Saat jubah itu terlepas, Luna terkejut. Wajah pria itu bukan wajah yang penuh kegelapan, melainkan wajah yang sangat tampan dan mempesona.
Rambutnya hitam pekat, terurai indah di bawah angin yang berputar. Namun, ada sesuatu yang unik tentang matanya. Dua bola mata yang berbeda, satu hitam pekat dan satu lagi berwarna merah darah yang berkilat tajam.
Luna terbelalak, tak bisa mengalihkan pandangannya dari mata pria itu.
Pria itu, yang kini terlihat lebih manusiawi dan penuh daya tarik, tampaknya merasa terganggu dengan perhatian Luna terhadap wajahnya.
Pria itu terkejut, dan matanya yang berbeda warna itu menyipit tajam. “Kamu tidak seharusnya melihat wajahku, Luna.”
Luna, yang masih terkejut dengan penampilan pria itu bertanya kebingungan “Apa maksudmu? Memangnya kenapa jika aku melihat wajahmu?”
Pria itu tampaknya marah, dan dalam sekejap, wajahnya berubah menjadi sangat gelap, penuh amarah. "Karena itu berarti aku tidak akan bisa mengendalikan mimpi ini lagi!" Ucapnya keceplosan karena marah.
Luna terkejut. "Kamu tak bisa mengendalikan dunia ini lagi? Karena aku melihat wajahmu?"
Pria itu mengerutkan kening, menatap Luna dengan tatapan yang penuh kekuatan. "Kamu merusak segalanya, Luna. Tidak ada yang pernah melakukan hal sejauh ini. Aku salah menjadikanmu salah satu korbanku."
Jika pria itu tidak bisa mengendalikan dunia ini lagi, maka itu artinya ia bisa mengubah segalanya. Dunia ini adalah miliknya, dan dia bisa mengambil alih sepenuhnya.
Dia menatap pria itu dengan penuh tekad, “kalau begitu Aku akan membuat dunia ini menjadi milikku!” Suaranya penuh kemarahan dan keberanian.
Dengan satu gerakan tangan, pria itu mencoba mengambil kembali kendali atas dunia mimpi ini, namun semakin dia berusaha, semakin jelas bahwa kekuatannya telah berkurang. Dunia ini perlahan-lahan mulai bergeser, mengikuti kehendak Luna.
Luna tahu bahwa inilah saatnya. Jika dia bisa menguasai mimpi ini, maka dia bisa bebas. “Ini mimpiku, dan aku yang akan mengakhiri semua ini,” tegasnya.
Angin topan yang dia kendalikan perlahan menghilang.
Pria berjubah hitam itu terdiam, tampak bingung dan marah. "Kau mungkin bisa mengendalikan dunia ini, Luna," katanya.
Pria itu menatapnya angkuh dan suaranya semakin serak, "tapi kamu tidak bisa kembali, bagaimana pun juga hanya aku yang mengetahui caranya dan aku takkan memberi tahumu soal itu."
"Kenapa?" Luna merasa hilang harapan sesaat, benar kata pria itu jika dia tidak tau cara untuk kembali.
"Apa untungnya bagiku jika memberi tahumu cara kembali, hm?" pria itu menaikkan sebelah alisnya.
Luna tau jika sekarang pria yang ada dihadapannya ini bukan apa-apa. Dia tidak akan bisa mengendalikan mimpinya lagi.
Sosok dihadapannya itu bukanlah lagi si jubah hitam yang akan mengancam nyawanya justru dia lebih terlihat seperti laki-laki biasa yang berusia tiga tahun lebih tua darinya.
"Bagaimana jika aku memaksamu? Kamu lupa jika sekarang aku penguasa disini!" ucapnya tegas.
Bukannya merasa takut atau terancam pria dihadapannya itu hanya tersenyum miring, "hah? Apa barusan kamu mengancamku? lucu sekali, Luna. Namun aku tidak peduli!"
Luna mengerutkan keningnya dan menggertak giginya karena kesal.
"Kamu hanya bocah yang baru saja datang ke dunia ini, kamu takkan bisa mengendalikan mimpi semudah itu. Itu tidak mudah dan membutuhkan banyak energi! Tubuhmu didunia nyata bisa menjadi taruhannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Threads of Dreams
FantasyApakah kamu percaya jika keputusanasaan bisa membawamu ke dunia bawah alam sadarmu? Tempat indah dimana semua keinginan terbesar terwujud, kesempurnaan hidup yang didambakan oleh setiap insan. Itulah yang terjadi pada Aluna Paramitha, seorang gadis...