Pernahkah kau berada di tempat di mana kehangatan adalah mata air yang tak putus memberi? Tempat di mana seolah semua luka yang tertoreh di sepanjang perjalanan hidup terserap dalam keheningan, seolah dunia mengajarkan bahwa rasa sakit tak lebih dari kenangan yang tertinggal di bayang-bayang?Bima mengenal tempat itu, bukan dalam bentuk ruang atau waktu, tapi pada sosok yang pernah menjadi pusat semestanya. Dalam dua belas bulan dan dua bulan lebih, perempuan itu mengajarinya bahwa dunia bukan lagi lautan tak bertepi yang menyeretnya dalam badai kesendirian. Dalam setiap tawa, dalam setiap kecupan, dalam setiap pelukan, Bima menemukan rumah.
Dan saat itulah Bima merasa hidup bukan sekadar pertukaran detik dalam ketidaktahuan. Hidup terasa mengalir dalam malam panjang yang diterangi cahaya hangat, yang bertabur percakapan sepele namun penuh arti. Dalam sunyi, ada sentuhan. Dalam sentuhan, ada kenyamanan.
Senyum perempuan itu, caranya menatap Bima, seolah mengungkapkan segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati terdalam. Mereka sering bertemu di bawah rembulan, merajut impian di antara sela-sela angin malam. Tanpa sepatah kata pun, Bima tahu, hidupnya kini memiliki arah.
Namun, bagaimana jika semua itu adalah api yang berkobar terlalu terang? Bagaimana jika hangat itu hanya sebuah fatamorgana yang lenyap begitu saja di tengah padang gersang? Pertanyaan itu tak pernah terlintas, tak pernah sekalipun ia terpikirkan bahwa kehangatan itu bisa sirna, hancur, tanpa sisa.
Kenyataan selalu datang tanpa permisi, tanpa ada aba-aba, tanpa ada persiapan. Hingga pada akhirnya, Bima mulai menyadari, kehangatan itu tak lebih dari ilusi.
Maka, ketika ia menatap sisa-sisa kenangan yang tergeletak tak bernyawa di dalam ingatan, ia mulai bertanya dalam hati, “Apakah ada kehidupan setelah semuanya runtuh?”

KAMU SEDANG MEMBACA
Abandon.
RomanceAbandon adalah kisah tentang kehilangan, pengkhianatan terhadap diri sendiri, dan pencarian akan cahaya di tengah kegelapan yang tak terlihat ujungnya.