Keesokan paginya.
Mereka terbangun di ruang utama.
Wajah mereka berubah pucat saat mengingat kejadian tadi malam. Dimana kepala Haechan yang mengeluarkan banyak darah.
Beruntung Jeno dan Mark tidak takut darah. Jadi, seperti biasa. Mereka lah yang mengobati dan melilit kan perban.
Matahari mencari celah untuk masuk ke dalam ruangan itu hingga mengganggu mata.
"Huaammm" Mark menguap. Matanya terasa berat untuk dibuka. Tapi risih akan sinar matahari jika dia kembali memejamkan mata.
Perutnya berbunyi. "Duuh, laper lagi"
Jeno dan Renjun menggeliat setelah nya mereka ikut terbangun.
Haechan, Jaemin dan Jisung masih tertidur.
"Kalian mandi aja, gue mau buat sarapan" Jeno berdiri.
"Sarapan apaan?"
"Yang simpel simpel bae. Udah sono" Jeno pun berjalan memasuki dapur. Perutnya perih karena lapar.
Sungguh. Jika mereka tidak makan, maka perlahan mereka akan mati kelaparan.
Mark pun berdiri di susul oleh Renjun.
"Gue kamar mandi lantai dua"
Renjun mengendikan bajunya. "Gue nunggu Lo aja"
Setelah nya mereka pun pergi. Menyisakan tiga orang yang perlahan mulai terbangun.
Jisung menggeliat layaknya cacing kepanasan hingga tanpa sadar kakinya mengenai aset Jaemin. Membuat sang empu terbangun. Namun Jisung tak menyadarinya.
"Aduuh, woi lah kaki sapa nieh!" Seru Jaemin dengan mata yang belum terbuka. Tangan nya pun memegang kaki Jisung lalu menyingkir kan nya.
Jisung terduduk. Tak peduli soal kakinya yang mengganggu Jaemin. Dia lebih fokus memikirkan kejadian tadi malam.
Dimana dirinya yang berjalan untuk mencari Haechan dan malah diperlihatkan sosok hantu yang pernah ia lihat sebelumnya. Itu lah alasan mengapa Jisung teriak. Pingsan gegara dia ngeliat banyak darah.
Sudah sudah. Jisung tidak mau mengingatnya lagi. Perutnya sekarang terasa di kocok.
Haechan perlahan menggerakkan kepala nya.
Jisung pun menghampiri. "Bang, lo kenapa bang" khawatir Jisung. Karena memang dia tidak tau soal kejadian tadi malam. Dia kan pingsan.
"Ehm pala gue sakit co" Haechan mengerang rendah. Jisung tambah di buat panik.
"Kepala lo kenapa, bang?"
"Kenapa bisa di perban?"
Haechan tentu tidak akan merespon. Dia lebih fokus pada kepalanya yang kembali sakit.
Haechan terduduk sebentar, dia diam untuk menghilangkan rasa nyeri di kepala nya. Setelah nya menatap jisung yang kini kebingungan.
"Lo baik baik aja, sung?"
"Huh? Gue? Seharusnya gue yang nanya gitu ke lo, bang"
"Engga" Haechan menggeleng. "Lo baik baik aja kan?"
"Secara fisik baik, tapi engga sama pikiran gue" Jisung menunduk.
Haechan tersenyum menguatkan. Syukurlah si bontot tidak kenapa napa. Kasian soalnya.
"Aelah, cerita nya gue jadi nyamuk nih?" Cibir Jaemin sambil mendengus.
"Ck ganggu lo, jaem" balas Haechan acuh lalu berdiri. Namun hendak jatuh karena kepalanya sangat sangat pusing. Beruntung Jisung memegang tubuh nya.
Jam 9 pagi.
Mereka pun duduk memenuhi sofa di ruang utama. Mereka udah mandi, udah sarapan walau terasa pengen muntah dan dua oknum yang di perban sudah mengganti perbannya.
"Ini aneh ga sih?" Mark memecah keheningan.
"Sebenarnya, siapa pelakunya?"
"Jangan jangan Jisung" tuduh Renjun reflek.
Dengan polosnya, Jisung nunjuk diri nya sendiri.
"Kalo ga mau kita salah paham, mending lo cerita soal tadi malam"
Jisung mengangguk. "Gue saat itu lagi di kamar mandi lantai dua. Setelah nya gue keluar, pas mo balek ke kamar, lampu batiba mati. Gue panik sekaligus khawatir karena mungkin bang Haechan masih ada di bawah"
Mereka menyimak dengan teliti.
"Gue panggil buat mastiin doang, tapi pas itu..."
"Gue ngeliat hantu yang sempet gue liat kemarin. Mukanya serem makanya gue teriak. Darah membanjiri tubuh nya dan sebab itu gue pingsan"
Mereka hanya mengangguk saja.
"Mungkin disini ada orang lain?" Tebak Jaemin pelan.
"Gatau, tapi gue nemu ini di pintu kulkas" Jeno menyerahkan sebuah kertas dengan tinta merah.
Tuduhan untuk Jeno sudah tidak berlaku lagi. Mengingat dia yang berada di dalam kamar tadi malam.
Mark jadi teringat juga ama kertas yang dia temuin. "Gue juga nemu, di kamar mandi lantai dua"
Dua kertas berada di atas meja.
Jaemin mengambil salah satunya. "Pemarah?"
Karena penasaran, Renjun pun mengambil kertas lainnya. "Pendendam"
"Itu clue nya?"
Jaemin dan Renjun mengangguk sebagai jawaban.
Haechan tergeletak. "Ck, minimal kalo ngasi clue sebut nama dong" sindirnya entah pada siapa. Soalnya dia tuh udah kelewat marah pada si pelaku.
Jisung memperhatikan dua kertas itu. "P?"
Otak nya pun menyimpulkan. "Di sana, ada huruf P di awal kata. Mungkin ini jawaban dari clue kedua"
"Berarti tinggal satu dong" kata Renjun. "Ni clue kayak ngarah ke seseorang ga sih?"
"Ya emang" balas Jeno.
"Pemarah" Mark bergumam. "Disini siapa yang pemarah?"
"Renjun" kata Haechan cepat.
"Pendendam?"
"Jaemin" kata Haechan lagi.
"Coba kita gabungin" usul Jeno. "Clue pertama nunjuk, Jaemin, Haechan sama Renjun. Clue kedua, anggap lah ini clue kedua nya, clue nya nunjuk Jaemin sama Renjun"
"Nama Jaemin sama Renjun udah kesebut di dua clue"
Jaemin jelas ga terima dong. Disini dia yang jadi korban. Kok malah dia yang dituduh jadi pelaku?
"Anak teater. Gue bukan anak teater. Gue jadi korban, dan anak teater di sini kan cuman Renjun sama Haechan"
"Tapi Haechan nya jadi korban. Mungkin juga Renjun pelakunya, nama dia juga kesebut di dua clue"
"Tapi gue tadi malem ada di kamar lo, lupa?" Renjun mengangkat sebelah alisnya.
Mark mendesah frustasi. Begitupun dengan Jeno. Disusul oleh Jisung.
Siapa lah pelakunya...
Clue kedua; 3P
Clue susulan; Pemarah
PendendamJangan salah nebak yaaa ><
Oh ya, di clue kedua bisa aja ngarah
Ke seseorangXixi
Maaf yaaa upp jam 13.47 :(
Soalnya di tempat outhor lagi hujan ngess :(
![](https://img.wattpad.com/cover/373972371-288-k587697.jpg)