Chapter 3 : Ruang rahasia di kampus

1 1 0
                                    

"Kadang lo butuh hal-hal gila di kampus buat nge-refresh otak, biar nggak terus-terusan kebebanan sama tugas yang nggak ada ujungnya."
______

Hari itu kampus rame seperti biasa. Orang-orang berlalu-lalang dengan muka penuh tugas, senyum lelah, atau canda yang kadang ngeledek teman yang terlambat. Nara duduk di tangga gedung fakultas, nunggu kelas berikutnya sambil ngedumel pelan.

"Eh, Ra!" Mika datang dengan semangat, kayak baterainya nggak pernah habis. Dia duduk di samping Nara sambil nyodorin sepotong roti yang udah digigit setengah. "Lo udah sarapan belum?"

Nara ngelirik roti itu dengan tatapan ngeri. "Lo serius? Gue nggak yakin roti lo itu aman buat kesehatan gue, Mik."

Mika ketawa, nggak peduli dengan sindiran Nara. "Yaelah, hidup tuh dinikmatin, Ra. Lo nggak bisa terus-terusan main aman."

Nara nggak sempet bales karena Alden, si cowok yang selalu masuk dengan gaya drama, tiba-tiba datang dengan ekspresi panik. "Gengs! Ada gosip panas, sumpah!"

Dito, yang muncul dari belakang Alden, cuma geleng-geleng kepala. "Tuh orang nggak bisa nggak bikin keributan, ya?"

Alden cuek, langsung duduk di lantai dan mulai cerita. "Dengerin, katanya ada ruang rahasia di kampus kita! Serius, ini bukan mitos murahan."

Nara mengangkat alis. "Ruang rahasia? Apaan lagi nih, Den? Lo kebanyakan nonton film horor, ya?"

Alden nyengir, matanya berbinar kayak anak kecil nemu mainan baru. "Bukan horor, Ra! Ini nyata. Gue denger dari anak arsitek. Ada lorong tersembunyi di bawah perpustakaan lama, tempat organisasi mahasiswa jaman dulu rapat rahasia."

Faris yang baru datang, lengkap dengan minuman boba-nya, ikutan duduk. "Mampus! Gua harus liat ini. Petualangan baru, men!" Dia menatap Nara dengan semangat. "Ra, kita investigasi nggak nih?"

Nara ngerasa campur aduk. Sisi logisnya ngebilangin kalau ini buang-buang waktu. Tapi sisi lain, sisi yang capek sama rutinitas, agak tergoda buat ikut nyari tahu. "Halah, kalian serius banget. Tapi kalau beneran ada, bisa seru juga."

Dito mendecak, nyandar di tiang sambil ngelirik Nara. "Lo aja, Ra, yang selama ini nggak tertarik. Tapi kali ini, kayaknya rasa penasaran lo muncul, ya?"

Nara ketawa kecil. "Gue cuma bosan sama tugas kampus yang nggak ada habisnya. Kadang, kita butuh hal gila buat nge-refresh otak."

Sementara mereka ribut ngerencanain investigasi ruang rahasia, Raka datang pelan-pelan, bawa buku yang kelihatan berat. Dia diem di pinggir, ngedengerin mereka ngobrol tanpa nyela, seperti biasa. Tapi Nara tahu, mata Raka sesekali melirik ke arah dia, kayak ngamatin dari kejauhan.

Nara berdiri, ngelirik ke arah sahabat-sahabatnya yang masih heboh. "Oke deh, kita cek ruang rahasia itu. Tapi kalau ini cuma jebakan buat ketemu hantu, gue akan kutuk lo semua."

Mereka semua ketawa, dan Faris dengan ekspresi serius pura-pura manggut. "Deal! Kita siap dikutuk Ratu Nara."

Dan petualangan kecil itu akhirnya dimulai. Siapa sangka, hal sepele kayak gosip ruang rahasia bisa jadi pemicu kejadian yang nggak pernah mereka duga. Mungkin, itu bakal bawa mereka ke rahasia yang lebih besar—tentang masa lalu, persahabatan, dan... mungkin cinta yang nggak disadari.

-------
Dan petualangan mereka baru aja dimulai. Kira-kira, ruang rahasia di kampus ini bakal ngungkapin apa, ya? Siap buat lanjut ke bab berikutnya?CUSSSS LANJUT LAH GUYS

Eclat D'Amitie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang