Oci membasuh wajahnya, semalaman dia tidak bisa tidur karen terus terbayang oleh dua orang di toko buku kemarin malam, bahkan karena kejadian itu, Oci sampai melupakan Elena, cewe lucu itu Oci tinggal begitu saja tanpa pemberitahuan apapun, entah omelan seperti apa yang akan Oci dapat ketika bertemu nanti, karena untungnya sampai jam istirahat dia belum juga berpapasan dengan Elena.
Tadi sesaat setelah guru keluar kelas, Oci segera meluncur ke toilet karena rasa kantuknya sudah tak tertahan, dia bahkan meninggalkan Dara yang entah saat ini sedang mencarinya atau tidak, tapi sepertinya memang tidak, karena saat Oci sudah sampai di rooftop, Oci bisa melihat Dara sedang duduk di pinggir lapangan bersama Jeffry.
Ya, lagi-lagi rooftop. Oci tidak yakin sejak kapan dia mulai menguasai tempat ini, yang jelas Oci suka saat dia bisa melihat banyak hal dari atas, meskipun panas matahari akhir-akhir ini cukup menyengat, mungkin itu juga yang menjadi alasan anak-anak lain tidak suka berada di tempat ini.
Suara pintu yang terbuka membuat Oci menoleh, sosok Alden muncul dengan hanya mengenakan kaos putih, sementara baju seragamnya dia kibas-kibaskan untuk mencari angin.
"Cuaca panas, hati juga panas," ucap Alden dengan menekan setiap kata panas.
Entah kenapa, kali ini suara tawa Alden terdengar begitu mengejek di telinga Oci.
"Curhat bang?"
Alden mendengus, turut bergabung dengan Oci yang berdiri di pinggir rooftop.
"Nggak cembur lo liat begituan." Alden melirik Oci.
Satu-satunya hal yang Alden tahu tentang Oci adalah perasaan cewe itu terhadap Jeffry teman mereka, yang saat ini berstatus sebagai pacar Dara yang juga teman mereka.
"Bukan lo yang cemburu?" Oci berucap masih dengan wajah datar dan tanpa menoleh, pandangannya masih lurus ke depan di mana Jeffry dan Dara berada.
Alden berdecih, dan kembali tertawa, dia tidak mempertanyakan sikap aneh yang Oci tunjukan, seolah memang begitulah sosok Oci yang sebenarnya, bukan anak dengan tutur kata lembut dengan senyum di setiap harinya.
Faktanya, Oci juga tidak menyukai Alden, sama seperti Alden yang tidak menyukainya, bahkan sejak awal pertemuan mereka, Oci tidak pernah menunjukan sikap manisnya pada Alden. Oci tidak melihat Alden sebagai teman, begitupun sebaliknya, dua orang ini seolah bermain peran dengan bersikap akrab di depan semua orang.
"Lo selalu nglarang setiap gue mau kasih tau Jeffry tentang perasaan Dara, lo kayanya nggak suka kalau mereka deket ...," kali ini Oci membalas tatapan Alden, dengan memandang cowo itu remeh dan dengusan kecil di akhir kalimatnya. Oci benar-benar tidak terlihat seperti Oci yang selama ini orang kenal.
Alden mendengus, tangannya entah sejak kapan sudah mencengkeram kerah baju Dara. Masa bodo dengan gender, cewe itu sudah cukup menguras kesabarannya sejak kemarin.
"Kita udah sepakat buat nggak ngebiarin mereka jadian, tapi lo dengan sengaja malah bantu mereka. Lo main-main sama gue?" Alden menekan kalimat terakhirnya, jujur saja, dia cukup merasa dihianati karena keputusan Oci yang bersedia membantu Jeffry untuk mendapatkan Dara.
Oci menyentak bahu Alden, memaksa agar tangan besar itu melepaskan cengkeraman pada kerah bajunya.
"Lo nggak perlu se-marah ini kan? Lo bilang nggak ada perasaan apapun ke Dara," Oci berjalan pelan dari sisi kiri Alden ke sisi kanannya, "terus kenapa lo ngajak gue kerja sama kalau kita nggak punya tujuan yang sejalan? Atau jangan-jangan lo punya tujuan lain dan jadiin gue kambing hitamnya?"
"Waaah ..., lo makin pinter mancing emosi gue sekarang, gue jadi heran ..., kemana perginya sikap patuh yang lo punya dulu."
"Nggak usah bahas kemana-mana Al, dari awal gue emang nggak pernah serius tentang kesepakatan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Relationship
Teen Fiction"Nggak semua hubungan harus berakhir sesuai keinginan kita, setiap kebersamaan pasti ada akhirnya 'kan? ..., karena nggak semua orang bisa menemani kita sampai akhir, maka kita harus kasih kesan yang baik untuk setiap orang yang datang dalam hidup k...