Enam: Balapan Liar

0 1 0
                                    

Jam menunjukkan pukul dua belas kurang sepuluh menit. Alexander keluar dari kamarnya dan menutup pintu dengan perlahan-lahan. Sekilas dilihatnya lampu ruang tengah sudah padam dan waktunya ia buru-buru ke dapur yang berhubungan langsung dengan pintu samping ruang garasi.

Baru saja tangan kanannya terulur, belum lagi menyentuh ganggang pintu, suara lembut terdengar dari belakang tubuhnya.

"Alexander, malam-malam mau ke mana?"

Begitu mendengar suara ramah itu, cowok tinggi yang sedang mengenakan baju hitam itu langsung menghembuskan napas berat dan memutar tubuhnya. Di sana ada ibunya sedang memegang segelas air putih.

"Mama kok belum tidur? Udah malam loh. Enggak baik bergadang." Alexander mencoba mengahlikan pembicaraan.

"Tadi mama susah tidur gara-gara batuk nih. Makanya mama ke dapur mau ambil minum." Sang ibu meneguk air hangatnya untuk melegakan tenggorokannya yang sedikit gatal.

"Oh... kalau gitu mama harus buruan istirahat ya. Mimpi indah ya, ma."

Ibunya menaikkan satu alis. "Alexander mau balapan lagi ya?"

Wajah orangtuanya itu terlihat murung, Alexander langsung mencium punggung tangan beliau. "Iya, ma. Mama tenang aja ya. Alexander pasti baik-baik aja kok."

"Mama mana mungkin bisa tenang kalau lihat anak mama ngebut-ngebutan di jalan." ujarnya sambil mengelus rambut anaknya.

"Mama takut kamu kenapa-napa." tambahnya dengan nada khawatir.

Alexander menghela napas sejenak. "Malam ini adalah balapan yang Alexander tunggu-tunggu, ma."

"Alexander mau balapan sama Raksasa dari jalanan."

Ibunya mengerutkan kening. "Raksasa dari jalanan?"

"Raksasa dari jalanan itu julukan dia, ma. Kata orang-orang badan dia besar banget dan dia adalah pembalap jalanan yang sudah lama menghilang dan juga yang paling ditakuti." jelas Alexander sangat antusias.

"Alexander mau balapan sama dia?"

Alexander terkekeh kecil. "Iya, ma. Alexander malam ini mau tanding sama dia."

"Ini benar-benar kesempatan langka. Keberuntungan buat Alexander karena bisa melawan dia."

"Alexander sudah penasaran dari dulu dengan kemampuan dia. orang-orang selalu membicarakan dia. Dan akhirnya orang itu muncul kembali." sambung Alexander.

"Ma, bolehin Alexander balapan ya. Restu dari mama sangat berarti buat Alexander."

Wanita itu menatap anaknya dengan penuh kasih sayang. "Cepat ke luar gih. Nanti bapak kamu bangun."

"Makasih ya, ma. Mama memang paling mengerti Alexander." ucapnya sambil memeluk erat ibunya.

Ketika Alexander baru saja mau menghilang di balik pintu, ibunya kembali bersuara, "Tunggu."

Alexander menoleh, dan menatap ibunya yang berdiri sambil mengacungkan jempol. "Anak mama harus menang ya."

Cowok itu menyunggingkan senyumnya lalu memberikan hormat pada ibunya. "Siap, ma. Kemenangan malam ini Alexander persembahkan untuk mama."

Sang ibu sebenarnya tidak ingin anaknya balapan liar begini, tapi wanita itu mau Alexander yang menghentikan kebiasannya itu sendiri, dengan kesadarannya sendiri, bukan karena paksaan darinya.

Ia tahu anaknya masih enam belas tahun, jiwa mudanya masih membara, tidak bisa dilarang ini dan itu. Namun ia juga tahu, kebahagiaan anaknya ada di jalanan. Melaju dengan kecepatan kencang adalah hobinya. Meskipun taruhannya adalah nyawa.

***

Alexander telah tiba di tempat biasa, di sana sudah ada teman tongkrongannya yang menunggunya. Tempat ini cukup sepi akan kendaraan dan jalur yang terbaik untuk melakukan balapan liar. Suasana di sini cukup gelap karena hanya diterangi sinar bulan.

"Lo yakin mau ngelawan dia, Bro?" selidik temannya ketika Alexander baru saja membuka helm.

