9. haru+hoon -part.5 🔞

687 22 26
                                    

haruto × jihoon
🔞

tw//blood

Jihoon sudah siap untuk melayangkan pukulan namun kalah cepat dengan Jeongwoo, tangannya di tarik oleh Jeongwoo, badannya di benturkan ke dinding. "Berhenti bermain-main, kau seharusnya paham akan posisimu" Jihoon mencoba melepaskan tubuhnya dari tahanan Jeongwoo "Persetan dengan kalian semua! lepaskan aku bajingan. Ingin ku tendang lagi wajahmu hah?!" Jeongwoo mengangkat salah satu bibir sudutnya "Tentu tidak akan aku biarkan" Dengan cepat Jeongwoo memukul tengkuk Jihoon menyebabkannya kehilangan kesadaran.

xxx

"Kau menemukannya dimana?" Tanya Yoshi yang berjalan dari arah berlawanan dengan Jeongwoo, melihatnya membopong tubuh Jihoon di pundak kanannya. "Di lantai bawah dekat dapur" Yoshi membulatkan mulutnya, baru ingin bersuara kembali Jeongwoo menyelanya "Akan ku antarkan dia ke ruang 00" Yoshi memejamkan matanya dan menarik napas panjang, "Ya, sudah ku tebak akan seperti ini nantinya". Jeongwoo melewati Yoshi dan kembali berjalan menuju tujuannya. Setelah sampai, Ia mengetuk dan dibukakan oleh seorang maid. Jeongwoo menurunkan Jihoon di atas tempat tidur, "Kau tahu apa yang harus dilakukan kan?" sang maid menunduk dan menjawab "Tentu, saya mengerti" Jeongwoo mengangguk dan berjalan keluar.

xxx

Jihoon mengerjapkan matanya dan meringis pelan, merasakan nyeri di area tengkuk serta kepalanya. Sialan, akan ku habisi si Jeongwoo itu. Ingin memegang kepalanya namun pergerakannya tertahan. Dengan cepat Ia menengok kearah kanan, dan terlihat pergelangan tangannya diikat menggunakan sebuah sabuk hitam yang di sambungkan dengan rantai. Tidak tidak tidak, Ia segera melihat ke arah tangan kirinya dan melihat kebawah, matanya kian membulat saat melihat kedua kakinya mendapat perlakuan serupa ditambah Ia hanya memakai kemeja satin putih tanpa dalaman dan bawahan tentunya. Tangannya mencoba menarik rantai itu namun yang terjadi, kakinya tertarik keatas membuatnya menekuk dan memperlihatkan kemaluannya.

"Wah kau mencoba memancingku ya?" Sekujur tubuh Jihoon membeku, Ia tidak menyadari sama sekali bila di ruangan ini ada orang lain selain dirinya. "Ku akui kemaluanmu itu cukup membuatku terangsang, bagaimana kalau ku cicipi? Boleh?" Jihoon segera mengembalikan tangannya ke posisi semula, dan meluruskan kedua kakinya. Kepalanya mengangkak sedikit melihat kearah depan. Haruto yang sedang duduk di sofa dengan keadaan yang bisa dibilang cukup berantakan memperhatikannya dengan senyuman menyeramkan. "Aku bertanya Park Jihoon" Sambungnya, namun dengan ekspresi berubah menjadi dingin dan pandangan tak lepas darinya. "Bajingan! lebih baik aku mati dari pada harus di setubuhi oleh mu" Haruto membuang napas kasar. Ia berdiri membuka dua kancing teratas kemejanya dan menggulungnya sampai siku. "Bukan jawaban itu yang ku mau sayang~ tapi tetap saja, aku akan bermain denganmu malam ini"

Setelah berkata seperti itu, Haruto berjalan kearah samping kanan Jihoon "Mau apa kau?! Jangan berani-beraninya- akh!" Kedua tangannya di tarik keatas dan di kunci agar tidak dapat bergerak. Kedua kakinya menekuk terbuka lebih lebar dari sebelumnya. Sakit sekali pahanya. Haruto kemudian naik keatas kasur duduk di hadapan vaginanya. Matanya kian menggelap, dan senyum tersungging di bibirnya. "Ja-jangan... Haruto, jangan lakukan ini" Haruto mengalihkan pandangannya ke Jihoon yang menatapnya dengan raut memohon "Hm? Apa katamu?" Jihoon membuka mulutnya perlahan "Jangan lakukan ini... Ku mohon" Haruto menaikan satu alisnya "Tidak kusangka kau akan memohon. Tapi tidak, cukup desahkan namaku dan simpan kalimat memohonmu itu nanti" Haruto merendahkan tubuhnya dengan kedua tangan berada disisi paha Jihoon, memajukan wajahnya dan mulai menciumi serta sesekali menjilati kemaluannya.

Ini yang pertama untuk Jihoon, sensasi baru yang asing Ia rasakan. Jihoon mencoba menutup pahanya namun tertahan dengan sabuk yang menahan kedua pergelangan kakinya. Haruto mulai menghisap labia minoranya dan sesekali mengigit klitoris pink itu yang menyebabkan Jihoon menekan kepalanya kebelakang diikuti jari kaki yang tertekuk. Haruto menjauhkan wajahnya menegakkan sedikit badannya. "Ku bilang desahkan namaku. Apa kau tidak dengar?" Ucapnya sambil menarik labianya dan mencubitnya kencang, membuat Jihoon spontan berteriak. Haruto menampar kemaluan beberapa kali sampai meninggalkan bekas kemerahan. Jihoon meneteskan air matanya sakit dan panas yang Ia rasakan. "Kau menyukainya?" Jihoon menggeleng ribut "Ti-tidak, s-sakit..." Haruto tersenyum lebar, sesuatu terlintas di benaknya "Kau akan menyukainya"

narrative of ours -Treasure.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang