13. jeong+bby 🔞

199 23 17
                                    

jeongwoo × doyoung
🔞

"Jeongwoo simpan dulu ponsel mu. Sebentar lagi mereka sampai" Lelaki yang di sebut namanya seakan acuh dengan teguran dari wanita paruh baya di sampingnya. "Jeongwoo, kau dengar kata Ibu mu?" Jeongwoo meletakan ponselnya kasar diatas meja kemudian bersedekap menatap jengah kearah kanannya "Ck berisik. Sudah ku katakan beberapa kali aku tidak menginginkan omong kosong ini. Kenapa kalian sangat keras kepala?" "Jeongwoo! begitu cara bicaramu dengan orangtua?! Benar-benar anak tidak-" "Sudah sudah, jangan seperti itu. Kendalikan emosimu" Ucap wanita yang duduk diantara mereka sambil bergerak mengelus punggung belakang suaminya berusaha menenangkan.

Kemudian Ia menoleh menatap sang putra, mengambil satu tangannya mengusapnya hati-hati. "Jeongwoo, Ibu minta maaf. Tapi ini merupakan yang terbaik untukmu. Ibu tau mungkin ini terlalu tiba-tiba dan-" Jeongwoo menepis tangan itu kasar "Yang terbaik? Untukku? Jangan mengada-ada" Sang Ibu terkejut dengan perlakuan anaknya. Jeongwoo tersenyum miring sebelum berkata "Aku tahu ini semua karena bisnis kalian yang sudah diambang kehancuran bukan? Dan untuk menutupi kerugian serta hutang-hutang itu, kalian menjualku ke keluarga kaya itu dengan dalih perjodohan sialan ini" Tatapannya beralih kearah sang Ayah, seakan menantang "Benar begitu... Ayah?"

Sang Ayah yang sudah naik pitam tak mampu menahan emosi. Ia berdiri dan bersiap untuk menghajar Jeongwoo, namun gerakannya Ia urungkan saat pintu ruangan tersebut bergeser menampilkan seorang pelayan restoran yang menunduk sopan  "Mohon maaf mengganggu waktunya Tuan dan Nyonya. Tuan dan Nyonya Kim sudah hadir" Ayahnya berdehem dan mengangguk kecil "Ya, persilahkan masuk" pelayan tadi menunduk kembali, dan berjalan keluar. Ibunya mengusap pundaknya pelan dan sebelum berdiri Ia mengatakan suatu hal pada Jeongwoo "Tolong. Tolong sekali ini saja bantu Ayah dan Ibu. Ibu mohon ya Jeongwoo?" Jeongwoo tak membalas hanya mendesah panjang. Kenapa hidupnya harus seperti ini? batinnya.

xxx

Jeongwoo telah menghabiskan separuh gelas kopi americanonya. Pertemuannya baru dimulai tigapuluh menit yang lalu namun baginya sudah seperti dua jam lamanya. Ia hanya menjawab seadanya saat diberi pertanyaan tanpa berinisiatif untuk memulai percakapan terlebih dahulu. Dan yang membuatnya bertanya-tanya adalah, dimana dia? Apakah kabur? Tidak menyetujuinya juga? Bagus kalau begitu, Ia tak perlu bersusah payah memikirkan rencana agar perjodohan ini dibatalkan. Sibuk dengan pikirannya yang melayang, suara pintu yang bergeser mengalihkan atensi semua orang di dalam sana, termasuk Jeongwoo.

Pelayan tadi membukakan pintu mempersilahkan sosok itu untuk masuk. Tak lama, nampak sosok lelaki berbadan mungil dengan setelan jas yang bisa dikatakan pakaian untuk bekerja. Lelaki tersebut tersenyum, dan menunduk sopan. "Oh! Anakku sudah sampai rupanya. Mari sini duduk" Ucap wanita di sebrang Jeongwoo sambil menepuk bangku di sebelahnya. Ia berjalan meghampiri, membuka jasnya terlebih dahulu dan duduk. "Maaf aku terlambat, pekerjaan di kantor sedikit banyak akhir-akhir ini" Jeongwoo memperhatikan gerak-geriknya sedari awal masuk. Merasa di perhatikan, lelaki tersebut mengalihkan pandangan ke arah Jeongwoo.

"Oh kau pasti Jeongwoo ya? Aku Kim Doyoung. Salam kenal ya" di akhiri dengan senyum manisnya. Jeongwoo diam sejenak dan mendecak cukup keras membuat Ibunya refleks menengok "Je-jeong-" "Aku ingin ke toilet" potongnya sambil berdiri dan bergegas keluar dari sana. Doyoung yang mendapat perlakuaan seperti itu hanya tersenyum tipis. Ibu Jeongwoo yang merasa tak enak mencoba menjelaskan "Doyoung, maafkan Jeongwoo ya. I-ia masih belajar menerima ini semua. Na-namun tak perlu khawatir, segera Ia akan menerimanya... Pasti" Doyoung mengangguk pelan "Iya, tidak apa-apa Bibi, aku paham. Boleh aku izin sebentar keluar? Aku akan segera kembali" Tanyanya dan mendapat anggukan dari Ibunya.

xxx

"Brengsek bisa pecah lama-lama kepalaku. Si Haru sialan itu kemana dia?" Asap tipis itu berbaur dengan udara sore yang sejuk, menguap perlahan keatas. Jeongwoo menghisap batang nikotin tersebut dalam-dalam, meresapi sensasi menenangkan di setiap hisapannya. Ya, saat ini Ia sedang berada di taman restoran tepatnya di tengah jembatan dengan danau buatan dibawahnya. Terdapat berbagai macam ikan serta air mancur kecil dilengkapi suara gemercik air yang mengisi keheningan.