Alexander turun dari motor besarnya. "Lo ragu sama kemampuan gue?"

"Gue enggak pernah ngeraguin kemapuan lo, bro, tapi kali ini..."

"Lo tenang aja." Alexander memotong ucapan temannya.

"Gue bakal ngalahin Raksasa dari jalanan itu." cetusnya membuat temannya yang berambut cempak itu kini hanya menganggukan kepala.

"Selama ini gue enggak pernah kalah balapan, kan!" Alexander mengingatkan teman tongkrongannya itu.

Tidak lama berselang dari pembicaraan mereka, terdengar suara motor yang masuk ke area balapan. Semakin dekat dan semakin jelas, hingga terlihatlah seseorang yang mengendari motor itu.

Tubuhnya sangat besar dan tinggi. Seperti beruang. Matanya tajam dan berkilat. Seperti srigala. Bagian hidung dan mulut tertutup masker berwana hitam. Semoga giginya enggak tonggos!

Laki-laki berbadan besar itu turun dari motor dan berjalan menghampiri Alexander. Tinggi tubuh Alexander yang sekitar seratus delapan puluh cm tidak mampu menandingin tinggi laki-laki itu yang sekitar dua ratus cm.

Tidak salah jika laki-laki itu dijuluki Raksasa dari jalanan. Bahkan kini cahaya bulan yang menerangi wajah Alexander tertutup dengan tubuh besarnya.

"Lo yang namanya Alexander?" suara berat itu membuat Alexander tidak gentar.

Alexander menjulurkan tangannya untuk mengajak bersalaman. "Iya, gue Alexander."

Raksasa dari jalanan itu tidak menerima jabatan tangan Alexander, ia justru langsung pergi dan berjalan kembali ke arah motor besarnya.

Baru beberapa langkah berjalan, laki-laki besar seperti beruang itu berseru gusar. "Lo bakal habis malam ini!"

Alexander membuang ludahnya ke tanah. Kedua tangannya mengepal erat. Cowok itu menarik napas agar dapat menahan amarahnya. "Kita buktikan aja nanti siapa yang habis malam ini!"

"Jangan terpancing. Lo harus tetap fokus, bro." temannya mengingatkan.

Pikiran Alexander saat ini hanya ingin mengalahkan Raksasa dari jalanan itu. Tidak mau lama-lama cowok yang mengenakan celana jins robek-robek di bagian lutut itu langsung naik ke atas motornya dan masuk ke dalam area balapan.

Puluhan orang yang menonton balapan liar terlihat bisik-bisik dan mulai melakukan taruhan. Sebagian menjagokan si Raksasa dari jalanan itu dan sebagian lainnya menyakini Alexander yang akan juara. Pertandingan ini sangat sulit ditebak karena mereka berdua baru pertama kalinya bertanding.

Seseorang berambut pirang yang bernama Frengki menyalami Alexander dan Raksasa dari jalanan itu. Frengki memberi tahu aturan dan larangan kepada keduanya sebagai basa-basi doang karena yang dijelaskan pun tidak memperhatikan bahkan mereka sekarang saling tatap seakan ada laser yang terpancar dari mata keduanya.

Alexander sangat bergebu-gebu sekali untuk mengalahkan lawannya itu. Ia akan tunjukan betapa hebat dirinya. Ia belum pernah terkalahkan. Dan malam ini pun tetap sama, ia tidak akan kalah. Apalagi, ibunya untuk pertama kalinya meminta ia untuk memenangkan balapan ini. Alexander tidak akan mengecewakan ibunya.

Semua yang menoton yakin pertandingan ini bakal seru. Kalah atau menang dalam taruhan adalah bonus. Yang terpenting mereka mendapat hiburan yang sangat langka. Alexander si pembalap yang tidak pernah terkalahkan melawan Raksasa dari jalanan yang legendaris.

Frengki berdiri di antara keduanya. Ia melepas topinya lalu diangkatnya tinggi-tinggi sebagai aba-aba. Alexander dan Raksasa dari jalanan itu pun mulai menggaungkan suara motornya berkali-kali.

"Satu..."

"Dua..."

Topi akhirnya tergeletak ke jalan dalam hitungan ketiga, yang disusul dengan motor yang sudah melaju dengan sangat cepat. Tidak terlihat. Seperti kilat!

Wow menakjubkan!

Kita lihat saja siapa yang akan menang!

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gak Semua Kuat Untuk TerlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang