Bagian: 7 membakar penjara

74 8 2
                                    


"Cintaku pernah begitu dalam, tapi obsesi ini terlalu gelap. Dalam bayang-bayang kesalahan, aku menghapusmu dari dunia... namun kau tetap hidup dalam tiap sesalku."
_________________________________________


Suasana di penjara malam itu begitu tenang. Hanya terdengar suara jangkrik yang berderik di luar, dan langkah kaki petugas yang bergema lembut di sepanjang koridor. Namun, di balik ketenangan itu, sesuatu telah direncanakan dengan rapi. May, yang terkenal akan ketenangan dan obsesi berbahayanya, telah mempersiapkan sesuatu sejak ia mendekam di sana. Perintahnya sudah dijalankan dengan hati-hati, memastikan segala sesuatunya berjalan sesuai keinginannya.

Sekitar pukul dua dini hari, suara ledakan kecil terdengar dari arah gudang penyimpanan. Asap mulai menyebar perlahan, dan dalam hitungan menit, percikan api menyala terang di sudut ruangan yang penuh kardus dan bahan mudah terbakar. Api segera menyebar dengan cepat, menjalar ke arah sel-sel di sekitarnya, menggigit kayu dan besi dengan rakus, menghasilkan suara letusan yang mulai menggema di seluruh bangunan.

Alarm penjara berbunyi keras, memecah keheningan malam. Suara sirine itu begitu nyaring, memaksa setiap orang untuk terbangun dan menyadari bahaya yang mengancam. Para narapidana, yang awalnya bingung dan takut, kini panik, memukul-mukul jeruji sel mereka, berteriak minta tolong. Mereka berdesakan, mencoba mencari jalan keluar, sementara asap semakin memenuhi udara dan membuat napas mereka tersengal.

Api terus merambat, semakin besar dan tak terkendali, memaksa para penjaga untuk segera bertindak. Para petugas berlari ke sana kemari, mencoba mengatasi api yang sudah sulit dikendalikan, tetapi waktu tidak berpihak pada mereka. Melihat kondisi yang berbahaya, kepala penjara akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan para tahanan dari sel-sel mereka, mencoba mengevakuasi semua orang sebelum situasi semakin memburuk.

Di tengah kekacauan itu, May berdiri tenang di antara narapidana yang panik. Wajahnya tetap dingin, dengan sorot mata tajam yang menyiratkan ketenangan di tengah kekacauan. Ia melangkah maju, memanfaatkan kepanikan dan kebingungan yang terjadi di sekitarnya. Dengan gerakan yang terencana, May mulai melangkah menuju pintu keluar, bergabung dalam arus tahanan yang berhamburan keluar di bawah pengawasan penjaga yang sibuk mengendalikan situasi.

Ketika sebagian besar tahanan sudah dievakuasi ke halaman luar, May menyelinap ke samping, memasuki lorong yang jarang dilewati. Lorong itu mengarah langsung ke pagar belakang, yang memang sengaja sudah dirusak oleh suruhannya beberapa hari sebelumnya. Dia melompati pagar tersebut dengan cekatan, meskipun gerakan itu menuntut tenaga ekstra.

Setelah keluar dari lingkungan penjara, May menembus kegelapan malam, menghilang di antara pepohonan dan semak-semak yang tumbuh liar di belakang penjara. Napasnya teratur, seolah tak terpengaruh oleh pengejaran yang mungkin segera menyusulnya. Dalam keheningan itu, May merasakan kepuasan—bukan hanya karena kebebasannya, tetapi juga karena rencananya berjalan sempurna.

Di kejauhan, ia bisa mendengar suara sirene pemadam kebakaran yang datang terlambat, sementara kobaran api dari penjara menerangi langit malam. May tak menoleh ke belakang lagi. Kini, langkah-langkahnya mengarah ke satu tujuan yang telah ia tetapkan dalam hati sejak awal: kembali ke Linda. Tidak ada yang akan menghalanginya lagi.

Dengan tatapan penuh tekad, May melangkah dalam kegelapan, menghilang dari pandangan, membawa serta obsesi yang semakin dalam dan berbahaya.

May terus melangkah di bawah bayang-bayang malam yang sepi, setiap langkahnya penuh dengan kegigihan dan keyakinan. Pelarian tadi hanya langkah pertama dari rencana panjang yang sudah ia susun matang-matang selama hari-hari penantian di penjara. Dinginnya angin malam yang menyusup di antara pepohonan di sekitarnya tidak mengusik pikiran May sama sekali. Yang ada di pikirannya hanya satu: Linda.

Love And obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang