prolog

383 39 4
                                        

🅱🅴🆂🆃 🅱🆁🅾🆃🅷🅴🆁

Sejak kepergian sang eomma. Yoongi dan hoseok berakhir tinggal berdua saja.

Sang appa memang masih hidup. Namun, profesinya yang seorang CEO perusahaan properti membuatnya jarang sekali berada dirumah. Malah keseringan pindah-pindah ke negara lain.

Tiga tahun telah berlalu, sejak kepergian nyonya min. Itu artinya, kedua saudara itu mulai terbiasa tinggal berdua saja sejak yoongi berusia lima belas tahun dan hoseok berusia tiga belas tahun kurang lebih.

Ya. Usia mereka terpaut dua tahun.

Kini hoseok duduk di bangku kelas satu sekolah menengah akhir. Sedangkan yoongi kelas tiga sekolah menengah akhir.

Berbeda dengan saudara laki-laki lain yang mungkin kebanyakan akur. Kedua saudara ini justru bersikap layaknya seseorang yang tak saling mengenal.

Yoongi memang memiliki sifat cuek sejak dirinya masih kecil. Namun, kebenciannya pada hoseok muncul sejak tiga tahun yang lalu.

Hari ini adalah hari pertama hoseok bergabung ke sekolah Seoul International School. sekolah menengah akhir terbaik di negaranya, sekaligus tempat dimana yoongi belajar.

Seperti layaknya anak sekolah pada umumnya. Hoseok bangun di pagi hari. Lalu melanjutkan rutinitas paginya, memakai seragam lengkap, setelah itu turun kebawah untuk sarapan.

Di mansion ini mereka tinggal bersama dengan beberapa pelayan yang memiliki tugasnya masing-masing. Seperti bagian kepala pelayan, bagian memasak, dan juga bersih-bersih.

Selain itu ada juga beberapa tukang kebun dan juga penjaga tentunya. Sang appa meski sangat sibuk tetap menomor satukan keselamatan putra-putranya.

"Selamat pagi tuan muda!" sapa sang kepala pelayan. Yang sudah menunggu untuk menyajikan sarapan di ruang makan.

"Selamat pagi juga ahjumma" jawab hoseok dengan senyum manis khasnya.

"Selamat pagi hyung!" tak lupa hoseok menyapa yoongi juga, yang rupanya sudah duduk di meja makan.

Namun lagi-lagi seperti biasa, tidak ada jawaban. Hanya deheman yang hoseok dapat.

Keduanya akhirnya sarapan bersama. "Hyung, apa hari ini aku boleh berangkat denganmu?"

"Aku harus menjemput temanku!" jawabnya singkat dan dingin tanpa menoleh. Masih fokus dengan makananya.

"Aku bisa duduk di bangku belakang." ujar hoseok kekeh.

"Aku membawa mobil porsche. Hanya ada dua kursi!" setelah mendengar pernyataan yoongi barusan. Akhirnya hoseok menyerah.

"Baiklah, aku akan berangkat dengan sopir saja!" jelasnya tersenyum.

Ahjumma yang masih setia berdiri di sebelah yoongi menyaksikan semuanya. Dirinya membatin, bagaimana bisa tuan mudanya ini masih bisa tersenyum dalam kondisi seperti ini. Dimana sang hyung lebih mementingkan menjemput temannya ketimbang berangkat dengan sang adik.

Namun dirinya tak dapat berbuat apa-apa. Mengingat posisinya yang hanya seorang kepala pelayan.

Selesai sarapan, yoongi bergegas pergi. Menaiki mobil porsche berwarna merah yang baru saja ia beli sekitar dua bulan yang lalu.

Hoseok hanya menyaksikan kepergian sang hyung. Tak lama, kepala pelayan yang dipanggil ahjumma itu datang menghampiri.

"Tuan muda, sopirmu sedang sakit hari ini"

"Bagaimana kau akan berangkat ke sekolah?" tanya nya khawatir.

Hoseok juga nampak lebih khawatir. "Ahjumma, bisa tolong ambilkan kunci mobil mercedes benz milik yoongi hyung?"

"Tunggu dulu. Apa kau akan membawa mobil itu?"

"Ya. Sebab hanya mobil itu yang sudah aku kuasai. Meski sebenarnya belum terlalu bisa juga!" jelas hoseok ragu-ragu.

"Tetapi tuan muda, kau tau bukan mobil itu salah satu mobil kesayangan tuan yoongi. Apa kau tidak takut dimarahi?"

"Tetapi aku tidak ada pilihan lain. Aku tidak mau terlambat dihari pertamaku sekolah!"

Akhirnya, hoseok benar-benar pergi membawa mobil mercedes benz hitam milik yoongi.

Jujur saja hoseok sedikit ragu-ragu. Namun dilain sisi dirinya tak punya pilihan lain.

Hoseok mengendarai mobil yoongi dengan penuh kehati-hatian. Hoseok ingin memastikan, bahwa dirinya tak membuat kesalahan apapun.

Namun hari sial tak ada yang tau.

Sebuah truk besar melaju dari arah berlawanan seperti tak terkendali. Hoseok yang menyadari hal itu segera membanting setir ke arah kirinya. Yang berakhir membuat mobil hoseok menabrak trotoar.

Rusaklah mobil itu. Namun bukankah ini lebih baik daripada tertabrak oleh truk?

Hoseok tercengang. Detak jantungnya mulai tidak beraturan. warga yang melihat mulai mengerumuni mobil hoseok.

Ada beberapa dari mereka yang menggedor-gedor kaca mobil. Terdengar suara orang yang tengah memanggil-manggil dari luar sana. Hal ini mereka lakukan sebab takutnya yang di dalam sana jatuh pingsan.

Hoseok sempat melamun sejenak. Namun akhirnya pemuda itu tersadar.

"Nak, kau baik-baik saja?" tanya salah seorang bapak-bapak begitu melihat hoseok keluar dari dalam mobil.

"Ya paman, aku baik-baik saja!"

"Syukurlah kalau kau baik-baik saja" ujarnya.

"Hoseok berjalan kedepan. Menyaksikan mobil mercedes benz milik hyung nya ringsek di bagian depan.

Wajahnya seketika pucat. Hoseok mengusap rambutnya kasar." astaga, bagaimana ini!"

"Nak, ini hanya mobil. Aku yakin appa mu mampu membelikannya lagi. Dari penampilanmu, sepertinya kau anak orang kaya!" kata salah seorang wanita paruh baya disana.

"Ya, dia benar. Bukankah yang terpenting kau selamat?" saut wanita lainnya.

"Tetapi masalahnya mobil ini salah satu mobil kesayangan hyung ku!"

"Astaga!!! Kenapa kau cemas sekali. Aku yakin hyung mu akan lebih marah jika kau yang terluka"

"Itu benar. Bagi hyung mu, kau pasti lebih berharga dari mobil ini, sekalipun ini mobil kesayangannya!"

"Tetapi hyung ku berbeda" batin hoseok.

~~~~~~~

BEST BROTHER - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang