Tidak berjalan sesuai rencana! Jangankan bermimpi Randu menjadi anak buahku, mengucap terima kasih pun ogah. Dia berlalu begitu saja, mengabaikanku yang melongo zonk! Uangku melayang. Selamat tinggal, Sayang.
Dih sekadar ingat pun mampu membuat darahku mendidih!
Bisa-bisa sebelum berhasil melaksanakan balas dendam, diriku kena tekanan darah tinggi. Ingin kujambak rambut Randu dan menjadikan dirinya sebagai samsak tinju. Argh mengapa dia harus punya sentuhan kepribadian menyebalkan, sih?! Apa semua putra langit, orang sukses melintir, punya kekurangan pada kepribadian? Sumpah aku tidak tahan!
“Non, langsung pulang?”
“Iya, Pak,” balasku dengan bersungut-sungut.
Aku duduk sembari bersedekap mirip bocah tantrum. Ibarat gunung berapi, diriku mulai meletupkan lahar dan batu panas. Bagus andai bisa mengenai Randu, sih. Sayang dia tokoh penting di masa depan. Kalau tidak, sudah kusikat wajahnya yang mirip model dengan sikat paku!
Sesampainya di rumah, aku langsung melesat keluar dari mobil. Tidak kupedulikan segala keindahan tata kebun, tata bangunan, tata apa pun! Hatiku telanjur pedih.
Sambil mengentakkan kaki, kulampiaskan kekesalan yang mirip kuda liar. Kuda liar, bukan kuda lumping soalnya aku tidak mau debus makan beling!
Kamarku ada di lantai atas. Kegiatan meniti tanda pun terasa seperti hadiah menenteramkan gejolak emosi dalam jiwa. Iya, aku sibuk menginjak ini dan itu seolah cara tersebut ampuh memadamkan bara kemarahan dalam dada.
Kubuka pintu kamar secara kasar, menutupnya, kemudian melempar ransel ke ranjang.
“Kampret!” jeritku, frustasi! “Gimana caranya menaklukkan keangkuhanmu?”
Kuacak rambut yang makin mirip dandanan istri sinting dalam novel Jane Eyre. Andai balas dendam ke Sofia itu ada bermacam pilihan, tidak perlu kuseret Randu dalam rencana. Parah, nih! Apalagi Randu hanya akan bertahan di sekolah selama setahunan, makin tipis kesempatanku!
Kuputar otak, berusaha menemukan metode lain.
Kali ini aku berjalan mondar-mandir mirip setrika. Susah payah kuperas memori. Kupilah satu per satu informasi dan TADAAAAA!
“Kafe!” seruku sembari meninju udara.
Aku ingat Randu ikut membantu usaha pria yang ditugasi merawat dirinya. Bila ingatanku tidak salah, pria itu memiliki kafe di sekitar daerah kampus elite! Hahaha ke mana pun Randu berada akan kuteror! Enak saja dia berani men-cuih-cuih diriku.
Kucari nama kafe yang ada di sekitar kampus. Dengan gigih kupilah satu demi satu ulasan kafe. Lantas mataku membelalak saat kulihat ada foto Randu, dalam seragam pelayan kafe, terpampang. Pucuk dicinta ulam tiba. Anggap saja pertanda dari semesta bahwa diriku memang akan mendapat petunjuk.
“Hehe tidak semudah itu menyingkirkanku, Ciripa.”
Sembari senyam-senyum tidak jelas, kubaca komentar yang ditinggalkan pengunjung di laman internet. Perlahan-lahan senyum milikku makin menipis persis tisu hingga lenyap sempurna.
Aku tahu Randu ganteng. Gantengnya pakai banget. B besar. Namun, aku tidak menyangkan bahwa di luar sana ada banyak cewek yang terpikat pesona Randu. Keningku makin mengerut, lama-lama aku punya keriput di usia dini!
[Makanan enak, musik enak, harga enak. Paling enak, sih, mengagumi mas-mas yang kerja di sana.]
[Model, ya? Model!]
[Tolong beri tahu akun media sosial mas yang paling ganteng. Terima kasih.]
Aku pun bersiul. Hm hm hm Sofia punya banyak saingan. Kudoakan dia gagal! Ahahahaha! Semoga Randu memilih cewek yang nilainya di atas Sofia. Siapa pun akan kudukung sepenuh hati karena telah membalaskan satu persen dendamku kepada Sofia.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want U!
FantasyHidup milikku yang seharusnya sempurna pun berubah berantakan. Tunanganku memilih membela cewek lain, membuatku patah hati, dan aku pun memilih mengincar si pelakor. Cinta membutakan diriku hingga tidak melihat betapa buruk tunanganku sesungguhnya...