Kedua lengannya bersender di pegangan jembatan, sambil fokus dengan ponsel di tangan sebelahnya, Ia tak menyadari suara langkah kaki yang mendekat. "Kau merokok?" Jeongwoo otomatis menolehkan kepalanya ke sisi kanan. Mendapati Doyoung yang tiba-tiba saja sudah berada di sampingnya, menyenderkan pinggulnya sambil bersedekap menatap kearah depan.

Jeongwoo merotasikan matanya malas dan membuang pandangannya "Kau bisa lihat sendiri kan?" Doyoung terkekeh pelan mendengar jawaban ketus itu "Aku hanya mencoba untuk basa-basi saja" Jeongwoo tak menggubrisnya. "Masih ada? Aku ingin satu jika boleh" Jeongwoo menaikan satu alisnya, mengambil kotak rokok dan pematik api di sakunya, menyodorkannya. Doyoung yang melihat Jeongwoo melihatnya dengan tatapan bertanya, memberikan penjelasan "Aku bukan pecandu, hanya sesekali saja" Jeongwoo hanya menggedikan bahu.

Doyoung mengambil satu batang dan menyalakannya. Kemudian mengembalikan pematik tersebut ke pemiliknya. "Terimakasih" Jeongwoo mengangguk simpul sebagai balasan. Hening cukup lama sampai Doyoung kembali membuka suara "Jeongwoo, bagaimana kuliah mu?" Jeongwoo menghirup rokok ditangannya dalam-dalam dan membuangnya kebawah kemudian menginjaknya "Baik" Jawabnya singkat, Doyoung mengangguk. "Apa kesibukanmu di luar perkuliahan?" "Dirumah saja" Jawabnya cepat sambil tetap memainkan ponselnya.

Doyoung menengok kearahnya dan memiringkan kepala "Bukan pergi ke club? Bercinta dengan sembarang orang? Balap liar? And how about those illegal drugs?" Jeongwoo membuang napas kasar menyimpan ponselnya di saku jaket hitamnya, dan berbalik menghadap Doyoung "Dengar, jangan berlagak seolah-olah kau tahu tentangku. Perjodohan sialan ini akan ku batalkan bagaimanapun caranya. Jadi jangan-" "Aku juga tidak setuju omong-omong" Jeongwoo menatapnya bingung, sedikit terkejut dengan perkataan lelaki didepannya "Apa katamu? Tunggu. Didalam sana kau bersikap seolah menerimanya"

Doyoung menggeleng pelan, menghisap nikotin yang terselip dijarinya, menghembuskan asapnya keatas. "Hanya didepan mereka. Orangtuaku cukup menyebalkan, jadi ya begitu. Aku tidak suka keributan" Doyoung menghisapnya sekali lagi dan membuang puntung itu kebawah. Badannya di hadapkan ke arah Jeongwoo "Lagi pula... Aku tidak akan pernah menyerahkan diriku pada orang urakan sepertimu Park. Tidak akan..."

Ntah mengapa mendengar perkataan itu keluar dari bibir kecil Doyoung membangkitkan sesuatu dalam dirinya. Jeongwoo berjalan mendekat. Mencondongkan tubuhnya perlahan dan tersenyum miring. Doyoung mendongakkan kepalanya sedikit menatap Jeongwoo tenang. "Kau yakin dengan kata-katamu barusan Kim?" Doyoung mengangguk pasti "Ya, aku tahu sebrengsek apa dirimu" balasnya dengan diakhiri senyuman. Jeongwoo diam sejenak dan melanjutkan kalimatnya "Kau... Ingin bermain sesuatu?" "Apa itu?" Jeongwoo mengangkat satu tangannya menuju pipi Doyoung dan mengelusnya.

"Permainannya mudah namun ini menyangkut ego juga harga diri" Doyoung masih mengunci tatapan lawan biacaranya dan membiarkan kegiatan Jeongwoo dipipinya. "Permainan seperti apa?" Jeongwoo tersenyum "Siapa yang nantinya akan jatuh cinta lebih dulu, maka Ia yang kalah" Doyoung menaikan alisnya tertawa mengejek "Apa? Jatuh cinta? Kau pikir kau remaja SMA yang-"

"Kau takut? Takut termakan dengan ucapannmu sendiri Kim?" Jeongwoo memotong cepat, bermaksud sengaja untuk memancing lelaki dihadapannya. Doyoung menyunggingkan senyumnya, tangannya bergerak menuju telapak tangan Jeongwoo di pipinya dan menggenggamnya dari luar "Tidak. Mari kita lihat siapa yang akan jatuh pertama" Jeongwoo tersenyum puas mendengarnya.

tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

narrative of ours -Treasure.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang