2

667 175 4
                                    

Suasana kelas mirip drama sinetron luar negeri. Dinding yang catnya saja kujamin harganya lebih mahal daripada pendapatanku di masa lalu yang dihitung per hari. Meja dan kursi ditujukan untuk perorangan, bukan jenis satu meja dibagi dua orang. Lantai mengilap yang dibersihkan menggunakan produk pilihan. Jendela tanpa debu. Papan tulis putih. AC. Oh pelantang suara terpasang di beberapa sudut. Pelantang suara berukuran mungil, tapi suaranya menggelegar.

Seragam yang dikenakan oleh siswa dibedakan berdasarkan gender. Merah muda untuk cewek. Biru muda untuk cowok. Desain seragam mirip seragam murid sdalam drama Korea. Aku suka jenis seragam ini karena perutku tidak akan terlihat membuncit.

Kuabaikan lirikan ingin tahu yang dilempar oleh teman sekelas. Mungkin mereka penasaran dengan kedua mataku yang sembap. Walaupun di luar aku mirip cewek menyedihkan karena dicampakkan pacar, tapi di dalam hati aku sedang merancang agenda balas dendam kecil-kecilan.

Aku menuju mejaku, menarik kursi, dan duduk. Di kepala berdentum segala ide mengenai memanfaatkan Randu. Sadar tidak sadar, tatapanku pun terarah kepada oknum yang ada di depanku ... koreksi, Randu sedang duduk di kursinya. Meja kami terpisah tiga baris. Aku di belakang, dia di depan.

Benar juga. Aku baru sadar bahwa tubuh anak-anak yang ada di sini pertumbuhannya tidak mirip dengan diriku di kehidupan pertama. Mereka tinggi, jenjang, bertubuh indah, dan ... bagaimana bisa anak SMA punya tubuh mirip aktor dan idol begini?! Sungguh luar biasa dampak gizi dan nutrisi.

Lekas aku mengecek diri sendiri.  Hmm tidak terlalu buruk. Aku tumbuh sempurna. Tentu saja aku tumbuh sempurna. Aku bukanlah anak SMA, di kehidupan pertamaku, yang jarang makan. Lekas kualihkan pandang kepada Randu.

Randu Kertapati.

Aku bisa sedikit memahami alasan Sofia termehek-mehek mengejar Randu. Dia memiliki rambut hitam tebal, mata tajam, bibir yang membuat siapa pun tergoda, tubuh....

Seleraku dulu pasti busuk sekali. Tirta tidak ada apa-apanya dibanding Randu.

Syukur mataku sekarang bening. Akhirnya aku bisa melihat kebenaran hakiki. Namun, hei. Bagaimana bisa Randu yang sekarang ternyata memiliki tubuh sehat? Berbeda sekali dengan diriku di masa lalu. Diriku yang miskin. Bibirku kering, mengelupas. Kulitku burik dan kusam. Berbeda sekali dengan Randu. Apa ini karena dia putra yang dicintai semesta?

Haha memang tetap ada yang namanya kesenjangan keberuntungan.

Sial.

***

Kehidupan Randu mirip drama Cina atau Korea. Dia merupakan putra orang penting, seperti yang kusebutkan tadi. Masuk SMA swasta harga elite lewat jalur prestasi dan rekomendasi salah satu anggota yayasan. Orang yang ternyata teman dekat orangtua Randu.

Alasan Randu, yang kala itu berasal dari keluarga miskin, bisa masuk ke SMA pun masih menjadi misteri besar bagi sebagain murid. Bertahun setelahnya, begitu lulus dan menjadi dewasa, kudengar beberapa selentingan bahwa Randu bisa berada di lingkungan semacam itu dikarenakan masalah serius antara keluarga besar.

Meski memiliki latar belakang rumit, Randu tumbuh sebagai orang luar biasa. Dia mewarisi perusahaan orangtua yang bergerak di bidang dunia hiburan. Tidak mengejutkan bila Sofia memutuskan terjun ke gemerlapnya bintang. Dia ingin mendekati Randu.

Aku tahu Sofia ada rasa dengan Randu pun berdasar pengamatan. Dia rajin mampir, walau tidak sering, ke kelas. Padahal ada banyak cowok yang rela meluangkan waktu demi Sofia, tapi hanya satu saja yang ia incar: Randu.

Andai Sofia tidak mengusik diriku dengan cara menggunakan Tirta sebagai alat, yang ujung-ujungnya membuatku rugi, pasti aku tidak sekesal ini. Bila ingin membuat Sofia sengsara, caranya hanya satu saja. Lewat Randu.

I Want U!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang