🐚Bab 14

15 5 0
                                    

🐚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐚

Beberapa hari sudah Hindia menghilang dari kehidupan Helia. Selama hari-hari panjang itu, tiada ucapan filsafat Hindia yang Helia dengar. Tak ada tatapan mata lembut laut hangat yang menatap paras Helia. Juga jumpa kulit dengan kulit tiada tersentuh jua. Helia frustasi, mencari kesana kemari keberadaan Si Aneh itu.

Padahal menurut Helia, perjalanan mencari harta karun di rumah kolonial kemarin sangat seru, dan Hindia juga terlihat baik-baik saja. Dia merasa aneh, sangat aneh, janggal, dan tidak paham akan jalan pikir Hindia yang langkahnya entah kemana saat ini seperti ditelan bumi.

Pesan-pesan Helia pun sampai detik ini belum dijawab oleh Hindia satu abjad sekalipun. Di hubungi via telpon pulsa, hanya nada operator yang menjawab. Di cari ke rumahnya, hanya sepi yang ia temui.

Hindia benar-benar menghilang dari realitas Helia.

Di hari berikutnya, ujung hari kerja, dengan jiwa yang kurang bersemangat, Helia berangkat ke sekolah, diantar oleh Tuan Halo.

Helia duduk di kursi belakang, tidak seperti hari biasanya. Tuan Halo melirik kecil putrinya dari kaca spion belakang. "Kenapa, Sayang? Kamu seperti tidak ada semangatnya."

Hindia menaruh tangannya di dada. "Apa karena masakan sarapan Mamah yang kurang enak?" tebak Tuan Halo sembari menyetir. Sesekali ia masih melirik Helia. Namun Helia memilih diam seribu bahasa.

"Kamu kalau ada masalah, kalau ada hal-hal yang menyakiti kamu, kamu bilang ke Ayah. Biar Ayah bantu nyelesaiin." ujar Tuan Halo yang tidak tau alasan anaknya tampak layu tersebut.

Ban mobil memasuki area sekolah, dan berhenti di depan pintu masuk utama. Rupanya Nia telah menunggu Helia disana.

Helia membuka pintu mobil, membawa tas nya. "Nanti Ayah jemput!" seru Tuan Halo dari dalam mobil.

BBRAAKKK

Pintu mobil dibanting kencang oleh Helia, membuat Tuan Halo mencoba untuk lebih sabar. Lalu ia melaju pergi meninggalkan area parkir sekolah.

🐚

"Hai!" sapa Nia kepada Helia yang berjalan penuh lesu. "Kok gak semangat sih?" tanyanya, sudah seperti Tuan Halo. "Ayolah, semangat dikit!" Nia menyemangati sambil mereka berjalan berdampingan masuk sekolah.

Tepat saat mereka masuk koridor loker, Helia menghentikan pergerakannya. Begitupun Nia yang balik badan menghadapnya. "Kenapa?"

"Gua gak mau sekolah deh rasanya." kata Helia, menarik lengan sweater birunya. "Kok gitu? Karena hari ini ada tes bahasa?" terka Nia. "Bukan. Bukan itu."

Samudra Hindia [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang