat dan beberapa tanaman bunga yang tumbuh subur di sekitarnya. Di sudut, ada tempat bersantai yang terdapat kursi-kursi dari rotan dan meja. Rina sudah menyiapkan kursi panjang yang memiliki alas yang empuk untuk Arman berbaring. Ia dengan hati-hati memindahkan tubuh suaminya dari kursi roda ke kursi, lalu memastikan posisi Arman sudah nyaman. Saat ini, Arman hanya mengenakan popok dewasa tanpa kaos, yang dibiarkan terbuka untuk membiarkan tubuhnya menyerap sinar matahari.

"Kita berjemur sebentar, ya sayang. Sinar matahari pagi bagus untuk kesehatanmu," kata Rina sambil menyelimuti bagian bawah tubuh Arman dengan selimut tipis agar dia tetap nyaman.

Arman hanya mengangguk pelan. Dengan lembut, Rina mengusap lengan dan kaki Arman dengan sunscreen agar tetap terjaga dari sinar UV.

"Sayang, boleh tolong ambilkan handphone ku. Aku takut ada pesan yang masuk, karena kemarin aku sama sekali tidak membuka handphone." Pinta Arman kepada Rina.

"Oh iyaa benar, sepertinya kemarin banyak pesan yang masuk. Aku juga lupa membukakan handphone untukmu kemarin. Sebentar ya.. akan aku ambilkan." Rina masuk ke dalam rumah untuk mengambilkan handphone dan juga sarapan pagi mereka.

Saat Arman menikmati hangatnya sinar matahari yang menyentuh kulitnya, Rina kembali, ia membawa nampan yang berisi makanan serta minuman dan juga handphone Arman.

"Sayang, sepertinya ada pesan penting untukmu," ujar Rina sambil meletakan nampan di atas meja dan memperlihatkan isi handphone kepada Arman.

"Coba buka pesannya.. iya yang itu." Rina membuka pesan yang Arman minta. Arman membaca dengan seksama pesan tersebut. Wajahnya yang semula terlihat biasa saja tiba-tiba berubah cerah.

"Rina, aku benar-benar lupa sekarang sudah awal bulan." ucapnya penuh semangat. "Ada transfer uang masuk dari penyewa kost-kostan..."

Rina tersenyum senang. "Aku juga lupa kalau hari ini awal bulan. Syukurlah, penyewa kost-kostan kita selalu tepat waktu membayarnya. Yaa.. walaupun kita sudah lama sekali belum mengecek keadaan disana."

"Iya sayang, sudah lama kita tidak kesana untuk kontroling. Karena beberapa minggu terakhir aku fokus untuk terapi."Ucap Arman yang terlihat kepikiran.

Memang, satu tahun sebelum Arman menikah, ia memulai merintis bisnis kost-kostan ini. Dari penghasilannya sebagai atlet sebagian Arman sisihkan untuk merintis usaha ini. Dahulu saat awal merintis Arman hanya memiliki 7 pintu kostan, sekarang sudah ada 15 pintu kost yang Arman miliki. Namun setelah kecelakaan Arman memang sudah sangat jarang kesana, biasanya Rina yang menyempatkan untuk mengontrol ke kostan. Namun akhir-akhir ini karena Rina harus menemani proses terapi Arman, Rina hanya mengontrolnya lewat petugas kebersihan yang dipekerjakan oleh Arman disana.

"Tenang saja sayang, aku selalu mengotrol lewat Pak Hadi kok. Syukurnya di kostan tidak ada yang mengkhawatirkan. Sejauh ini semuanya aman-aman saja sayang.."Rina berusaha meyakinkan agar Arman tidak khawatir dengan keadaan kostannya.

"Aku hanya khawatir kita tidak bisa memberikan kenyamana pada penyewa kostan, tapi memang sejauh ini tidak ada komplain yang masuk melalui pesan." Arman sedang melihat pesan-pesan lain yang masuk.

"Iya, baik-baik saja kok. Kamu gak usah khawatir sayang, kan ada aku yang bantu kamu disini.." Rina mengelus tangan Arman untuk menenangkan rasa khawatir Arman.

Love BeyondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang