Kepompong dan Kupu-Kupu

2 1 0
                                    

Luna sedang berbaring sambil menyelimuti tubuhnya sampai ke leher, entah kenapa dia merasa tidak nyaman.

Gadis dengan rambut berponi yang mengenakan piyama berwarna merah muda dengan motif polkadot putih itu terus mengoceh tentang kehadiran Ray.

"Jangan menatapku!"

Ray mengalihkan wajahnya dan mengacak-acak rambutnya, "aku sama sekali tidak menatapmu!"

"Aku tidak mau ada pria asing yang berada di kamarku ketika aku tertidur," gadis dengan rambut hitam digerai itu cemberut.

Ray hanya bisa menghela nafas, "aku tidak bisa pergi kemana-mana, Luna. Justru lebih berbahaya jika orang tua mimpimu itu melihatku disini."

"Kenapa kamu tidak kembali ke mimpimu saja?" tanya Luna penasaran.

"Jika bisa aku sudah melakukannya," jawab Ray dengan sedikit kepahitan di nada bicaranya.

Mendengar itu Luna lansung duduk dan menatapnya penasaran, "kenapa tidak bisa?"

Ray menatapnya malas, "kamu terlalu banyak bertanya, Luna."

Setelah mengatakan itu Ray mengalihkan wajahnya dan bergumam sangat pelan "mirip dengannya."

Tak lama ruangan itu seketika menjadi sangat hening, membuat suasana menjadi canggung dan dingin sekaligus.

"Ray..." panggil Luna dengan lembut.

"Bisakah kamu memberi tahuku bagaimana cara untuk kembali?" suaranya terdengar seperti memohon.

"Aku tidak mau," jawabannya dingin.

Luna tau dia pasti akan menjawab seperti itu, pria dihadapannya ini sangatlah keras kepala, akan sulit menguak informasi darinya.

Waktu demi waktu perlahan berlalu ketika Luna mulai mengantuk namun tiba-tiba dia terkejut karena teringat sesuatu.

"Pr matematikaku!" pekiknya panik.

Ray yang duduk kursi belajar Luna lansung tersentak mendengar pekikannya.

"Apa?" tanyanya kebingungan.

"Aku lupa mengerjakannya!" Dengan tergesa-gesa Luna melemparkan selimutnya sembarangan dan membuatnya jatuh dilantai sedangkan gadis itu berlari menuju meja belajarnya dan mendorong Ray yang sedang duduk santai disana.

"Aduh!" Ray mendengus kesal ketika tubuhnya didorong paksa, pada akhirnya dia memutuskan mengalah dan bangkit dari kursi itu, ia berjalan menuju ranjangnya Luna dan mengambil selimutnya yang tergeletak dilantai.

"Untuk apa kamu mengerjakan tugasmu? bukankah bagimu tempat ini hanyalah ilusi belaka?" tanya Ray penasaran sambil melipat selimut berwarna peach itu dan meletakkannya diatas ranjang.

"Itu karena aku harus mengikuti alur didalam mimpi ini..." jawabannya datar sambil mengeluarkan buku catatan matematikanya.

Ray duduk diatas ranjangnya Luna dan menyenderkan tubuhnya secara santai dikepala kasur tersebut, "kamu bisa membuat tugas itu lansung selesai."

Luna menaikkan sebelah alisnya penasaran, "benarkah? bahkan aku bisa membuat tugas ini lagu siap?"

Ray hanya mengangguk sebagai respon.

Luna lansung berbinar memikirkan itu namun dia menggelengkan kepalanya, "jika seperti itu aku takkan pernah bisa menguasai materi ini."

Ray berpikir sejenak, "kamu bisa membuat dirimu mahir dalam hal apapun, Luna. Ini mimpimu kamu bisa melakukan segalanya."

Luna mengerutkan keningnya, "tapi hanya didalam mimpi, ketika terbangun aku tidak mendapatkan ilmu apapun!"

Ray menghela nafas, "kamu masih berpikir untuk kembali ya? mengesankan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Threads of Dreams Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang