"Ketika semua orang melukai ku. Tapi ada hanya satu orang yang menyembuhkan luka ku. Orang itu adalah kamu."
-Zein Bumantara
Malam berganti pagi, rembulan berganti dengan sang surya. Aku sudah rapi menggunakan seragam sma ku. Seragam itu sudah terpasang apik dibadan ku. Aku sudah siap untuk berangkat kesekolah. Sekarang aku berada dilantai bawah menunggu mas bentala untuk bersiap.
"Ayo mas. Nanti aku telat lho" teriakan ku nyaring dari lantai bawah. Aku sudah merasa mulai kesal. Karena jam sudah menunjukan waktu 06.30.
Entah apa yang dilakukan mas Bentala sudah hampir 10 menit aku menunggu tapi tak kunjung turun kelantai bawah.
"Maaf dek tadi mas ketoilet dulu" akhirnya ditunggu tunggu dateng juga. Kami pun bergegas menuju garasi dimana motor mas bentala berada. Aku pun mengikuti dari belakang. Tak lama Mas bentala mengeluarkan motornya. Dan kita akhirnya berangkat Meninggalkan perkarangan rumah.
Kita menyusuri setiap jengkal jalanan kota solo. Jalan jalan dikota Solo sudah lumayan ramai akan pengendara. Riuh akan klakson kendaraan memenuhi gendang telinga ku.
Tepat pukul 06.50 aku sudah sampai disma ku.
"Makasih mas udah nganterin ren"
"Iya sama sama, jangan lupa belajar yang pinter"
Sepeniggalan mas Bentala aku langsung menuju kekelasku dilantai tiga. Saat menaiki tangga aku dikejutkan dengan teriakan seseorang. Yang membuat gendang telinga ku pecah.
"PAGII RENN." Dan yaa orang itu adalah mentari.
"Sutttt. Berisik tuh semua pada liatin kita" jari telunjuk ku menempel ke mulut mentari.
"Ga apa apa kali Ren. Tadi dianterin kak bentala ya."
"Iya kenapa kamu naksir"
"Mwhehehe. Kakak mu ganteng juga ya. udah punya pacar belum?"
"Belum." Mentari senyum senyum tak jelas. sudah tak waras orang ini.
"Yes."Ucap Mentari pelan tapi masih bisa aku dengar.
"Men-" Ucapan ku terpotong karena bunyi bel.
"Udah ya Ren aku mau belajar biar pinter"
"Tumben belajar biasanya aja ngeluh"
"Suttt. Jangan patahkan semangatku untuk belajar"
"Ya ya ya." Aku ingin ketawa rasanya ketika mentari bersemangat untuk belajar. Padahal biasanya dia paling tidak suka namanya belajar.
Aku sudah memasuki ruang kelas ku. kelasku berada dipojok. Dan ruang kelasku berada dilantai paling atas. Tepat aku duduk guru pelajaran jam pertama datang. Dan aku mulai menata buku yang akan digunakan.
"Selamat pagi anak anak" Ucap guru kimia
"Pagi bu." Ucap satu kelas serempak.
"Baik. Hari ini kita belajar mengenai tabel periodik Buka buku kalian kita akan belajar halaman 34 ......."
Jam pertama pun dimulai. aku lumayan suka pelajaran kimia. Karena cita cita ku ingin menjadi ahli kimia. Aku suka pelajaran kimia karena itu menyenangkan.
Tak terasa bel istirahat berkumandang diseluruh sekolah ini. Semua murid berhamburan keluar kelas untuk menuju kekantin. Sebenarnya mentari mengajak aku untuk kekantin tapi aku menolaknya karena aku masih mengerjakan tugas.
Saat sedang asik asiknya mengerjakan tugas aku merasa ingin buang air kecil. Saat sedang menuju ketoilet bawah karena toilet atas penuh dengan siswi yang berganti baju aku dikejutkan dengan suara gaduh diruang kosong dilantai 2. Dan saat itu lorong lantai 2 sepi tak banyak orang. Karena penasaran aku melihat lewat celah pintu yang terbuka sedikit.
Aku terkejut karena aku melihat Zein yang sedang dibuly dengan anak kelas 12. Ada sekitar 5 orang anak yang membuly zein.
"Cih koe iki ra pantes sekolah ning kene" Ucap kakak kelas pertama
(Kamu itu ga pantes sekolah disini)"Beban sekolah" Maki kakak kelas kedua
"Koe pantes mati" Ujar kakak kelas ketiga.
Setelah mengatai mereka langsung membogeman zein tanpa ampun. Setelah puas mereka hendak pergi dari ruangan itu meninggalkan zein sendiri. Sekira nya mereka mulai mendekat kearah aku bersembunyi dibelakang tong sampah yang cukup besar.
Aku melihat mereka sudah lumayan jauh pergi aku langsung menuju keruang kosong itu untuk menemui Zein. Nampak dia sedang tergeletak kesakitan disana. Aku pun mendekat kearah nya untuk menolongnya.
"Astaga Zein. Kamu ga papa kan" Aku panik karena banyak darah bercucuran ditangan zein. Tak hanya tangan nya nampak lebam di ujung mata dan bibirnya
Aku membopong Zein keluar ruangan itu langsung menuju uks. Lorong lantai 2 nampak sepi karena sudah bel pelajaran ke empat. Aku berjalan pelan supaya dia tidak kesakitan.
Sesampainya di uks aku mengambil p3k untuk mengobati Zein. Banyak luka memar dipunggung nya. Kaki nya juga terdapat banyak lebam bahkan ada yang berdarah.
Sebelum itu aku sudah memberi tahu izin keketua kelas untuk tidak mengikuti pelajaran keempat. Setelah selesai mengobati zein aku hendak beranjak pergi namun zein menghentikan langkah ku.
"J-jangan pergi" Ucap nya dengan terbata bata.
"Iya." Ucapku lumayan gugup
"A-Ana namamu Ana kan"
"Iya"
"Aku punya hadiah buat kamu."Ucap nya dengan merogoh celana nya
Dia mengeluarkan gelang warna hitam dengan manik manik warna biru persis warna yang aku suka. Tak lupa ada inisial A dan Z.
"A dan Z.?"
"Iya. Ana dan Zein"
Dia pun memasangkan gelang itu dipergelangan tangan ku. Aku melihat gelang yang serupa dengan ku di pergelangan tangan nya.
"Jangan dilepas ya."
"Kenapa engga boleh dilepas." Dia tidak menjawab pertanyaan ku.
Kita pun hanya diam tanpa ada suara dianatara kita. Suasana mulai canggung hingga tak lama dia bertanya kepada ku.
"Nanti mau pulang bareng." Ucap dia sembari melihat kearah ku.
"Emm. Maaf aku udah dijemput sama mas ku." Ucapku ragu karena takut dia akan marah.
"Yaudah engga apa apa."
makasih dah baca
jangan lupa vote dan komen
makasih.
Jijik aku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Belenggu Kasih Dikota Bengawan (Proses Revisi)
Acak"sebenarnya kamu siapa zein" renjana yang penasaran dengan kehidupan kakak kelasnya yang diasingkan semua murid disekolah. bagaimana kelanjutannya.... langsung aja membaca Terispirasi dari kisah nyata. Tapi ada yang ku buat non fiktif. Asli dari ot...